NovelToon NovelToon
Freesia Gladiol

Freesia Gladiol

Status: sedang berlangsung
Genre:Bullying dan Balas Dendam / Chicklit
Popularitas:15k
Nilai: 5
Nama Author: Triple.1

Dirundung, mendapat perlakuan tidak adil, dituduh atas perbuatannya yang tidak dia lakukan, dan dijadikan babu adalah hal biasa bagi Freesia (Sia). Namun, ucapan dari ibu kandungnya sendiri membuatnya patah hati hingga membuat gadis itu menerima saja saat diusir dari rumah dan dikeluarkan dari keluarga Wijaya.

Tanpa arah Sia berhenti di sebuah halte. Naas, Sia menjadi korban perampokan dan saat melarikan diri, Sia ditabrak oleh sebuah truk yang melaju kencang. Sebulan setelah kecelakaan, ingatan dan kekuatan Sia dari kehidupan sebelumnya pulih. Sia berubah dari gadis biasa menjadi luar biasa.

"Waktunya membalas dendam," ucap Sia.

Di sisi lain, Dante gusar mendengar kabar kecelakaan Freesia. Pria tampan itu khawatir jika ingatan Freesia kembali dan tidak akan mencintainya lagi.

Berhasilkah Sia membalas dendam?
Akankah Sia kembali ke kehidupan lalu sebelum reinkarnasi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triple.1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30 Gua Freesia

Dante melesat tiga kali lebih cepat. Saat ini dia sudah berada di halaman depan aula Kedamaian. Dengan sekali tarikan napas, Dante dapat menemukan Freesia. Pria itu melesat ke bagian timur aula Kedamaian. Sebuah kamar yang tampak tenang dengan aura menyenangkan. Tidak ada penjaga di sana. Luther dan Adam juga tidak tampak.

Dangan sekali kibas, pintu kamar itu terbuka. Kamar yang cukup besar namun hanya ada satu tempat tidur. Seorang gadis cantik terbaring di atas ranjang beralaskan seprai putih. Freesia masih mengenakan pakaian yang sama saat dia datang tadi. Celana jeans biru, kaos navy dengan cardigan pink fanta.

Dante mendekati Freesia. Menatap wajah gadis itu cukup lama hingga dia mendengar suara angin yang membawa beberapa orang terbang menuju ke tempatnya berada saat ini. Tidak ingin dihalangi lagi, Dante meniup wajah Freesia agar tertidur lebih lama. Dante membungkus tubuh Freesia dengan selimut lalu menggendongnya ala bridal.

Cukup dengan satu tolakan, Dante melesat terbang menjauh dari alam abadi. Dia cukup bersyukur terkena racun laba-laba hitam. Karena itu, dia bisa bertemu kembali dengan Freesia. Cukup jauh Dante terbang dan tidak ada yang mengejarnya. Pria itu memperlambat kecepatannya karena hampir mencapai tujuan.

Dante mendarat pelan. Dia tidak ingin membuat keributan bagi Freesia. Pria itu menatap ke sekeliling lalu membuat pelindung agar keberadaannya tidak terdeteksi. Mereka berada di lembah antara dua gunung. Di lembah itu terdapat sebuah gua. Sambil menggendong Freesia, Dante berjalan menuju gua yang dia beri nama gua Freesia seperti nama gadis pujaan hatinya.

Dante kembali membuat pelindung setelah berada di dalam gua. Dia sengaja menutup gua dari dalam agar tidak ada yang menemukan jalan masuk. Dante berjalan di sepanjang lorong gua. Panjangnya sekitar dua ratus meter. Di ujung lorong gua tampak cahaya dari lampu alami yang telah disiapkan oleh Dante. Lampu alami yang berasal dari kunang-kunang.

"Jika kau melihatnya, apa kau akan menyukainya?" tanya Dante tersenyum sambil menatap wajah Freesia yang masih terlelap.

Sebuah Padang rumput yang cukup luas terhampar di dalam gua. Cukup aneh tapi itulah alam abadi. Di sana ada sebuah rumah sederhana yang terbuat dari kayu, sebuah pohon rindang, kolam ikan alami, dan pastinya berbagai jenis bunga Freesia. Semua itu adalah hasil karyanya sendiri untuk Freesia. Dia tidak menyangka akan menempati tempat ini untuk bersembunyi.

Dante melanjutkan melangkah menuju rumah. Dia meletakkan Freesia di atas ranjang yang terbuat dari bambu. Merapikan selimut agar Freesia tidak kedinginan lalu pergi keluar rumah untuk membuat pelindung lagi. Pria itu menatap langit malam. Taburan bintang memenuhi langit di daerah pegunungan.

Keesokan pagi, Freesia terbangun mencium aroma bunga yang dia kenali dan suara kicauan burung. Udara pagi sangat segar. Freesia tidak ingin melewatkannya. Dia bangkit dari tempat tidur dan melakukan olahraga ringan. Freesia melangkah keluar kamar. Melihat ke sekeliling ruangan.

"Perasaan aula Kedamaian tidak seperti ini," ucap Freesia dalam hati.

Kakinya terus melangkah. Freesia sangat yakin ini bukanlah aula Kedamaian dan pastinya bukan di alam abadi. Gadis itu terserang panik. Dante yang memperhatikannya dari tadi langsung berdiri di belakang Freesia.

"Ini adalah gua Freesia," ucap Dante dari belakang.

Mata Freesia membulat. Dia berbalik dan menabrak Dante yang sengaja berdiri dalam diam. Pria itu berdiri bagai tembok.

Dante menangkap tubuh Freesia yang tidak stabil karena berbalik dengan kuat.

"Lepaskan aku!" seru Freesia.

