NovelToon NovelToon
Pria Dari Belgia

Pria Dari Belgia

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Beda Dunia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Kelly Hasya

"Aku sudah lama tidak pernah merindukan siapapun. Karena aku tahu, rindu itu cukup berat bagiku. Tapi sekarang, aku sudah mulai merindukan seseorang lagi. Dan itu kamu..!"

Maarten tahu, hidupnya tak pernah diam. Dia bekerja di kapal, dan dunia selalu berubah setiap kali ia berlabuh. Dia takut mencintai, karena rindu tak bisa dia bawa ke tengah laut.

"Jangan khawatir, kupu-kupumu akan tetap terbang.
Meski angin membawa kami ke arah yang berbeda,
jejak namamu tetap tertulis di sayapnya"

Apakah pria dari Belgia itu akan kembali?
Atau pertemuan kami hanya sebatas perjalanan tanpa tujuan lebih?

(Kisah nyata)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kelly Hasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DULU DAN SEKARANG

Aku memandangi kalender yang menggantung di dinding rumah. Tak terasa, ini sudah tahun 2025. Angkanya terlihat sederhana, tapi maknanya tidak. Waktu telah berjalan sejauh ini, membawa luka, kenangan, dan pertumbuhan yang tidak selalu mudah. Seperti air yang mengikis batu, diam-diam waktu mengubahku. Dari seorang gadis pemalu yang mudah runtuh oleh kehilangan, menjadi seseorang yang belajar menerima, belajar berdiri lagi meski perlahan.

Tidak ada resolusi besar yang aku impikan, hanya satu harapan, semoga aku bisa menjalani hari-hari ke depan dengan hati yang lebih tenang. Semoga aku bisa terus menghargai hal-hal kecil, seperti senyuman nenek, pelukan yang hangat, dan pesan singkat dari seseorang yang jauh di sana. Tahun ini bukan tentang melupakan masa lalu, tapi tentang berjalan bersama waktu, tanpa terus menoleh ke belakang. Dan di tengah diamku, aku tahu, aku masih belajar. Masih bertumbuh. Masih mencari tahu siapa diriku yang sebenarnya. Tapi satu hal yang pasti, aku masih di sini, dan itu saja sudah cukup untuk hari ini.

Malam itu, Maarten mengirim pesan kepadaku lagi. Katanya, ia sedang duduk di teras vila, tapi suasana tenang itu terganggu oleh satu hal, yaitu nyamuk.

"Aku tidak bisa tidur nyenyak disini. Banyak sekali nyamuk". Tulisnya di pesan.

Dia bahkan menyamakan serangan nyamuk di Sumatera seperti pasukan kecil yang terorganisir, menyerang tanpa henti. Aku tertawa pelan membaca keluhannya. Dalam hati aku membayangkan wajahnya yang mungkin kesal tapi tetap sabar, sambil terus menepuk-nepuk lengannya sendiri.

Dia bukan mengeluh untuk mencari simpati, tapi lebih seperti anak kecil yang jujur mengabarkan kesehariannya.

"Karena kamu manis, nyamuk saja menciummu"

Aku menggodanya. Dan kamipun tertawa.

Lalu dia mengirimku sebuah foto ranjang kecil dengan ditutupi sebuah kelambu. Agar dia terhindar dari gigitan nyamuk.

"Lihat tempat tidurku. Hahahaha..... "

"Tempat didurmu dipasang kelambu? Kamu terlihat seperti bayi. Hahaha"

"Ya, aku adalah bayi kecilmu.... "

"Kenapa kamu tidak menyewa hotel?"

"Hotel sangat jauh dari hutan. Dan semua turis menyewa villa yang ada disini. Agar besok perjalanan kami tidak terhalang jarak"

"Ide yang cukup bagus... Sekarang tidurlah bayi kecilku..... ". Aku menggodanya.

"Aku akan tidur kalau ada susu disampingku... "

Dan kamipun tertawa sangat keras.

