Terpaksa Menikah Dengan Calon Suami Kakakku

Ratu nampak kebingungan saat melihat Aby yang sedang mendengarkan pembicaraan mereka dari balik tembok, padahal tidak dirinya bisa saja bergabung bersama mereka dan mengobrol bersama.

Menyadari Ratu yang sedang menatapnya bingung, Aby menempelkan jari telunjuknya di bibirnya, mengisyaratkan agar Ratu tidak bersuara.

Ratu menggerakkan kepalanya, bertanya sesuatu dengan menggunakan bahasa isyarat.

Akhirnya, Aby berjalan menghampiri Ratu dan mengambil satu gelas air minum yang berada di atas nampan yang dipegang oleh Ratu!

"Kamu mau ngapain?" tanya Ratu.

"Udah, Mama diam aja. Garam yang mana Ma?" tanya Aby sembari mencari-cari Garam di tempat bumbu.

"Itu ada tulisannya Garam. Ngapain sih By?"

"Mau bikin minuman spesial buat pacar aku," ucap Aby sembari mencampurkan satu sendok garam kedalam minuman yang akan ia berikan pada Jingga.

"Kamu jangan macam-macam By, nanti mereka marah."

"Untuk uang miliaran rupiah, mereka tidak akan marah. Buktinya mereka memberikan Mawar padaku sebagai jaminan uang yang mereka pinjam padaku."

"Aby, gak baik bicara seperti itu."

"Aku bawain minuman ini ya Ma." Aby meraih nampan dari tangan Ratu lalu membawanya ke ruang tamu!

"Maaf ya minumnya lama." Aby mulai menata minuman itu di atas meja dan gelas berisi minuman istimewa itu sengaja tidak ia letakan di meja.

Setelah itu, Aby memegang gelas untuk Jingga lalu duduk di sampingnya!

"Jingga, ini minuman untuk kamu," ucap Aby sembari menyodorkan gelas itu ke mulut Jingga.

Jingga menolak, dia meraih gelas itu dari tangan Aby!

"By, kamu sudah menikah dengan Mawar. Tolong jangan seperti ini padaku, tolong hargai Mawar," ucap Jingga.

"Lakukan apa yang ingin kalian lakukan lagipula aku tidak akan merasa cemburu," ucap Mawar.

Marisa mendelik ke arah Mawar, ia tak suka Mawar berkata seperti itu, yang ia mau Mawar melarang Aby untuk dekat-dekat dengan Jingga.

"Kamu dengar kan sayang? Mawar tidak akan cemburu."

Aby terus memaksa Jingga untuk meminum minuman buatannya.

Dengan terpaksa, Jingga pun meminumnya dan raut wajahnya langsung menunjukkan ekspresi yang menurut Aby lucu.

Merasa puas, Aby tersenyum tipis namun tak sampai terlihat oleh seorang lain.

"Pak Mahendra, Bu Marisa silahkan minum. Oh ya Mawar, itu ada minuman untuk kamu juga. Aku membuat minuman kamu spesial bahkan sangat spesial sama seperti yang aku berikan pada Jingga."

Tak lama, Ratu datang dengan membawa beberapa camilan!

"Pak, Bu, silahkan cicipi makanannya," ucap Ratu setelah meletakkan camilan itu.

"Iya, terimakasih. Maaf Bu, merepotkan."

"Tidak apa-apa lagian tidak setiap hari kita seperti ini kan."

"Ya ampun, minuman apa ini? Apa jangan-jangan Aby sengaja mengerjai aku?" ucap Jingga didalam hatinya.

Melihat ekspresi Jingga, Mawar merasa ada sesuatu yang terjadi padanya, dirinya tahu bahwa Aby tengah mengerjai Jingga.

"Mawar, aku kan sayang sama kamu jadi kita tukeran minuman ya, biar kamu merasakannya minuman spesial yang dibuatkan oleh Aby," ucap Jingga.

"Tadi, Aby bilang minumanku juga spesial. Aku ingin mencicipi minuman milikku dulu." Mawar meraih gelas minumnya lalu meminum isinya!

"Waw, Aby ... ini rasanya kok aneh ya? Ada pahit-pahitnya gitu, apa karena kamu membuatnya dengan penuh kebencian sehingga rasanya jadi pahit?"

"Pahit? Tidak mungkin, aku membuatnya dengan penuh cinta, kamu dan Jingga kan sudah menjadi milik aku."

