Pearl Ocean Harris mengira kalau Sam Wayne Wesly adalah pria yang dijodohkan dengannya. Ketika rasa suka pada pandangan pertama masuk ke relung hati, dia disadarkan bahwa kenyataannya Zack Xavier Wesly lah yang akan menjadi calon suaminya.
Terlanjur menerima perjodohan membuat Pearl tak bisa lari dari kenyataan. Dia terpaksa menerima perjodohan yang tak diinginkan itu.
Bagaimana kelanjutan pernikahan itu saat tahu suaminya memiliki cinta rahasia? Akankah Pearl berpaling dari Zack? Yuk, ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisy Arbia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Meminta Maaf
Sedari dulu, Zack memang tidak mau ribet. Dia selalu mempermudah semua prosesnya, termasuk soal kehamilan. Baginya itu terdengar biasa saja, tetapi bagi Pearl, gadis itu pasti langsung mengamuk kepadanya.
"Gampang saja. Kita wujudkan harapan itu dengan bukti. Jadi, kau harus mau—"
"Big no, Zack! Aku tidak mau!" Penolakan Pearl jelas beralasan. Dia belum cinta kepada Zack. Jadi, dia tidak mungkin berbagi peluh bersama suaminya sekalipun Zack memaksa.
"Huft, harusnya aku menikahi gadis kecil itu. Dia pasti mau," ujar Zack membuat Pearl membelalakkan matanya.
"Apa? Gadis kecil? Jadi, kau suka pada anak usia dini? Astaga, Zack! Kau ini pria dewasa, bahkan usiamu saja sudah pantas disebut sebagai orang tua. Mengapa kau malah menyukai anak kecil?" Bukannya simpati, Pearl merasa aneh memandang suaminya.
Pria tampan yang dikira normal, ternyata memiliki kelainan yang tidak bisa lagi ditoleransi. Seharusnya Zack berpikir ulang kalau mau menjadikan seseorang pasangannya. Minimal usianya standar, bukan anak kecil.
"Kenapa kau memandangku seperti itu? Aku bisa menjelaskan!"
Maksud Zack, dahulu pernah bertemu seorang gadis kecil. Gadis itu pernah mematahkan gelang kakinya sehingga takut sekali untuk pulang. Zack yang saat itu tumbuh menjadi anak lelaki yang baru berusia tujuh tahun.
Kala itu, Zack memang sudah tumbuh di lingkungan keluarga kaya. Tentunya untuk membelikan gelang kaki yang baru kepada gadis kecil itu begitu mudah. Namun, ketika ingin memberikannya, gadis itu menghilang entah ke mana. Sejak saat itu, Zack selalu berharap bisa bertemu lagi dengan gadis kecil itu.
"Itu hanya masa lalu, Zack. Mungkin saja gadis itu sudah menikah dengan pria lain. Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?"
Pearl benar. Sangat sulit menemukan gadis itu yang sempat terpatri dalam ingatan Zack. Hanya saja, kala itu dia tidak sempat mengabadikan momen pertemuannya. Namun, Zack tetap menyimpan gelang kaki yang belum sempat dia berikan. Mungkin suatu hari, dia bisa bertemu kembali.
Usai menemui Zack dengan kegundahan hatinya, Pearl harus segera menyiapkan diri untuk menghadapi pesta pernikahan yang sebenarnya cukup menyita waktu. Sarah terus saja berada di sisinya, meminta Pearl untuk melakukan perawatan dan apa pun yang berhubungan dengan kecantikan. Meskipun demikian, sebenarnya Pearl sudah terlihat cantik alami.
Sementara Zack, dia sibuk mengurus undangan bersama Sam. Adik lelaki satu-satunya itu terus merajuk agar kekasihnya juga diundang dalam perayaan tersebut.
"Kau yakin masih mencintai Victoria? Aku rasa, tak ada salahnya menyetujui permintaan orang tua kita. Mungkin saja pemikiran tentang gadis itu benar, tetapi semuanya aku kembalikan padamu!"
Sam menggeleng. Dia tidak akan menyerah begitu saja. Baginya, Victoria memilih child free atau tidak, sebenarnya bukan masalah. Hanya tentang waktu dan perjalanan kehidupan mereka nantinya yang akan menjadi penentu.
"Bagaimana kalau aku bertukar tempat denganmu?" tanya Sam yang membuat Zack mengerutkan keningnya.
"Maksudmu?"
"Ya, aku yang akan melanjutkan pernikahan dengan kakak ipar!"
Zack menyentil kening adiknya dengan bolpoin yang dipegang sampai berbunyi pletak. Sam segera mengusap tindakan konyol kakaknya yang membuat lelaki itu terlihat penuh tanya.
"Kau tidak ikhlas membagi kakak ipar denganku? Bukankah cuma dia yang bisa meluluhkan hati mama? Lihat saja mama kita! Sekarang, dia lebih peduli padanya." Perubahan sikap itu terlihat jelas di mata Sam, bahkan lelaki itu merasa seperti bukan anak mamanya.
