Perfect Sweet Marriage

Lanjutssss ayukkk...

**

POV Aldo Off.

Diego membuka amplop yang tadi diberikan oleh aldo ia menyenderkan tubuhnya di sofa tangannya mengeluarkan selembar foto mata lelaki itu mengembun

"Kenapa kamu begini" Ucap diego saat melihat foto pertama ditangannya terlihat potret danira sedang berjalan mengenakan celana jeans dan baju knit hangat dan menampilkan tubuhnya yang semakin terlihat lebih kurus dari dahulu dari raut wajahnya diego melihat begitu banyak beban berat yang ditanggung wanita itu

Foto kedua diego melihat foto danira bersama anak kecil difoto itu dilengkapi dengan data-data anak itu

"Laura Aira, 5 tahun kelahiran jakarta 20 januari 2013..

"Bayi ini lahir setelah danira menghilang, tidak mungkin ini anak danira sebelum danira menghilang ia tidak terlihat seperti wanita hamil bahkan dokter yang menanganinya saat itupun tidak mengatakan jika ia hamil... Lalu apa ini danira, siapa anak ini beban siapa yang kau tanggung ini.. Kenapa kau begitu bodoh menjatuhkan pilihan mu seperti ini..." Ucap diego

Lalu diego meraih foto ketiga saat melihat foto itu tangannya bergetar ia dengan tiba-tiba menjadi murka teriakan menggema memanggil nama aldo

"Apa ini..." Bentaknya sembari memperlihatkan foto ditangannya

"ini foto terbaru yang diambil hari ini.." Jawab aldo

"Kenapa dia ada disana" Tanyanya

"Mereka bertemu kembali di tempat kerja" Jawab aldo

"Bajingan itu, lihat saja apa yang akan ku lakukan.. Ia selalu ingin memiliki apa yang ku miliki... Kirim orang ke sana untuk mengawasinya jangan sampai ia berhasil merebut hati danira.."

"Apa tidak sebaiknya kita saja yang kesana" Tanya aldo

"Jangan.. Aku tidak ingin mengacau hidup danira disana, aku akan menunggunya kembali.. Ia memiliki hutang dan janji kepadaku do, aku yakin ia akan kembali untuk melunasi hutang dan janji itu.." Jawab diego

"Baik pak" Ucap aldo ia berlalu pergi meninggalkan diego sendiri dengan geram ia mencengkram foto itu dan melemparkannya ke udara.

"LN"

3 hari berlalu danira akhirnya pulih selama tiga hari itu juga toni selalu mengunjunginya entah membawa makanan, obat atau hanya sekedar berkunjung menemui laura alasan klasiknya

Begitupun laura ia menjadi dekat dengan toni, lelaki itu selalu bersikap baik dan berjiwa kebapakan meskipun sebenarnya danira tak terlalu senang akan hal itu ia takut kedekatan toni dan laura akan membongkar semua tentang gadis kecil itu meskipun itu sebenarnya agak tidak masuk akal.

"Ra ayo.." Toni berdiri didepan pintu mobil yang sudah terbuka

"Mii ayo nanti ade terlambat loh" Ujar Laura yang sudah duduk manis didalam mobil, danira membuyarkan lamunannya

"Ton gak usah repot-repot aku dan Laura jalan kaki aja" Tolak danira sopan

"Loh ra kamu baru pulih kondisimu masih lemah atau kamu istirahat aja dirumah" Ujar lelaki itu memaksa

"Ehh gak kok aku sehat, tapi ini agak berlebihan aja aku takut orang-orang kantor akan salah faham" Kilah danira lagi

"Raa..."

"Mami ayok ade sudah telat inii" Terdengar suara laura memohon dari dalam akhirnya membuat danira menepikan sementara ego dirinya demi putri kecilnya itu ketiga berangkat bersama layaknya seperti keluarga kecil yang romantis

"Ckreekk"

Suara jepretan kamera pengawas mengabadikan momen manis itu tanpa sepengetahuan mereka bertiga

"Ton kamu gak perlu seperti ini.. Bagaimana pendapat orang-orang kamu seorang bos di kantor sedangkan aku.."

