Mereka yang ingin camping untuk sekedar
bermain dan healing, ternyata salah satu dari teman mereka adalah keturunan dari iblis.
Keluarga yang telah di kutuk itu, msngakibatkan siapa saja yang dekat dengannya akan mati menjemput ajalnya.
Siapapun yang sudah pernah bekerja sama dengan salah satu keluarga iblis, maka keturunannya akan iblis juga. Namun tidak berlaku dengan keturunan seorang ayah ber- anak 2 tersebut.
Apakah mereka bisa selamat dan tetap hidup?
____________________
❗WARNING❗
❗Cerita ini mengandung kekerasan dan lautan darah❤️
bahasa kasar dan tidak sopan dari masing masing karakter💁
Harap bijak dalam membaca sayang😁💐❗
_______________________
Tertanda: Lina penulis pemula kelahiran 2009, jodohnya haechan nct😁🛐
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lina Sryni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
spesial chapter
12 tahun kemudian
Siang hari yang cerah namun matahari enggan menampakkan diri karena hujan yang begitu lebat. Mungkin 80% orang di dunia menyukai hujan, ada juga yang tidak. Karena hujan membuat kita rindu seseorang, mengingat kenangan yang telah lama kita berusaha untuk lupakan.
Di sebuah kamar kecil bernuansa biru dan hitam. Seorang wanita sedang memangku anak laki laki tampan yang baru menginjak usia 5 tahun.
Anak itu menatap sebuah foto di kamera dari tangannya, ia ingin menanyakan arti dari foto itu kepada sang ibu. Foto 21 remaja yang tersenyum ceria kearah kamera.
Anak itu menatap ke atas, menatap wajah sang ibu yang menatapnya dengan senyuman tersirat kesedihan.
"Mereka siapa ma?" Anak itu bertanya dengan polosnya.
"Mereka teman teman mama"
"Mereka sekarang dimana? Menghilang? Mati?" Tanya nya dengan mata berbinar yang ingin sekali tau.
"Ya, mereka menghilang"
"Kenapa?"
".........."
Kiana terdiam, enggan untuk bercerita. Ia mengalihkan pandangannya ke depan, mengingat betapa ketakutannya ia dulu. Mengerikan, kesedihan, berdarah darah, berkeringat, benda tumpul dan benda tajam ia gunakan untuk melawan kakanya.
Menyedihkan bukan? Namun perlahan lahan ia sudah melupakannya. Namun setiap hujan datang kenangan itu kembali terulang di memori pikiran.
Saat bergelut dengan pikirannya, tiba tiba ada yang mengetok pintu kamarnya.
Kiana mendudukkan anaknya ke kasur lalu ia membuka pintu, menampakkan seorang paman tua di balik pintu.
"PAMANN!!" Anak itu langsung berlari menghampiri pamannya, memeluknya dengan erat.
"Galaksi udah gede aja ya? Perasaan kemaren baru umur 2 bulan" canda sang paman mengais galaksi.
Galaksi hanya menanggapinya dengan tersenyum, "paman, liat foto ini! Kayaknya seru ya?"
Paman melihat foto itu, foto 21 remaja yang tersenyum ceria, yang sedang di pegang oleh tangan kecilnya galaksi.
Senyum paman meluntur di gantikan dengan senyum miring yang mengerikan, membuat Kiana yang melihatnya sangat kesal.
Kiana merebut foto itu dari galaksi dengan pelan. "Foto nya sama mama di simpen dulu ya nak?!"
Kiana memegang foto lalu menaruhnya di rak, "paman Surya mau apa kemari?!"
Tanya Kiana berjalan kembali mendekati mereka berdua.
"Paman cuma kangen aja sama galaksi, ya kan galaksi?" Jawab paman menatap galaksi sembari tersenyum.
Kiana berdecak kesal, tiba tiba di belakang datang 2 orang gadis cantik beradik Kakak, Kiana yang melihat mereka berdua tersenyum. Mereka tumbuh besar.
"KAK ELARA!" Teriak galaksi berbalik ingin di peluk elara. Elara langsung menggendong galaksi.
"hallo galaksi kangen ga sama Tante?" Tanya elara merapikan baju galaksi.
"Kangen" jawab galaksi menggemaskan.
"Hai ka Kiana" sapa gadis satunya bernama Rissa. Mereka berdua adalah anak dari paman Suryana, entah anak dari siapa. Tidak punya ibu. Anak bungsu nya seumuran dengan anak bungsu Yasa, yang pasti lahirnya di tahun yang sama.
Kiana tersenyum menanggapinya, lalu pandangan berbalik menatap sang anak.
"Galaksi main dulu sama Tante Rissa dan elara ya?! Mama mau bicara dulu sama paman" ucap lembut Kiana kepada galaksi.
Galaksi mengangguk, lalu mereka pergi ke ruang keluarga untuk bermain.
"Paman!"
Surya menaikkan satu halisnya menjawab 'apa?'. "Paman pasti punya rencana sama galaksi kan? Plis stop, aku udah cape. Aku gamau setiap generasi kita punya masa... menakutkan seperti itu!"
Paman yang mendengarnya hanya terkekeh. Paman tetap diam, masih enggan untuk menjawab sebelum Kiana menyelesaikan ucapannya.
"Aku gamau setiap generasi kita harus mengorbankan orang lain!" Kiana sangat frustasi, benci. Benci banget.
"Kenapa ngomongnya sama paman? Itu kan salah nenek buyutmu? Kenapa harus bikin kutukkan kayak gitu?!" Jawab paman dengan santai.
...🥀🥀...
"Eh kak, Minggu depan kan kita liburan, gimana kalo kita ajak galaksi aja? Seru kayaknya kalo tidur sama bocil" saran Rissa kepada elara.
"Emang di bolehin sama kak Kiana?" Elara mengerutkan dahinya bertanya.
"Ya minta izin dulu lah buat pinjem anak nya untuk satu Minggu" Rissa Menaik turun kan halisnya dengan tersenyum joker.
...🥀🥀...
"Kenapa paman bunuh temen temen ku?"
"Paman ga bunuh, paman cuma bantuin Kakak mu doang buat selesain tumbalnya"
"Tapi kakak ku berakhir mati, paman!! Rasanya sepi kalo ga ada dia. Yaa.... walaupun kalo ada dia pembunuhan itu bakal tetep berlanjut setiap tahun..."
"Ya gapapa, toh kakek paman juga mati"
"Kenapa paman ga mati? Kan paman sama kayak bang dewa?"
Surya tersenyum ambigu menatap wajah kesal Kiana, lalu keluar dari kamar Kiana. Mengisahkan pertanyaan besar di otak Kiana.
Boleh lah,saling" mampir kak