Syifana Khoirunnisa yang biasa di sapa Syifa, harus menelen kekecewaan saat mengetahui rahasia suaminya yang tidak ingin menyentuhnya.
Di usia pernikahan yang menginjak Minggu ke empat, Syifa memutuskan untuk bercerai. Bahkan meninggalkan kota kelahirannya demi melupakan kegagalan rumah tangganya juga mantan suaminya yang sebenarnya sudah ada di hatinya.
Hingga ia harus kembali ke kota itu setelah tujuh tahun berlalu dengan sudah ada banyak perubahan pada kehidupannya.
Apa yang terjadi jika ia kembali bertemu mantan suaminya di saat ia sudah memiliki calon suami. Lalu apa yang akan terjadi saat ada laki-laki yang dengan berani menyatakan cintanya bahkan mengejar cinta Syifa tanpa lelah.
Kemana hati Syifa akan berlabuh? Siapa pemilik hati Syifa?
Happy Reading
IG: sasaalkhansa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PH 29 Karena Dia Bukan Kamu
Pemilik Hati (29)
" Biarkan saja." jawab David acuh sambil mengibaskan tangannya agar sekretarisnya kembali keluar.
" Kamu bermaksud mempermalukan ku?," Wajahnya penuh amarah.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
" Bun, kita mau kemana?," tanya Reza saat mereka selesai berkemas dan memasukkan barang ke dalam bagasi mobil.
" Kita akan pindah ke apartemen Ayah. Kamu mau?," tanya Daniel sambil menutup bagasi mobilnya.
" Sekolahku?," tanya Reza bingung karena setaunya ia akan bersekolah di sekolah di dekat sana. Di tempat bunda dan Mama nya mengajar.
" Kamu tetap sekolah disana. Kita hanya pindah rumah. Celin juga akan tetap sekolah disana," Daniel tersenyum ke arah putri kecilnya yang tampak banyak diam.
Celin sendiri tidak berani banyak bertanya. Ada rasa khawatir jika sang ayah tidak menyukai pertanyaannya, ia akan kembali tinggal bersama Oma dan Opanya.
Alya menyadari sikap Celin yang berbeda. Ia akan mulai mendekatkan diri pada gadis kecil itu nanti. Bagaimana pun tidak mudah menjadi Celina. Dimana kedua orangtuanya masih ada dan hidup berkecukupan namun, ia harus tinggal dengan kakek dan neneknya.
Bahkan sempat di benci oleh ayahnya.
Setelah menempuh setengah jam perjalanan, mereka akhirnya sampai di sebuah rumah dua lantai. Rumah yang tidak terlalu megah namun, tampak nyaman. Apalagi dengan tanah kosong di sekitar rumahnya.
" Bukankah kita akan pergi ke apartemen. Lalu ini rumah siapa?,"
" Ini rumah kita. Kita hanya tinggal di apartemen selama rumah ini di renovasi."
" Renovasi?,"
" Ya, renovasi. Aku ingin kamu melihatnya dan merubahnya sesuai keinginanmu." jelas Daniel
" Kamu bisa membuat taman di sebelah sana. Juga tempat bermain di sebelah sana," tunjuk Daniel pada lahan kosong yang memang belum ia rubah dari awal membeli.
Ia ingin Alya sendiri lah yang menentukan seperti apa rumah mereka. Taman mereka juga tempat bermain bagi anak mereka.
" Dulu, kamu bilang ingin membuat rumah sesuai keinginanmu. Dan kamu tak pernah mengatakan seperti apa rumah yang kamu inginkan, sayang," Daniel merangkul pinggang Alya yang sedang memperhatikan rumah yang ada di hadapannya.
" Hmmm," Alya hanya berdehem.
Alya memang menginginkan rumah yang ia sendirilah yang mendekorasinya.
" Ayo kita masuk. Aku juga belum merubah apapun. Aku ingin kamu sendiri yang mendekorasi rumah itu. Kamar kita juga kamar anak-anak," jelas Daniel.
" Yakin terserah aku, mas?,"
" Ya. Aku akan membuat rumah sesuai keinginanmu."
" Terimakasih, sayang." Alya mengecup pipi suaminya.
Daniel hanya tersenyum akhirnya, ia bisa menggunakan uang hasil kerja kerasnya untuk membahagiakan anak dan istrinya.
Mereka memasuki rumah yang bercat putih itu. Sementara kedua anak mereka sudah ada di dalam . Keduanya antusias melihat rumah bahkan segera naik ke lantai atas karena ingin melihat kamar mereka yang katanya ada di lantai atas.
" Kamu boleh membuat kamar sesuai keinginanmu," Daniel menghampiri Reza yang memperhatikan kamarnya.
Kamar yang luas namun masih nampak kosong. Hanya ada kasur dan lemari disana.
" Hore! Aku ingin ada gambar superhero nya!," teriak Reza.
" Ayo kita lihat kamar Celin," Reza menarik tangan Celin agar pergi ke kamar sebelahnya.