"Danira apa salahnya aku bos dan kau karyawan ku.." Potong toni kini mereka hanya berdua didalam mobil karena laura sudah sampai disekolah nya

"Bukan begitu, maksud ku reputasi mu to.. Aku ini"

"Ra cukup, aku tidak peduli tentang reputasiku.. Apa salahnya aku bersama mu meskipun kamu sudah memiliki anak itu tidak merubah perasaan ku ra.. Aku tetap mencintai kamu 5 tahun berlalu ra aku mencoba melupakan mu namun buktinya kita kembali bertemu ini takdir kita ra.. Aku tidak akan menyerah untuk mencintaimu" Jawab toni

Danira menghela nafasnya panjang bagaimana bisa ada orang yang mencintainya sedangkan danira tidak pernah merasakan jatuh cinta.. Ia hanya pernah merasakan jantungnya berdegup kencang bak sedang diserbu pelari marathon 5 tahu lalu saat bersama masalalunya, perasaannya tak karuan perasaan senang bahagia dan takut memporak-poranda hatinya dan itu terjadi saat ia bersama..?

"Raa kamu melamun lagi... Gak usah dipikiran" Ujar toni setelah menarik rem tangan mobilnya

"Eh udah sampai ya" Tanya danira bagai terbangun dari tidur sembari mencoba mengalihkan topik pembicaraan

"Udah dari tadi.." Jawab toni

"Kamu kenapa.." Toni mendekatkan diri ke danira ia meraih tangan danira dan menggenggamnya

"Emm sorry to aku buru-buru" Danira buru-buru melepaskan genggaman toni ia dengan cepat keluar dari mobil itu dan pergi dengan sedikit berlari kecil.

"Sesulit itu ya ra" Ucap toni mengusap wajahnya kasar ia menampar setir mobil nya untuk melampiaskan rasa kesalnya

Danira masuk ke kantor disambut oleh karyawan lain bersama zura mereka memberikan kejutan meskipun masih merasa lemah danira tetap semangat bekerja

"Ciee" Zura masuk ke dalam ruang kerja danira sembari membawa susu coklat hangat wajah wanita cantik itu tersenyum penuh tanda tanya saat menatap danira

"kenapa kamu senyum-senyum habis menang lotre ya" Goda danira

"Iss aku ini wanita baik-baik tau kemaren menang 7 angka" Jawabnya sembari tertawa menggoda danira

"Oiya ra aku gak tahu kalau kamu dekat sama bos" Zura menarik kursi dan duduk dihadapan danira yang sedang membuat laporan

"Gak kok, itu wajar dilakukan bos sama karyawannya dia takut aku mati nanti dia dituntut bertanggung jawab" Jawab danira

"Aisss ngeles aja deh.. Kamu tahu gak pak bos waktu itu terlihat khawatir banget tahu sama kamu" Ucap zura

"Masasih" Tanya danira acuh

"Iyaa tahuu.. Truss.."

"Syyuutttt" Danira menempelkan jarinya dibibir wanita itu saat ia hendak melanjutkan ucapannya

"Ini jam kerja nanti aja menggosipnya tunggu lunch aja" Bujuk danira membuat zura menatapnya cemberut

"Janji ya lunch" Tuntutnya

"Emm" Jawab danira pelan

"Janji.."

"Ck iyaa azuraaa ku sayang" Jawab danira sembari tersenyum manis

"Love you" Zura memeluk danira dan berlalu pergi dari ruangan wanita itu setelah ia pergi danira baru bisa bernafas lega bagaimana tidak toni tentu saja bisa dengan jelas mendengar percakapan mereka dari sebelah yang danira takutkan lelaki itu akan semakin salah faham dan menaruh lebih banyak harapan dengannya.

Benar saja dari ruang sebelah Toni tampak menyimak dengan teliti percakapan keduanya sesekali ia tersenyum sumringah setidaknya danira bisa tahu jika ia benar-benar peduli dan mencintainya dengan sungguh.