[Cerita ini hanyalah khayalan Author sahaja, maklum masih pemula.]
Mengisahkan tentang seorang pekerja keras yang rela mengorbankan segalanya demi menyelesaikan tugasnya. Namun, karena terlalu memaksakan diri, dia tewas di tengah-tengah pekerjaannya.
Namun takdir belum selesai di situ.
Dia direinkarnasi ke dunia sihir, dunia isekai yang asing dan penuh misteri. Sebelum terlahir kembali, sang Dewa memberinya kekuatan spesial... meskipun Rio sendiri tidak menyadarinya.
Tujuan Rio di dunia baru ini sederhana, ia hanya ingin melakukan perjalanan mengelilingi dunia, sesuatu yang tak pernah ia lakukan di kehidupan sebelumnya. Tapi tanpa disadarinya, perjalanan biasa itu akan membawanya ke takdir besar…
Di masa depan yang jauh, Rio akan berdiri sebagai sosok yang menentang Raja Iblis Abyron.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KHAI SENPAI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga minggu Latihan
Pagi itu, halaman rumah Akagami Zero tampak sunyi… namun menyimpan ketegangan yang nyaris bisa dirasakan di udara.
Di bawah langit biru yang bersih, Rio dan Laira berdiri saling berhadapan. Angin berembus pelan, namun pandangan keduanya tajam, serius. Latihan Assassin mereka telah memasuki fase krusial, dari teknik dasar ke level yang lebih tinggi.
Dengan kilatan tekad di matanya, Rio melesat maju, menyerang dengan kecepatan yang hampir tak terlihat. Namun...
WUSSHH!
Dalam sekejap, Laira lenyap dari pandangan.
“Sial… ke mana dia pergi?!” desis Rio, keringat dingin mengalir di pelipisnya. Giginya terkatup rapat, matanya menajam.
Tanpa ragu, ia mengaktifkan skill andalannya:
“Eyes of Light [LV.2]!”
Mata Rio bersinar keemasan, membelah dimensi cahaya. Segala gerakan di sekitarnya melambat. Dia melihat, jejak tipis aura Laira, bergerak lincah di kejauhan.
“Ketemu kau…” gumamnya.
Rio segera melesat, langkahnya menghentak tanah dengan kekuatan penuh. Dalam sepersekian detik, dia sudah berada di hadapan Laira dan melayangkan serangan akurat ke arah perutnya.
CLAAANG!!
Laira terkesiap, tubuh mereka beradu keras, menciptakan gelombang energi yang menggetarkan udara sekitar.
“Bagus, Rio!” Laira berseru, suaranya masih tenang tapi kali ini terdengar terkesan. “Kau mulai bisa membaca gerakanku.”
Rio mengatur napasnya, dadanya naik turun. Namun senyum kecil terbit di wajahnya.
“Aku tak akan kalah... walau kau guruku.”
Latihan mereka pun berlanjut, lompatan, sabetan, dan gerakan gesit saling bertukar cepat. Layaknya bayangan, dua Assassin muda itu seolah menari di atas medan tak kasatmata.
Namun mendadak....Laira mundur perlahan.
Dia berdiri dengan postur tegak, tangan menyilang di dada, matanya menatap tajam.
“Sudah cukup,” katanya pelan, tapi mengandung tekanan yang membuat Rio langsung waspada.
Rio mempererat cengkeraman pada tinjunya. “Kenapa berhenti, Laira?”
“Karena sekarang…” Laira menurunkan tangannya perlahan, lalu menarik belati tipis dari balik pinggang. Wajahnya tak berubah, tapi auranya meningkat drastis. “Kau akan masuk ke latihan Assassin tingkat tinggi.”
Sejenak, waktu terasa membeku. Mata Rio membesar sedikit.
“Sekarang…?” bisiknya.
Laira mengangguk mantap. “Mulai detik ini, kita tidak lagi bermain-main. Aku tak akan menahan diri lagi, dan kau harus bertarung dengan teknik, naluri... dan keberanian.”
