Aku yang terjebak hubungan terlarang di luar nikah dan di tipu kekasihku yang membawaku kabur dari rumah ke kota, Tiba-tiba di lamar dan di nikahi oleh seorang Polisi yang terpaut 9 tahun lebih tua dariku. Polisi yang membantuku pulang ke rumah dan berdamai kembali dengan ayah.
Menjalani Pernikahan kilat dengan seorang pria asing yang sama sekali belum ku kenal sebelumnya, demi menebus dosa pada ayah yang sudah ku buat sedemikian hina.
"Kenapa kakak mau menikahi dan bertanggung jawab untuk seseorang yang tidak kamu kenal dengan baik?" ~ Karunia
"Karena aku tahu rasanya tidak punya orang tua." ~Anta Reza
meski begitu dia bukan sosok yang sempurna, dia memiliki kelemahan permanen yang membuatku akhirnya paham bahwa tidak ada seorang pria mau menikahi wanita asing yang mengandung anak dari orang lain dengan sukarela, sebagaimana pemikiran orang lain pada umumnya. hingga akhirnya aku mengetahui, bahwa ia memiliki alasan lain yang lebih masuk akal, selain dari yang telah dia ucapkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon unchihah sanskeh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30 - Waktu Keluarga
Hari ini minggu, Setelah selesai beres-beres rumah. Suasana hening kembali menguasai ku. Aku duduk di beranda halaman samping rumah menikmati langit cerah yang kebiruan. Dari sela-sela pohon, angin bertiup sepoi dan basah, mengusik tubuhku. Ku ambil buku resep masakan yang terakhir ku baca kemarin. Mencari inspirasi masakan untuk makan malam hari ini. Rasa penat hampir memadamkan seluruh seleraku. Beruntung pagi ini Kak Anta libur, Aku tak sendiri, dikutuk kesunyian yang mematikan.
Siang ini, makan siang bersama Kak Anta di luar. Kemarin tiba-tiba dia menawarkan menghabiskan waktu bersama di hari libur. Sungguh sebuah Pelampiasan dari penantianku selama satu minggu ini, karena Kak Anta full bertugas, patroli malam, dan terakhir membantu Mbak Isma dan keluarganya.
Tentang masalah Mbak Isma dan keluarganya sendiri terakhir ku dengar dari Kak Anta, pamannya memberi waktu satu minggu untuk sama-sama di selesaikan secara kekeluargaan. Sebelum berakhir pada pengajuan gugatan perdata.
"Kamu belum bersiap? Tiba-tiba Kak Anta muncul dari belakangku, sebelum kemudian mengambil posisi untuk duduk tepat di sebelahku. "Masih istirahat, ya? pasti lelah sekali. Suasana hari ini memang cerah, jadi lebih enak untuk melepas penat. Meski cuma menikmati panorama langit."
Aku menoleh dan tersenyum padanya.
"Pertama, aku memang sedang istirahat dan menikmati birunya langit. Tapi, aku tidak kelelahan. Karena Kak Anta yang sangat baik selalu membantu ku membereskan pekerjaan rumah. " Kataku, kemudian melanjutkan; "Kedua, aku menunggu aba-aba dari kakak. Kalau sudah mau pergi, aku bisa bersiap secepatnya. Begitu lebih baik, sebab penampilanku bisa berantakan kalau menunggu terlalu lama."
"Ha ha, maaf ya. Baiklah kalau begitu bersiaplah, kita pergi setelah kamu rapi!"
Begitu mendengar ucapan Kak Anta, wajahku berubah cerah, secerah cuaca siang ini. Lantas aku segera bangkit dan pergi ke kamar untuk berdandan. Senyumnya menetap bagai bayang-bayang yang selalu menggerayangi bagian terbawah alam sadar ku.
Setengah jam berlalu dan kami sudah ada di teras depan, sementara Kak Anta menyalakan mesin mobil, aku mengunci pintu rumah. Baru hendak memutar badan, Kak Anta sudah turun lagi dari mobil dan berlari kecil menghampiri ku.
"Kakak kenapa?" tanyaku padanya.
"Maaf Kania, Kita tunda dulu makan di luarnya ya? di ganti makan malam saja."
"Kenapa? Kakak kan sudah janji makan siang di luar. Aku terlanjur tidak masak! memangnya ada apa?"
"Mang Haris datang ke rumah Isma dan Abah, bawa orang-orang modelan preman. Barusan Emak kasih kabar ke aku, kalau Abah dan Isma masih di luar rumah, coba mediasi."
"Maaf kak, aku tidak tahu." kataku, "Tapi memang harus ya, Kak Anta mengurus urusan mereka terus?"
"Mereka minta tolong, Kania..."
"Iya, aku tahu Kak!" Sergahku, "Aku tahu Kak Anta sudah kenal lebih dulu dengan Mbak Isma dan sudah dekat dengan keluarganya. Tapi aku----"
"Kamu cemburu?"
Kak Anta menatapku lekat, lengkap dengar sorot matanya yang tajam, seakan memberi isyarat bahwa perasaannya sedang tidak baik. Ada gelisah yang mengganggu, gelisah karena apa lagi jika bukan karena memikirkan Mbak Isma yang tengah bersedih.
