Kalista langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Julio, kakak dari sahabatnya yang merupakan seorang CEO muda. Selain memiliki ketampanan dan kerupawanan, Julio juga memiliki karakter yang sangat baik, penyayang dan tidak suka memandang rendah seseorang. Kalista jatuh hati padanya, terutama pada ketampanannya, maka bagaimanapun jalan yang harus ditempuh, Kalista akan mengejar Julio.
Ketampanan dia tidak boleh disia-siakan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Candradimuka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Selingkuh
Rahadyan langsung berpaling memerhatikan Bu Winnie. Itu sangat lucu diucapkan sebab dia sendiri tidak menikah padahal usianya sudah melampui usia rata-rata wanita menikah. Winnie sekarang ada di usia anaknya sudah tiga atau mungkin dua dan mereka mungkin sudah SMP atau bahkan SMA.
"Kamu enggak nikah," gumam Rahadyan. "Atau kamu sebenernya pengen nikah, Win?"
"Jelas mau."
Rahadyan tersedak. "Serius?!"
"Ya." Bu Winnie menatap aneh Rahadyan yang malah terlihat terlalu kaget. "Tapi enggak bisa."
"What? Why?"
"Kamu tanya why? Ya menurut kamu aja berapa banyak waktu yang bisa saya kasih ke pernikahan saya, sementara saya harus ngurusin satu kampus besar, terbaik, di negara kita. Waktu tidur saya aja kurang, apalagi nikah."
Jadi sebenarnya dia mau menikah namun tidak dia lakukan karena kariernya menghambat?
"Terus maksudnya kamu suka sama seseorang?" tanya Rahadyan sangat kepo.
Bu Winnie menatapnya aneh. "Kenapa penjelasan saya tadi malah ngarah ke 'maksudnya saya suka seseorang'. Besides it wasn't your business, right?"
Not right, dasar perempuan batu. Rahadyan menggerutu diam-diam.
Winnie adalah berlian yang sangat-sangat berharga, bagi Rahadyan. Makanya dia menyebalkan sebab berlian itu salah satu batu paling keras di dunia, mirip kepalanya Winnie.
"Anyway," Rahadyan mengalihkan pembicaraan, "Kalista cerita ke kamu soal perkembangan hubungan dia? Sama Sergio, sama Julio, sama siapa mungkin?"
"Enggak. Enggak ada cerita soal itu, sih." Bu Winnie mengangkat bahu. "Tapi kayaknya Pak Julio enggak masuk hitungan."
"Kesimpulan dari mana?"
"Karena terakhir kali dia makan malam sama saya, keliatan jelas dia terpaksa ikut. Kayaknya dia cuma baik sama Kalista gara-gara bapaknya orang macem kamu."
Rahadyan ingin menggetok kepala Bu Winnie namun juga sungkan hingga cuma melotot padanya. Wanita itu tertawa kecil, sebagai teman, tanpa sedikitpun peka bahwa dia telah menjebak seorang lajang satu anak dalam hubungan friendzone setan.
Tapi Rahadyan menerima pendapat Bu Winnie tadi tanpa ragu. Lupa bahwa Bu Winnie seharusnya tidak dijadikan patokan berpendapat soal cinta, sebab dia bahkan tidak sadar Rahadyan suka padanya.
Mana mungkin dia sadar akan urusan cinta orang lain.
*
Astrid tersenyum kecil menatap ponselnya sejak kemarin. Perempuan itu tak berhenti tersenyum bahkan sekalipun asistennya datang mengecat ulang kuku kakinya, kemudian datang laporan tentang penurunan harga saham perusahaan yang sekarang menjadi tanggung jawabnya.
Perempuan itu malah tertawa kecil, meminta anggur hijau dibawakan untuknya.
"Kayaknya ada yang seneng banget dari kemarin," kata Mama ketika tak sengaja lewat dan melihat Astrid. "Kamu enggak mau bagi ke Mama? Mama juga mau seneng loh."
"Hm? Cuma soal Sergio."
"Mama malah pengen tau banget." Wanita itu melipat tangan. "Sergio udah ngelamar kamu atau gimana?"
"Perhaps?" [Mungkin?]
"Oiya?!" pekik Mama senang.
Astrid tertawa lagi memandangi ponselnya. Pelayan yang berada di belakang Astrid tahu betul bahwa yang membuat Astrid tertawa bukanlah Sergio, melainkan foto ... dari kakaknya Sergio mencium perempuan.
Tapi pelayan itu tidak tahu bahwa foto ini memang berkaitan dengan hubungan Astrid dan Sergio. Walau semuanya tergantung pada dua pengkhianat di foto ini.
"Astrid, kamu mesti ngasih tau Mama kalo beneran Sergio ngelamar kamu."
"Oke, Ma. Kalo dia ngelamar aku, oke? Mama mau pergi, kan? Bye, love you, muach."
