Bukan Antagonis

Arkan pun sudah mengantongi semua data-data Leti berserta anak kecil yang begitu mirip dengannya itu, bahkan di sini tercatat semua data Leti yang masih belum menikah sama sekali, sehingga membuat Arkan semakin bertanya-tanya siapa anak kecil yang sedang bersama Leti kemarin.

  "Apa! Belum menikah pasti kau salah mendapatkan informasi tentang Leti," bantah Arkan.

  "Tidak Tuan itu data yang sudah valid mengenai Leti bahkan wanita itu sekarang memiliki jabatan yang begitu mentereng di Ferdinan Ali group," sahut Asistennya itu.

  "Ferdinan Ali, bukannya itu pengusaha yang cukup tersohor namanya, punya hubungan apa kira-kira Leti dengan beliau?" tanya Arkan.

  "Menurut kabar yang baru saya dapatkan, katanya Leti anak luar nikah dari Tuan Ali bersama nona Casandra Hanggono yang merupakan ibu mertua anda," sahut Adit.

  "Oh, begitu pantas saja dia menghilang tanpa kabar apapun ternyata di sini sudah menemukan hidup yang enak pantesan saja dia lupa sama yang di Indonesia," ucap Arkan.

  Arkan terlalu enteng menganggap Leti seperti itu, tanpa tahu perjuangan Leti hidup di Malaysia seperti apa, terlalu enteng mulut Arkan untuk berasumsi yang tidak-tidak kepada Leti.

  "Baiklah sekarang aku sudah tahu semuanya, dan aku minta selidiki anak kecil kemarin bila perlu aku minta kecocokan tes DNA antara aku dan anak itu!" perintah Arkan.

 "Apa! Tuan, tes DNA!" Adit pun terlihat begitu terkejut.

  "Tidak usah terkejut seperti itu, pokoknya saya tidak mau tahu bagaimana caranya kau menemukan sampel rambut anak itu!" tekan Arkan.

   "Ba-baiklah Tuan," sahut Adit dengan patuh.

  *******

  Jakarta, malam ini selesai acara pemotretan, Latu langsung bertemu dengan kekasihnya gelapnya di sebuah hotel, seperti biasa latu selalu mengenakan baju serba hitam dengan topi dan sebuah masker untuk menyamarkan wajahnya.

  Selama lebih dari lima tahun hubungan mereka terbilang aman dan tidak terendus dari media sekalipun, Latu dan Damian begitu bersih dalam memerankan aksinya, bahkan model tampan itu sempat digadang-gadang penyuka sesama jenis karena memang tidak pernah terlihat berhubungan dengan seorang wanita.

  "Sayang, akhirnya kau datang juga," ucap Damian dengan segala kerinduannya.

   "Hemmmb aku pasti datang Sayang, lagian suamiku tidak ada di rumah kira-kira malam ini kita bisa menginap di hotel ini," ujar Latu dengan nada manjanya.

   Damian pun mulai menyalakan lilin Aroma terapi bahkan pria itu begitu pengertian untuk segera mengoleskan minyak pijat lalu mulai memijat pelan pundak Latu, membuat wanita itu merasakan relaksasi yang tercipta dari tangan pria yang selalu mengisi hari-harinya ini.

   "Sayang, hubungan kita sudah lebih dari lima tahun, aku ingin sekali kepastian dari kamu, karena dari keluargaku sudah mendesak aku untuk menikah, dan setelah menikah mereka meminta kamu untuk pindah di luar negeri," ucap Damian yang benar-benar membuat Katu terkejut.

"Sayang, kok tiba-tiba kamu bicara seperti ini, aku tidak ingin berpisah denganmu, bagaimana kalau kita tetap bermain belakang seperti ini, lebih baik kau turuti saja apa yang menjadi keinginan kedua orang tuamu, tapi kita tetap melakukan hubungan ini gimana?" tanya Latu.

"Gak bisa Sayang, masalahnya setelah menikah aku harus pindah ke luar negeri untuk meneruskan usaha keluargaku," sahut Damian.

Latu terdiam sejenak, sebenarnya dia sudah ingin sekali lepas dari Damian karena sebenarnya hatinya saat ini sudah nyaman bersama dengan Arkan, hanya saja Latu masih belum bisa terlepas dari kekasih gelapnya ini.

