Axelle Arvinando adalah putra bungsu dari keluarga Arvinando. Dia terlahir dari keluarga terpandang dan juga terhormat. Namun, hal itu tidak akan menjamin dia akan hidup bahagia.
Sang mama dan papa selalu mementingkan urusan mereka masing-masing. Bahkan mereka selalu membanding-bandingkan Axelle dengan sang kakak. Hal itulah yang membuat Axelle menjadi seorang pemberontak dan juga jatuh kedalam dunia kebebasan.
Hingga pada suatu malam dia bertemu dengan Alissa, gadis cantik dan juga lugu. Alissa di jual oleh sang kakak untuk membayar hutangnya. Axelle yang berada di tempat itu memilih untuk membantu Alissa. Namun, mereka malah di tertangkap dan di tuduh melakukan hal yang tidak senonoh.
Bagaimanakah perjalanan cinta mereka?
yuk ikuti terus kisah mereka.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 30
Pagi-pagi kampus langsung di hebohkan dengan kedatangan pasangan suami istri yang datang ke kampus secara bersamaan. Karena hubungan mereka telah terbongkar, jadi Axelle tidak mau lagi menyembunyikan kemesraan mereka. Dia membonceng Alissa sampai ke parkiran kampus.
"Kita sudah sampai, Sayang. Apa kau ingin terus berasa di belakanku?" tanya Axelle melihat Alissa yang masih betah bersembunyi di punggungnya.
Alissa yang tidak terbiasa menjadi pusat perhatian, merasa tidak nyaman melihat tatapan setiap mahasiswa yang tertuju kepadanya. Tentu saja kemesraan mereka akan menjadi pusat perhatian para mahasiswa/i kampus. Ada yang memuji kemesraan mereka, bahkan ada juga yang nyindir Alissa dengan berbagai sindiran.
"Aku malu!"
"Kenapa kau harus malu, Sayang. Lagian kita 'kan sudah halal. Jadi tidak akan ada yang bisa membicarakan yang tidak-tidak tentang kita," ucap Axelle tersenyum.
"Ayo turunlah! sebentar lagi jam pelajaran akan di mulai," ucap Axelle melihat jam tangannya.
Mendengar ucapan Axelle, mau tidak mau Alissa akhirnya turun. Axelle dengan sepenuh hati membukakan helm Alissa, sehingga para mahasiswi langsung menatapnya kagum. Walaupun terkenal dengan jiwa brandalnya akan tetapi ternyata Axelle memiliki jiwa yang sangat romantis. Bukan hanya memuliakan wanitanya, tapi dia tidak pernah mau menyakiti wanitanya walaupun hanya sedikit saja.
"Ayo kita masuk," ucap Axelle mengengam tangan Alissa lalu berjalan secara beriringan memasuki kampus.
Bahkan Axelle tidak memperdulikan tatapan setiap orang yang menatapnya. Baik itu tatapan para mahasiswa/i maupun para dosen. Bagi Axelle tidak ada yang lebih penting selain kemesraan nya bersama Alissa. Bahkan dia tidak perduli apapun tanggapan orang tentang hubungan mereka. Mereka terus berjalan secara beriringan sambil bercerita bersama.
Namun, tiba-tiba senyuman yang sedari tadi mengembang di wajah Axelle menghilang dengan seketika. Dia melihat Indah yang berdiri tepat di depan mereka. Alissa yang tidak tau bagaiamana hubungan Axelle dan Indah, hanya menunduk hormat memberi salam kepada Indah.
"Ada apa? kenapa kau menghalangi jalanku?" tanya Axelle menatap tidak suka kepada Indah.
Melihat tatapan Axelle, Indah hanya tersenyum sinis. Dia menatap tangan Axelle yang terus mengengam tangan Alissa. Melihat tatapan Indah, Axelle langsung menarik Alissa untuk bersembunyi di belakangnya. Dia tau jika di balik tatapan Indah ada sesuatu yang tidak baik. Karena dia tau persis bagaiamana ibu tirinya itu.