Walau kecewa karena Astrid tidak memperjelas, Mama pada akhirnya pergi. Hanya beberapa menit setelah Mama pergi, cat kuku kaki Astrid selesai.
"Siapin dress aku," ucapnya seraya berlalu.
Sudah waktunya ia menghadapi Kalista secara langsung.
*
Astrid :
Aku di perjalanan.
Sergio :
Hah?
Astrid :
Ke kantor kamu.
Sergio melongo. Kenapa perempuan ini selalu saja seenaknya?! Mentang-mentang dia didukung oleh Mami, dia merasa Sergio adalah babunya!
Buru-buru Sergio beranjak, menuju ruangan Julio untuk menemui Kalista.
Kalista yang lagi sibuk menatap foto-foto Julio di komputernya jelas tersentak. Tapi dia tidak sekaget itu karena Julio sedang pergi dan Sergio sudah terbiasa melihat Kalista stalking.
"Kalista, bantuin gue!"
Gadis itu mengangkat alis. "Duit lo abis? Gue enggak punya cash, ngomong-ngomong."
Tangan Sergio menggetok kepala Kalista spontan, membuat gadis itu mendesis sebal.
"Astrid mau ke sini," jelas Sergio panik. "Plis, bantuin gue. Gue lagi enggak pengen ngadepin dia, plis."
"Takut bener lo sama cewek," cibir Kalista. "Emang dia makan lo apa?"
Itu benar tapi Sergio tidak mungkin mengakuinya, jadi Sergio cuma mendorong Kalista buat ikut dengannya. Bahkan baru saja mereka keluar dari pintu ruangan Julio, Astrid kembali mengirim teks. Katanya dia sudah di lobi.
Memang dia sengaja menghubungi pas sudah sampai!
"Sabar, elah!" Kalista menggigit tangan Sergio yang terus mendorongnya. "Lagian lo mau bantuan apaan, hah? Ngadepin Astrid? Yaudah sini, gue cekek tuh cewek sun-dal."
Omongan sok berani Kalista malah dibalas pukulan di bokongnya.
"Aw! Itu barusan pelecehan!"
"Sini, ikut gue aja. Enggak usah sok bisa ngelawan."
"Gue bisa! Guenya doang enggak mau kemaren!"
Sergio bodo amat, menarik Kalista buat masuk ke ruangan Sergio. Pemuda itu lantas duduk di kursinya, menarik Kalista buat duduk di meja.
"Lo mau ngapain?!" jerit Kalista saat Sergio membuka kakinya.
"Mau selingkuh!" Sergio tetap membuka paksa. "Santai dong, elah! Lo kan pake jeans juga!"
"Ya tapi—"
"Kalista, lo udah janji."
"Tapi enggak segitunya juga kali!" Kalista merengut sebal. Malu juga kali kalau ia sampai membuka kaki ke arah Sergio, tapi memang benar Kalista pakai jeans jadi sebenarnya santai saja.
Mau tak mau Kalista mengikuti skenario, pura-pura sedang mengobrol mesra dengan Sergio saat pintu terbuka.
Astrid muncul di sana, memegang ponsel yang memotret mereka.
"Ups," kata dia seolah terkejut tapi sebenarnya tidak terlihat terkejut. "****** lagi beraksi."
Kalista mendelik. "Bacot!"
"Ugh, omongan anak gundik emang beda." Astrid mengantongi ponselnya kembali. "Yah, gue udah tau sih lo ke sini buat godain orang jadi not surprised at all."
"Haha, whatever." Kalista membuang muka, lalu tersenyum manis pada Sergio. "Iya kan, Sayang? Kamu enggak peduli sama dia, kan? Cuma aku, kan?"
Sergio mencium tangan Kalista di wajahnya. "Iya, Sayang."
Mata Kalista melotot diam-diam. Siapa yang nyuruh lo cium tangan gue? Begitulah kira-kira.
Tapi Sergio tidak peduli, karena dia sedang melakukan trik menyelam sambil minum es jeruk.
Astrid tertawa melihat mereka. Bukannya marah atau kesal, perempuan itu justru datang, meraba punggung Kalista sambil menyerahkan ponselnya.
"Jangan gitu dong, Sayang," bisik Astrid bersamaan dengan mata Kalista melotot horor.
Spontan gadis itu merebut ponsel Astrid, menutupinya dari Sergio. Tanpa disuruh dia menjauhi Sergio, menandakan dia mundur dari pertarungan.
Sejak dulu Kalista memang tidak pernah menang dari Astrid bahkan sekalipun dia mendapatkan cinta Sergio.
*
aaaahhhh sedihnya akuu
knpa harus yg terakhir ini😥😥😪😪
gmna nanti klanjutannya
ganas juga julio kalau dikasurrrr ya
biar uppp😊😃😁😂
plissssss up lagiiii
gmna reaksi sergiooooo😭😭😭😢