"Ya, kalau begitu gimana hubungan kita, aku sih tidak mau mengatasi karena memang aku masih belum ada alasan yang tepat untuk meminta cerai dari Arkan," kilah Latu yang sebenarnya memang sekarang sudah nyaman bersama Arkan.

"Selama lima tahun dari dulu jawabanmu itu-itu saja, masih gak ada alasan untuk berpisah dengan Arkan apa jangan-jangan kau sudah jatuh cinta padanya," telisik Damian yang membuat Latu sedikit gugup.

"Enggak Sayang, kamu ini ngaco deh," gerutu Latu.

Sejenak Damian menelisik tingkah Latu yang memang sudah berhasil dia tebak, akan tetapi pria itu tidak mau diam begitu saja, dia mempunyai banyak bukti untuk membuka perselingkuhannya bersama dengan Latu hanya saja dia menunggu momen yang tepat untuk itu.

'Jangan kau pikir aku tidak tahu dengan perubahan mu sekarang Latu, aku begitu mencintaimu, tapi jika kau tidak mau berkorban untukku biarkan aku saja yang bertindak selanjutnya,' ujar Damian di dalam hatinya.

******

Keesokan harinya, saat ini Adit mulai membuntuti seorang anak yang sedang diantar oleh Leti berangkat ke sekolah, saat ini Leti begitu sigap mengantar kedua anaknya itu yaitu Emely dan juga Dante yang memang berada di sekolah yang sama.

Tanpa mereka sadari mobil bewarna hitam itu mengikutinya hingga sampai ke sekolah, saat ini mobil Leti sudah berhenti di depan sekolah kedua anaknya, bahkan Leti menyempatkan diri untuk turun dan mengantar keduanya hingga sampai di pintu gerbang.

"Mam, Akak berangkat dulu ya," ucap Emely sambil mencium pipi Leti.

"Hati-hati ya Kak, semoga hari-hari Akak si sekolah menyenangkan ya," sahut Leti.

"Makasih Mam I love you," ucap putrinya itu yang kini menginjak usia 10 tahun.

"I love you to," sahut Leti.

Saat ini Leti hanya bisa memandang pundak Emely dari kejauhan, dan sekarang dia mau mengantar anak laki-lakinya sampai di depan kelasnya.

"Sayang, nanti gak boleh nakal ya, dan tidak boleh berbicara sama orang asing," pesan Leti kepada anaknya itu.

"Baik Mama," sahut anaknya itu lalu mulai masuk ke kelasnya karena sudah ada guru yang menyambutnya.

Semenjak kepergian Leti, Adit pun mulai menunggu kepulangan anak laki-laki itu, dengan penuh kesabaran dan rencana yang cukup matang untuk menjalankan tugasnya nanti, bila perlu aksinya nanti tidak diketahui oleh siapapun apalagi korban.

"Ah mudah-mudahan saja caraku berhasil," ucap Adit.

******

Lonceng pulang pun berbunyi anak-anak pun mulai berhamburan untuk pulang, biasanya Dante selalu di jemput oleh sopir dari kakeknya, akan tetapi hari ini tiba-tiba saja mobil tersebut sedikit terlambat, hingga membuat pria dewasa di depan sana semakin leluasa untuk melancarkan aksinya.

"Sepertinya, ini saat yang tepat untuk menjalankan aksi ku," ucap Adit.

Adit segera mendekat ke arah Dante lalu mulai basa-basi dan berpura-pura mau menjemput anak majikannya juga.

"Hai Boy, bukannya kamu yang kemarin menumpahkan minuman bos saya," ucap Adit sedangkan Dante langsung menundukkan pandangannya karena ingat dengan pesan ibunya.

"Heh kok diam? Memangnya kenapa? Jangan takut bosku itu baik kok dan dia sudah tidak marah lagi denganmu," ungkap Adit yang sedikit membuat Dante lega.

"A-apa benar Uncle, dia tidak marah?" tanya Dante.

"Enggak Sayang," sahut Adit.

Entah bagaimana caranya ketika Dante mulai lengang, tiba-tiba saja tangan cepat Adit bergerak untuk mengambil gunting kecil yang begitu tajam sehingga dengan kecepatan kilat Adit pun sudah mendapatkan rambut anak tersebut.

'Yes akhirnya aku berhasil,' seringai Adit di dalam hatinya.

Bersambung ....