"Ternyata kau sama seperti papamu ya. Selalu bersikap manis kepada setiap wanita," ucap Indah tersenyum sinis.
"Aku tidak ada waktu berdebat denganmu. Minggir," ucap Axelle kembali melangkahkan kakinya.
"Ups! sorry. Aku ingin bicara dengan menantuku dulu," ucap Indah tetap menghalangi jalan Axelle dan Alissa.
"Hai! kenalkan aku Indah mertua mudamu," ucap Indah tanpa rasa malu sedikitpun.
Mendengar ucapan Indah, Alissa hanya menatap Axelle. Dari sana dia mengerti kenapa Axelle bersikap tidak sopan kepada Indah. Sebagai seorang anak, Alissa dapat mengerti bagaimana perasaan Axelle. Karena waktu Ayah menikahi Tini, Alissa juga tidak suka. Padahal ibu Alissa sudah meninggal pada waktu itu.
"Aku heran melihatmu. Kau itu cantik dan juga pintar. Bahkan kau adalah salah satu murid pangilan dari kampus ini. Tapi di balik kecantikan dan kepintaranmu, kenapa kau tidak bisa memilih suami yang baik," ucap Indah tersenyum sinis.
"Kau bisa mencari pria yang tampan dan sukses di luar sana. Tapi kenapa kau malah memilih untuk menikah dengan seorang brandal?" tanya Indah sambil menatap remeh Axelle.
Mendengar pertanyaan Indah, Axelle ingin sekali merobek mulut berbisa pelakor itu. Namun, Alissa langsung memberi kode agar dia tetap diam. Melihat kode yang di berikan Alissa, Axelle hany membuang napasnya kasar mencoba untuk mengontrol emosinya. Sedangkan Alissa hanya tersenyum sambil menatap Indah dengan santai.
"Maaf, Bu! saya tidak melihat seseorang dari kaya ataupun tampannya saja. Karena bagi saya itu semua tidak ada artinya," ucap Alissa santai.
"Lalu kau melihat pria itu dari apanya? dari cinta? apa kau yakin bisa hidup dengan cinta? Lihatlah, kau itu masih sangat muda. Pasti kau ingin bersenang-senang dengan teman-temanmu. Tapi, jangankan untuk memberi yang untukmu bersenang-senang. Memberimu makan saja dia belum tentu bisa,"
"Ya! aku melihat Kak Axelle dari cintanya kepadaku yang begitu besar. Itu terlihat dengan perlakuannya yang selalu melindungiku dan membuatku bahagia. Kak Axelle memang tidak mempunyai harta yang melimpah. Tapi dia memiliki tanggung jawab yang sangat besar," ucap Alissa menatap Axelle dengan penuh kekaguman.
"Asal ibu tau, memiliki suami kaya itu tidak selamanya membuat kita hidup bahagia. Begitu juga dengan suami tampan. Tapi jika kita memiliki suami yang mempunyai tanggung jawab. Maka, aku menjamin jika kita akan hidup bahagia selamanya. Karena harta bisa di cari. Tapi tanggung jawab dan kesetiaan hanya di miliki oleh pria yang mencintai kita dengan tulus. Jadi cinta memang tidak bisa memberi kita makan. Tapi cinta bisa memberikan hal yang jauh lebih baik dari pada kebutuhan hidup," ucap Alissa kembali sehingga membuat Indah langsung terdiam seketika.
"Maaf, Bu! kami permisi dulu. Karena masih banyak hal yang harus kami kerjakan," ucap Alissa tersenyum lalu menarik tangan Axelle.
"Ayo, Sayang. Sebentar lagi aku harus masuk kelas," ucap Alissa tersenyum lembut lalu berjalan meninggalkan Indah.
Mendengar ucapan Alissa, Indah hanya bisa terdiam sambil menatapnya dengan penuh kekesalan. Dia tidak menyangka jika ucapan gadis kecil itu bisa membuatnya langsung tertohok dalam sekejap.
Bersambung.....