Malam itu,  Maarten meminta izin untuk beristirahat lebih dulu karena besok pagi akan kembali masuk ke hutan, bersama tour guide dan beberapa turis lainnya. Ia bilang perjalanannya akan cukup panjang, dan dia harus bangun lebih awal dari biasanya. Aku membalas dengan do'a pelan, semoga perjalanannya lancar dan menyenangkan. Meski hanya lewat teks, aku bisa merasakan kelelahan dalam kata-katanya, sekaligus antusiasme kecil yang tetap bersinar. Sebelum menutup percakapan, ia sempat menuliskan satu kalimat yang membuatku diam sesaat :

“Jaga dirimu baik-baik, kupu-kupu kecilku.”

Dan aku menutup pesan itu dengan ciuman hangat....

Aku merebahkan tubuhku di atas ranjang, membiarkan langit-langit kamar menjadi saksi diam atas pikiranku yang perlahan mengembara. Aku ingat, setelah perjalanannya di Sumatera, Maarten berjanji akan mengajakku ke Jogja. Janji yang sederhana, tapi cukup untuk membuat hatiku bertahan dalam rindu. Aku sempat berpikir, ingin sekali mengingatkan dia tentang rencana kecil itu, bukan karena takut dia lupa, tapi lebih karena aku ingin memastikan bahwa aku masih ada di dalam lintasan harinya.

Dan aku memutuskan untuk tidak mengingatkannya malam ini. Aku tidak ingin menjadi beban kecil di kepalanya. Biarlah malam ini dia tidur dengan tenang, tanpa notifikasi baru dariku yang mungkin mengganggu.

Tapi dalam diamku, aku menyimpan satu niat kecil, besok aku akan mengingatkannya tentang Jogja. Tentang janji sederhana yang ia ucapkan sebelum pergi. Bukan karena aku tak percaya, tapi karena aku ingin memastikan bahwa kami sama-sama menginginkannya. Bahwa rencana itu tidak sekadar lewat seperti angin, tapi tumbuh perlahan dalam hati kami masing-masing. Aku ingin jadi bagian dari harinya, bukan hanya hari ini, tapi juga hari-hari yang akan datang.

Aku tidak bisa tidur malam ini...

Aku membuka galeri di ponselku, membiarkan jari-jariku menelusuri deretan gambar yang diam-diam aku simpan. Di antara potret alam, selfie yang gagal, dan tangkapan momen yang tak penting.

Tapi ada satu folder yang selalu membuatku berhenti lebih lama, yaitu foto-foto Maarten.

Beberapa kuambil diam-diam. Saat dia sedang tertawa, saat dia menatap senja, saat dia tersenyum. Tak ada pose yang dibuat-buat, tak ada senyum yang diminta. Semua terlihat nyata. Dan justru dari situlah aku bisa melihat ketulusan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Aku menatap salah satu fotonya lebih lama dari biasanya. Dalam gambar itu, ia tidak menatap kamera. Tapi aku tahu, saat itu dia sedang berada di dekatku. Dan entah kenapa, lewat foto itu, aku bisa merasakan kehadirannya kembali. Hangat. Nyata. Dan jujur saja, aku semakin merindukannya..

Saat aku menggeser layar untuk membuka folder lain, tiba-tiba pandanganku terhenti. Ada satu folder yang sudah lama tidak kusentuh. Aku bahkan lupa masih menyimpannya. Folder itu berisi foto-foto lama, kenangan bersama seseorang yang pernah sangat dekat.

Aku diam sejenak, jantungku berdetak sedikit lebih cepat. Satu per satu foto aku buka. Ada senyum, pelukan, momen-momen yang dulu terasa hangat tapi kini justru terasa asing. Anehnya, tak ada lagi rasa sakit. Hanya sunyi yang menggantung.

Bahwa beberapa orang memang datang hanya untuk sementara, dan setelah itu, pergi sebagai pelajaran.