"Itu karena mama punya tujuan yang sama seperti kepadamu, Sam. Mama menginginkan cucu!"
Seketika tawa Sam pecah. Dia tidak menyangka bahwa akan mendapatkan tekanan yang sama dengan kakaknya. Yang membuatnya sedikit heran, mengapa mamanya terus memaksa menantunya untuk segera memiliki keturunan?
"Menurutmu, apa tujuan mama melakukan semua itu? Apakah mama bosan kepada kita?"
Pertanyaan Sam cukup menggelitik di benak Zack. Tentu saja terkesan aneh. Kalaupun di usia sekarang, wajar mereka meminta hal absurd seperti itu. Bisa jadi ingin menikmati hari tua dengan melihat pertumbuhan cucu-cucu mereka.
"Karena kita sudah tidak lucu lagi!" Zack malah tertawa renyah. Sudah lama dia kehilangan tawanya. Entahlah, pernikahannya dengan Pearl terasa sangat lucu, bahkan di usianya yang lebih dari seperempat abad masih saja dikendalikan orang tua.
"Kalau begitu, buatlah bayi yang lucu! Aku mendukungmu, Zack!"
Zack menyentil kening adiknya lagi. "Dasar bodoh! Kau pikir bayi-bayi itu adonan kue yang dengan mudah kita buat. Jangankan untuk menanamkan bibit, aku saja ragu untuk menyentuh Pearl."
Tawa Sam jauh lebih renyah lagi ketika sang kakak mengakuinya. Sudah jelas foto yang dikirimkan ke papa adalah kebohongan belaka. Mana mungkin seorang Zack dengan mudah melewati malam pertama? Jangankan melakukan itu, mencium Pearl pasti belum pernah dia lakukan.
"Jadi, kakak ipar masih suci?" tanya Sam terdengar cukup mengejek.
"Kau!"
"Sudahlah. Aku sudah bisa menduga. Mana mungkin malam pertama pakai pengaman. Kau ini lucu, Zack. Sebelum berbohong, pastikan semuanya sudah terkoordinasi dengan baik. Ingat, foto yang kau kirimkan ke papa. Harusnya kau cek dulu kebenarannya!"
Zack masih menyimpannya di dalam ponsel. Setelah mendengar ucapan Sam, dia segera mengecek galeri fotonya. Terlihat ada pengaman yang diletakkan Pearl di atas nakas. Terlihat jelas sekali bahwa itu juga masuk dalam satu frame di dalam foto tersebut.
"Astaga! Dia sangat polos atau apa?" Zack menggumam.
Perlahan dia terlihat lemas. Sekarang, semua kebohongannya sudah terlihat jelas. Entah Vincent menyadarinya atau tidak, tetapi yang pasti bahwa Zack sudah melakukan kebohongan besar.
Sementara itu, di sebuah kamar, pasangan suami istri terlihat mesra sekali. Sesekali Vincent memeluk istrinya kemudian memberikan kecupan singkat yang selalu dia berikan selama itu. Tidak hanya itu, Vincent juga memberikan sentuhan nakal kepada sang istri.
"Jangan begitu, Vincent! Kita tidak muda lagi." Sarah mengingatkan.
"Aku tahu, Sarah. Aku masih berharap bisa seperti beberapa puluh tahun yang lalu saat kita masih sama-sama muda. Kau selalu membuatku terpancing hanya dengan melihat tubuhmu saja." Vincent menghentikan aktivitasnya. "Oh, ya, bagaimana dengan anak nakalmu itu?"
Sarah tahu, yang dimaksud adalah Zack. Mau tidak mau, wanita itu harus memprovokasi Pearl sebab Vincent sudah tahu kebohongan mereka. Yang membuat Sarah ingin tertawa, baik Pearl dan Zack, keduanya terlihat sudah dewasa. Namun, kenyataannya mereka masih sama-sama polos.
"Aku hanya khawatir kalau Zack tidak sepenuhnya berada di jalan yang benar," ungkap Sarah.
"Nah, itulah yang ingin aku sampaikan sedari dulu. Itulah sebabnya aku menjodohkan dia dengan anak sahabatku. Setidaknya kalau benar Zack bermasalah, aku yakin gadis itu tidak akan berani macam-macam."
Sarah terasa lemas. Selama ini dia terlalu sibuk dengan kehidupannya sampai tidak berpikir sejauh pikiran suaminya. Meskipun niatnya dulu menjauhkan Zack dari kekasihnya, dia pikir semuanya akan berjalan mudah. Nyatanya malah bertolak belakang dengan keadaan. Zack berubah menjadi sosok yang introvert dan tidak tersentuh.
"Aku minta maaf, Vincent. Aku merasa semua itu gara-gara aku. Aku melakukan kesalahan yang tidak pernah kau tahu. Aku minta maaf." Sarah menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami membuat Vincent mendorongnya sejenak sebab pengakuan dari istrinya.
"Apa maksudmu, Sarah?"
Semangat seng
cemungut thor