Dante reflek melepas tangannya.

Bruk

"Aduh! Mengapa kau lepaskan?" Freesia mengaduh sambil menggosok bokongnya yang terhantam permukaan lantai.

Dante sedikit terkejut dan bingung.

"Bukannya tadi kau menyuruhku melepaskan?"

"Iya sih tapi lihat situasi juga!" Freesia bangkit dengan kesal.

Dante tersenyum. Sudah lama dia tidak melihat tingkah manja Freesia padanya.

"Ini di mana?" tanya Freesia.

"Gua Freesia," jawab Dante.

"Gua apa?" tanya Freesia bingung.

"Gua ini ku beri nama gua Freesia sesuai dengan namamu."

"Mengapa?"

"Aku tidak sengaja menemukan gua ini. Siapa sangka didalamnya terdapat sebuah padang rumput yang luas. Letaknya tertutup. Wilayah pegunungan di sini sangat jarang dilalui oleh orang," jelas Dante.

"Aku ingin kembali ke aula Kedamaian." Freesia merasa tidak nyaman tinggal berdua dengan mantan gurunya.

"Tidak!" jawab Dante tegas.

"Apa hak mu untuk melarang ku?" tantang Freesia.

"Kau milikku!" jawab Dante tegas sambil memegang kedua lengan Freesia cukup kuat.

Mata mereka saling beradu. Yang satu menatap penuh cinta dan satunya menatap tanpa rasa.

"Aku bukan milikmu!" balas Freesia tak kalah tegas.

Dante menatap tajam Freesia. Hatinya sakit mendengar penolakan dari gadis yang sangat dicintainya. Tanpa pikir panjang, Dante mengunci bibir Freesia.

Freesia tidak siap dan terkejut. Dia tidak menyangka akan mendapat serangan yang tiba-tiba. Freesia berusaha sekuat tenaga melepaskan diri dari pelukan Dante. Freesia memusatkan tenaga dalamnya lalu mengeluarkan energi cukup besar hingga membuat pria itu terlempar beberapa meter tapi tidak terjatuh.

"Kau!" teriak Freesia saat berhasil melepaskan diri.

Freesia berlari menuju mulut gua yang sempat dia lihat tadi. Tapi sayang, saat berada di mulut gua, tubuh Freesia terpental. Pelindung yang dibuat Dante sangat kuat. Pria itu tidak membiarkan orang luar masuk dan sebaliknya.

"Dante, keluarkan aku dari sini!"

Dante tersenyum saat mendengar Freesia menyebut namanya.

"Tidak." Dante menatap tajam.

"Astaga, racunnya bereaksi." Freesia melihat garis-garis hitam mulai tercetak di leher Dante.

"Dante! Kau harus melawannya!" Freesia bangkit dan memasang kuda-kuda jika Dante menyerangnya.

"Racun ini membuatku berpikir jelas bahwa yang kulakukan selama ini hanya untuk orang lain. Kapan aku memikirkan diriku sendiri?"

Freesia menggeleng. Dia ingat bagaimana rasanya racun laba-laba hitam menggerogoti pikiran. Semakin dilawan semakin sakit. Rasanya bagai kulit yang dipaksa lepas dari daging tapi.

"Bukankah dulu kau sangat mencintaiku. Bagaimana kalau kita meninggalkan alam abadi dan hidup bersama di sini dengan damai?" tawar Dante.

Jarak antara Freesia dan Dante semakin dekat.

"Tidak. Dante sadarlah! Aku bersedia datang ke alam abadi untuk menyembuhkan mu. Jangan menyerah dengan keadaan!" teriak Freesia.

Freesia membuat pelindung saat merasakan aura aneh perlahan menembus perlindungannya.

"Hahaha! Racun ini tidak buruk. Bagaimana jika kubiarkan saja racun ini di tubuhku?"

"Terserah kau saja jika ingin kehilangan nyawa lebih cepat. Racun itu seperti parasit."

"Kau pasti membohongiku."

"Untuk apa aku membohongimu. Aku memilih kehilangan nyawa di tanganmu karena aku benci padamu yang tidak menghargai perasaan. Sekaligus menyingkirkan perasaan cintaku yang kau anggap hina," jelas Freesia.

Air matanya mengalir membasahi wajah cantik gadis itu.

"Freesia, maafkan aku!" Dante melunak lalu melesat mendekati Freesia

Boom

Freesia mengeluarkan melontarkan energi dari dalam tubuhnya untuk menyerang Dante. Dia tidak sudi pria itu menyentuhnya lagi.

1
Paulina H. Alamsyah Asir
vote plus bunganya sudah yaa...

Mangat Thor 😍❤💪
Paulina H. Alamsyah Asir
Luar biasa.... Joss.... Joss.... Joss.... ❤😍
Maya Raharjo
Luar biasa
Elizabeth Jack
semagat
Earlene
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/ jadi pengen punya kucing kek snow
Earlene
ngilu hatiku/Brokenheart/
Earlene
aroma-aroma bucin/Chuckle/
Earlene
somplak, ada Dora nyasar/Facepalm/
Earlene
ini si Sia kena lagi dah/Facepalm//Grin//Chuckle/
Earlene
bercocok tanam wei/Facepalm//Facepalm//Grin/
Earlene
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Baim
dasar meong/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Sera
bener juga sih ya/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Shima Kim
Semangat Author /Scream//Scream//Kiss/
Isss
wah hebat juga nih Sia
Isss
wkwkwkwk
Isss
awal yang bagus
Bhebz
hummm lanjut Thor
Isss: hai akak
total 1 replies
Bhebz
hum.. .kasihan
Bhebz
hai kak, aku mampir nih bawa kopi. Semangat!!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!