"Kalau gitu kamu cobain minuman aku." Mawar memberikan gelas minumnya pada Aby dan Aby pun meminum minuman itu.

Aby menatap Mawar lalu tersenyum tipis ke arahnya.

"Apa yang sedang ada dalam pikiran kamu Mawar? Apa mungkin kamu tidak mau berbagi pada Jingga?"

"Sudah-sudah, jangan meributkan minuman. Mawar sayang, kamu yakin kamu gak apa-apa? Apa mau pulang dulu ke rumah Mama sama Papa?" tanya Marisa.

"Tidak usah, aku di sini saja sama suami aku lagipula aku punya tugas penting kalau aku pergi nanti suami aku kabur dan balik lagi sama Jingga."

"Aku memang mau sama Jingga. Kamu jangan berharap ya bisa masuk ke dalam kehidupan aku."

"Aby! Tidak baik bicara seperti itu," ucap Ratu.

"Pak Mahendra, Bu Marisa apa kalian keberatan jika aku menikahi Jingga juga?" tanya Aby pada kedua orang tua Jingga.

Mereka tak menjawab, hanya ada raut wajah ketakutan yang mereka perlihatkan.

"Tidak bisa Aby kamu kan sudah menikah dengan Mawar. Aku cinta sama kamu tapi kita tidak mungkin bersatu karena kamu sudah menikah dengan adikku."

**********

Di sebuah restoran.

"Kamu suka gak dengan gaya restoran ini?" tanya Roger pada Michaela.

"Suka banget, kamu pintar banget bikin konsepnya," ucap Michaela dengan gembira.

"Iya dong kalau kita nyaman di sini berarti pengunjung juga nyaman. Mereka pasti datang ke sini lagi dan lagi."

"Kamu memang pintar sayang."

"Usaha harus dimulai dari kita dulu, kalau kita nyaman pembeli juga pasti nyaman."

"Gak salah deh aku pilih kamu jadi pasangan hidup aku."

"Aku yang gak salah milih kamu jadi pendamping hidup aku. Kamu sadar gak semenjak kita menjalani usaha bersama, restoran kita selalu ramai dikunjungi pembeli dan beberapa cabang yang sudah berdiri pun selalu diburu pecinta kuliner."

Michaela tersenyum bahagia sembari menatap Roger penuh cinta.

Dua orang yang saling mencintai itu menang sudah menjalani hubungan percintaan dengan sangat serius, bahkan mereka berencana akan segera menikah tahun ini juga.

*********

Di kantor.

"Dirga, kamu pulang duluan saja."

"Tapi Pak, apa yang akan Anda lakukan di sini?" tanya Dirga pada Randy.

"Saya mau mengecek beberapa berkas yang tidak sempat saya cek tadi siang."

"Pak, itu bisa dilanjutin besok lagipula besok Tuan Muda juga pasti masuk kantor."

"Kamu duluan saja. Jangan protes."

Dirga pun tak bisa berbuat apa-apa selain menuruti perhatian bos utamanya itu. Ia pun langsung pulang karena menang sudah waktunya mengakhiri aktivitasnya di kantor!

**********

"Gimana perasaan kamu setelah bertemu dengan Jingga, pacar kamu itu?" tanya Mawar yang sedang duduk di tepi ranjang.

"Biasa saja, aku kangen sama dia tapi kayaknya dia gak kangen tuh sama aku."

"Kapan kamu akan menikahi dia?"

"Dia? Maksudmu kakakmu?"

"Bukan, eh iya."

"Aku harus berpikir dulu."

"Kenapa? Bukankah sebelumnya kamu sangat ingin menikahi dia? Bukankah yang seharusnya ada di posisi aku itu dia?"

"Kamu gak ngerti dan gak akan mengerti."

"Mawar, boleh aku mencium kamu?"

"Hah, gilanya sudah kambuh lagi?" Mawar terkejut mendengar perkataan Abymana.

"Kenapa harus gila lagi?" Mawar beranjak dari duduknya dan langsung berjalan ke arah pintu!

"Mau kemana hemm?" Aby mencegahnya dengan memegangi tangan kiri Mawar!

"Lepasin. Gila kok gak sembuh-sembuh." Mawar menarik paksa tangannya dan langsung keluar dari kamar itu!

Aby tertawa kecil melihat Mawar yang terlihat kesal padanya.

Bersambung