"Tidak! aku tidak cemburu." Aku menaikkan sedikit nada bicaraku padanya, sehingga di kalimat berikutnya aku berusaha untuk lebih pelan dan tenang. "Cuma, Ayah mbak Isma kan sudah keluar kantor polisi, Kak! Kenapa masih kakak yang sibuk? urusan persidangan perkara apa pun itu, bukan urusan kakak lagi!"
Suasana jadi hening namun juga penuh hiruk pikuk yang menyesakkan. Entahlah, memang siang yang membingungkan.
"Kita tinggal satu atap tapi aku tidak pernah dapat waktu Kak Anta sejak Mbak Isma minta bantuan."
"Kamu yang suruh waktu itu, Kania!"
"Aku suruh karena Mbak Isma minta bantuan sekadar untuk menemui ayahnya di kantor polisi. batas situ! tidak lebih!"
Demikianlah aku menjelaskan isi hati dan kegusaran yang ku alami padanya. Lalu dengan gaya yang meyakinkan dilengkapi dengan perasaan kecewa, ku luapkan emosi yang meledak-letak, merengek minta di keluarkan.
"Hari ini hari libur kakak, tapi hari ini pun harus terbagi lagi untuk Mbak isma dan keluarganya. Kalau memang tidak bisa, kenapa harus berjanji ini itu, Kakak sudah banyak ingkar. Mau bagaimana pun juga aku ini masih istri Kak Anta!"
"Abah itu sudah seperti ayah sendiri Kania, aku sudah kenal Isma dari kecil, Mereka sedang butuh bantuanku Kania. Kamu tidak bisa mengerti?"
"Iya aku mengerti Kak.Tapi aku tidak tahu kenapa perasaanku bisa begini." Aku menghela napas berusaha untuk tenang dan pelan, "Mungkin karena aku takut kehilangan Kak Anta, karena itu aku tidak suka kalau kakak kembali terlalu dekat dengan Mbak Isma."
"Aku juga tidak suka kalau kamu terlalu cemburu begini!"
"Kakak begitu karena memang mengesampingkan aku."
Ku dorong tubuh Kak Anta menepi agar aku bisa kembali membuka kunci pintu depan rumah. begitu terbuka, aku segera masuk. Namun, lagi-lagi sebelum aku berjarak semakin jauh dengannya. Kak Anta menarik tanganku dari belakang.
Aku mencoba memberontak, sementara dia berusaha menahan tubuhku. Setelah tempo ku melambat, Dengan cepat, Kak Anta mengunci wajahku dengan kedua tangannya yang lembut.
"Tatap aku sebentar," katanya.
"Hari ini saja, Izinkan aku membantu untuk yang terakhir. Abah terlalu tua untuk menghadapi preman. Isma juga seorang wanita. Kamu percaya padaku kan Kania?"
Entah seberapa banyak aku kecewa, aku hanya tak mampu membayangkan jika akhirnya salah satu di antara kami menyerah...
Tepat tiga hari lagi pernikahan antara aku dan Kak Anta berusia satu bulan. Satu bulan yang kelabu, dan penuh hiruk pikuk yang meluluhlantakkan hidupku.
"Aku bukan laki-laki yang suka memainkan tali pernikahan. Jika sudah denganmu, maka selamanya tetap denganmu."
Semoga bukan kata-kata...
Aku meyakini, memang kehidupan rumah tangga itu bukan perkara yang mudah. Karena bayangan hidup yang melulu soal bahagia itu hanyalah omong kosong dan cita-cita belaka. Cinta sebesar apa pun, tiap bahtera akan selalu menemui badainya masing-masing. Tinggal bagaimana Nakhoda dan penumpangnya dapat bertahan agar mampu melewatinya.
Percaya atau tidak, Perasaan tidak selalu menjadi penentu dalam kehidupan. Tapi di perlukan logika yang logis agar kita tidak mati dalam kesengsaraan. Sementara Aku hanya bisa mencari-cari alasan ... sebab aku sudah tak mampu mengandalkan keduanya.
"Terserah kakak saja."
Lantas Kak Anta memelukku penuh haru dan aku terbenam dalam dirinya. Sebuah lirik kuingat dengan samar, ketika aku tenggelam dalam dekapannya yang hangat dan harum :
Aku terasa mati ditinggal kekasih
Tak pernah terpikir ini bisa terjadi
Aku terasa pilu saat kau berlalu
Hilang semua kisah cinta dalam hatiku
Cintaku padamu telah setinggi langit
Namun kau tak merasakan
Sayangku padamu kan ku ingat slalu
Biar ku bawa sendiri
Aku tak bisa menahan langkah kakimu
Aku tak bisa menahan kepergianmu
Kamu terlalu telah dengan yang lain
Untuk hidupmu nanti
Aku tak bisa menahan air mataku
Aku tak bisa kesedihanku
Aku telah hancur hilang semua mimpiku
Dia pergi meninggalkan kilau nya yang keperakan.
...****************...
Haloo besstt...
Berhubung malam ini, malam senin. Seperti biasa hehe.... itu loh 👉👈 jangan lupa kasih vote, kalau ga kasih author hadang di perempatan. Mohon maaf, author agak maksa.
ANTA SETIAP MALAM TITIP PESAN :