Lalu, tanpa ragu, aku memutuskan untuk menghapus semuanya. Satu demi satu foto itu lenyap dari layar dan dari hidupku. Bukan karena aku membencinya, tapi karena aku ingin menyelamatkan hatiku. Menyelamatkan versi diriku yang sedang belajar pulih, tumbuh, dan mencintai diri sendiri.

Tidak ada penyesalan dalam keputusanku. Hanya ada ketenangan. Karena akhirnya aku tahu, aku tidak bisa membuka pintu yang sama sambil berharap kisah baru akan dimulai. Kadang kita harus benar-benar menutupnya, agar kebahagiaan yang baru tahu ke mana harus masuk.

Malam itu, pikiranku dipenuhi oleh dua bayangan yang saling bertabrakan.

Yang pertama adalah masa lalu, datang dengan janji-janji manis, harapan besar, dan kata-kata indah. Tapi semua itu berakhir tanpa kepastian, meninggalkan luka dan kehampaan yang sulit dijelaskan.

Yang kedua adalah masa depan, dia tidak datang membawa janji, tidak berusaha menjual mimpi, tapi entah mengapa justru terasa lebih menenangkan. Tidak ada kepastian, tapi ada ketulusan. Tidak ada kata-kata berlebihan, tapi ada kenyamanan yang perlahan menumbuhkan harapan.

Di tengah keheningan malam, aku hanya bisa diam. Menimbang tanpa suara. Masa lalu yang sempat kupercayai, atau masa depan yang belum pasti tapi membuatku merasa cukup.

Dan mungkin, untuk kali ini, aku tidak perlu memilih siapa yang lebih baik. Aku hanya perlu memilih diriku sendiri yang pantas untuk merasa tenang.

Dan aku tahu....

Pada akhirnya, keduanya adalah pilihan yang bisa saja menyakitiku. Masa lalu yang pernah melukai, dan masa depan yang belum tentu menggenggamku dengan utuh. Tapi begitulah hidup, kita tak pernah benar-benar tahu siapa yang akan tinggal dan siapa yang hanya datang untuk memberi pelajaran.

Namun satu hal yang aku pahami malam itu :

Aku tidak lagi mencari siapa yang akan menyelamatkanku. Aku hanya ingin berjalan bersama seseorang yang tidak takut melihat lukaku, yang tak menjanjikan langit, tapi bersedia duduk bersamaku saat hujan datang.

Dan jika aku harus terluka lagi, setidaknya kali ini, aku terluka karena berani mencintai dengan sadar. Bukan karena berharap terlalu tinggi.

1
Dewi Ink
syediih ka
Kelly Hasya: sudah baca sampe bab mana nih? hehee
total 1 replies
Kelly Hasya
pengen nangiiissss 😢😢😢
Kelly Hasya
😢😢😢😢😢😔
Kelly Hasya
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
Kelly Hasya
😭😭😭😭😭😭
Kelly Hasya
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Kelly Hasya
Maarten pria yang istimewa 🌼🌼🌼
Kelly Hasya
Sedihhh 😭😭😭😭
Kelly Hasya
bikin nangiss 😭😭😭😭😭
Kelly Hasya
oke🌼🌼🌼🌼🌹
Kelly Hasya
mantapp
Kelly Hasya
keren 👍👍
Kelly Hasya
kelasss....
Kelly Hasya
kupu-kupu cantik 🌼🌼🌼
Kelly Hasya
kereeennn 🏆🏆🏆
Kelly Hasya
KEREN 🌼🌼🌼🌼🌼
Kelly Hasya
LUPAKAN MASA LALU 🌹🌹🌹🌹🌹
Kelly Hasya
Maarten dan Kelly cocok bangetttt🏆🍟
Kelly Hasya: 🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
total 1 replies
Kelly Hasya
mantap
Kelly Hasya
gak bosen bacanya❣️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!