Angin berembus pelan, menerpa rambut panjang Laira yang menari di udara. Aura membunuhnya terasa tajam, seperti pedang yang belum dicabut dari sarungnya.
“Kalau aku bilang mulai…” ucap Laira, suaranya dingin. “Langsung serang aku. Tanpa ragu.”
Rio menggertakkan gigi. Matanya membara.
“Baiklah. Aku akan serius… kali ini sepenuhnya.”
“Mulai!” teriak Laira tiba-tiba.
SWOOSH!
Rio bergerak secepat kilat. Namun Laira, seolah sudah membaca gerakannya, mengangkat lengannya dan menepis serangan itu dengan presisi sempurna.
CRAAAKK!!
Benturan keras terdengar, tubuh Rio terpental ke belakang. Ia mendarat dengan lincah tapi matanya menajam, penuh amarah dan semangat.
“Dia masih… lebih cepat dariku…” geramnya pelan.
Tanpa buang waktu, Rio mengaktifkan kembali Eyes of Light [LV.2], dan kali ini ia mulai menggabungkan teknik barunya.
Kedua tangannya mulai bersinar dengan aura putih keperakan. Mana dari dalam tubuhnya dialirkan penuh fokus ke tinju kanan.
“Laira… kali ini, aku akan menembus pertahananmu!!”
Rio melesat sekali lagi, namun bukan hanya dengan kecepatan. Gerakannya kini lebih matang, bagaikan mata panah yang mengincar celah tersembunyi.
Laira menyiapkan segel ungu tipis sebagai perisai di depan tubuhnya. Teknik pertahanan khasnya.
Namun...
BRAAAK!!!
Tinjunya Rio menghantam perisai itu dan menghancurkannya dalam sekejap. Ledakan kecil memecah udara, membuat Laira terlempar ke belakang dan jatuh terduduk.
Mata Laira membelalak. Nafasnya tercekat.
“…Kau menembusnya…?” gumamnya pelan, seolah tak percaya dengan yang barusan terjadi.
Rio melangkah mendekat perlahan, tinjunya masih terangkat tinggi.
“H-hah? E-eh?! T-tunggu dulu...!” seru Laira gugup.
Namun sebelum tinjunya benar-benar melayang, Rio tertawa pelan dan menurunkan tangannya.
“Tenang… aku cuma bercanda,” ucapnya sambil tersenyum nakal.
Laira mendengus dan menunduk sebentar, lalu ikut tertawa kecil.
“Ya ampun, kau itu… bikin jantungku copot aja,” katanya sambil mengusap debu di lututnya.
Rio mengulurkan tangan, dan Laira menyambutnya.
“Kau lulus, Rio… Baru tiga minggu sejak latihan menengah. Tapi kau sudah bisa menembus teknik pertahananku. Itu gila,” kata Laira, kali ini dengan senyum yang benar-benar tulus.
Langkah kaki berat terdengar.
Akagami Zero muncul dari balik pepohonan. Dengan aura tenang dan wibawa seorang veteran, ia melangkah mendekat.
“Rio…” suaranya dalam dan mantap. “Besok… ayah sendiri yang akan menguji kekuatanmu. Langsung.”
Mata Rio membelalak. Semangat membuncah dari dalam dadanya.
“Serius!? Akhirnya juga! Soalnya… aku gak pernah bisa menang lawan ayah sebelumnya!”
Zero tersenyum kecil, lalu menepuk bahu anaknya.
“Ayah juga penasaran. Sejauh apa anakku sudah berkembang.”
Bab ini ditutup dengan pemandangan yang menggetarkan jiwa...
Rio berdiri tegak di tengah, senyum penuh semangat di wajahnya. Di sampingnya, Laira dengan luka kecil tapi sorot bangga yang jelas terlihat. Dan di belakang mereka, Akagami Zero berdiri dengan aura yang kokoh, membawa keteduhan sekaligus kekuatan.
Tiga generasi kekuatan, murid, guru, dan legenda...berdiri bersama di bawah sinar matahari pagi yang menyaksikan awal dari bab baru kehidupan Rio.
lanjut