" Kamu ingin kamar seperti apa?," tanya Reza saat keduanya ada di dalam kamar yang luasnya sama dengan kamar Reza.
Celin diam. Dia berpikir apakah tidak apa-apa jika membuat sesuai keinginannya?
Alya kembali menyadari perubahan sikap Celin.
" Celin boleh kok membuat kamar sesuai keinginan Celin," Alya menghampiri Celin dan Reza bahkan merubah posisinya agar sejajar dengan Celin.
" Apa ayah tidak akan marah, Tante?," tanya Celin sedikit mencuri pandang pada Daniel dengan suara pelan namun masih bisa di dengar Daniel.
Degh
Daniel melihat ke arah Celin yang nampak menundukkan kepalanya.
Apa mungkin Celin takut padaku? Batin Daniel.
Alya tersenyum. " Tidak. Ayah tidak marah. Dan panggil bunda, kan Bundanya kak Reza juga bunda Celin."
Alya memeluk Celina yang hanya diam. Merasa iba pada gadis kecil itu.
Daniel mulai merasa bersalah karena telah mengabaikan putri kecil mereka. Bagaimana pun Celin tidak bersalah. Namun, harus menerima akibat dari kebohongan ibunya.
Daniel menghampiri anak dan istrinya. Ikut berjongkok dan mengusap kepala Celin.
" Maaf kalau ayah sudah membuat Celin takut. Ayah bersalah karena membuat Celin tinggal dengan Oma dan Opa." Dadanya sesak.
Celin mendongak melihat ke arah ayahnya.
" Ayah tidak akan meninggalkan Celin bersama opa jika Celin meminta kamar Celin di cat warna pink?," tanyanya polos.
Mata Daniel berkaca-kaca. Ia menggeleng. "Tentu saja tidak."
" Kalau Celin juga mau ada lemari untuk bonekanya apa boleh? Ayah tidak akan membenci Celin?,"
Daniel memeluk Celin. Rasanya ia merasa semakin bersalah. Anaknya menjadi takut meminta karena takut padanya. Takut kembali di asingkan dan berjauhan dengannya.
" Apapun yang Celin mau, Celin boleh minta. Ayah tidak marah. Ayah juga tidak akan meninggalkan Celin untuk tinggal bersama Oma dan Opa lagi."
"Terimakasih ayah," Celin memeluk Daniel dengan tawa yang merekah
Sementara Daniel merasa dadanya terasa sesak. Ia pun memeluk Celin dengan erat. Berjanji dalam hati akan mengobati luka hati sang putri atas keegoisannya selama ini.
Sementara di perusahaan, Jelita mengungkapkan amarahnya pada David yang hanya duduk tenang. Berbeda dengan Syifa yang sedikit terkejut dengan sikap Jelita.
" Aku tak merasa mempermalukanmu. Kamu sendiri yang terlalu percaya diri mendatangiku sementara aku tak merasa memanggilmu," jawab David telak.
Jlebb
Jelita diam. Bukankah apa yang di katakan David itu benar?
" Tapi, kamu kan tahu. Aku sangat mencintaimu," lirihnya. " Kenapa tiba-tiba kamu menikahinya," tunjuknya emosi pada Syifa.
Walaupun David berkata benar, namun Jelita tetap tidak terima jikaia kalah oleh perempuan biasa seperti Syifa. Ya, bagi jelita Syifa hanyalah perempuan biasa.
" Turunkan tanganmu!," Teriak David. David tak suka ada yang menunjuk-nunjuk istrinya seperti itu.
" Dav..." Jelita terkejut. Ia tak pernah melihat David marah selama ini.
Selama ia mengejar David, David tak pernah menunjukkan amarahnya. Hanya asisten atau sekretarisnya yang akan selalu melarangnya. Jadi, Jelita pikir jika ia bisa menemui David, David akan bisa ia taklukan.
" Aku tak pernah turun tangan langsung untuk menyeretmu keluar karena aku menghargai mu sebagai temanku. Namun, karena sikapmu semakin menjadi, mungkin memang aku harus turun tangan langsung,"
Merasakan amarah suaminya,Syifa menggenggam tangan David. Tak ingin sampai suaminya semakin emosi.
" Maaf, sayang," David lupa karena sudah membuat Syifa terkejut saat ia meninggikan suaranya.
Jelita semakin terkejut saat David kembali berbicara lembut pada istrinya.
" Jadi, kamu mau keluar sendiri atau di paksa keluar?" David akhirnya hanya memberi pilihan. Membiarkan Jelita terlalu lama di ruangannya malah membuatnya semakin emosi.
" Kenapa? Kenapa kamu memilih dia? Kenapa kamu menikahinya,Dav ?" Jelita tak terima kalah oleh perempuan yang menurutnya biasa saja.
Pakaiannya memang branded. Tentu karena pakaian itu pilihan asisten David yang tidak mungkin membeli pakaian murah untuk istri bosnya.
" Karena dia bukan kamu,"
TBC
👍❤❤❤
favorit
👍❤