The Betrayal

Mansion utama Dru

Kamar utama Dru dan Tiffany.

Dru menatap dalam wajah Tiffany yang terlihat tertidur pulas di hadapannya untuk beberapa waktu, laki-laki tersebut sama sekali tidak mengeluarkan suaranya, memilih untuk duduk perlahan di sisi kanan Tiffany dan menyentuh lembut wajah Tiffany secara perlahan.

Mau tahu kapan pertama kali aku jatuh cinta pada mu Tiff?!.

Dru membatin, menatap wajah cantik yang terlelap sejak beberapa jam yang lalu, satu ingatan menghantam diri nya. Pada masa itu, dia yang masih terlalu anak-anak, masih ahhh entahlah dia lupa berapa usianya.

Flash back

Kembali ke masa lalu

Mansion utama Xavier.

"Mommy.."

Suara Xia pagi itu terlalu berisik, kakak perempuan nya selalu seperti itu, menciptakan suasana paling berisik di dalam rumah mereka sejak dulu hingga saat ini. sumber berlarian menuruni anak tangga dia bergerak menuju ke arah dapur.

"Hmmm"

Mommy Lana Lan hanya berhak meriah sembari sibuk menyiapkan makan pagi untuk mereka. perempuan cantik itu menjawab tanpa menoleh ke arah putrinya.

"Apa aku boleh melihat putri untie Ayana? aku akan pergi kesana bersama Dru"

lagi kakak perempuannya bertanya tanpa menunggu persetujuan darinya, Dru baru saja melangkah turun dari lantai atas menuju ke arah bawah.

"Mereka di Prancis?"

Mommy nya bertanya sambil membalikkan tubuhnya, perempuan tersebut tampak menaikkan ujung alisnya.

"He em"

Xia mengangguk cepat.

Lana lan Seketika terkekeh.

"Baiklah, kenapa Mommy tidak pernah tahu informasi nya lebih dulu? selalu kalian yang tahu lebih dulu?"

"Dia seperti detektif swasta, selalu tahu soal banyak informasi lalu menyeret ku kedalam banyak persoalan rumit"

Dru bicara sambil membuka pintu lemari pendingin, mencari botol minum air mineral didalam sana, lalu secara perlahan laki-laki tampan itu meminum air mineral tersebut, dia masih begitu muda, baru menginjak bangku SMA nya.

"Aihhhh aku ingin bertemu si kembar Tiffani dan Khan, apa kamu tidak lihat betapa cantiknya Tiffani? aku suka bola matanya"

Xia kembali bicara, dia terus memuji gadis bernama Tiffany yang bahkan sekalipun belum pernah terlihat sebelumnya. secantik apa gadis itu Dru tidak tahu, bahkan berapa usianya pun Dru juga tidak tahu

"Aku pikir cukup aneh ketika seorang gadis menyukai bola mata gadis lainnya?"

Dru mendengus, dia bicara begitu datar dan dingin.

Dan Lana Lan fikir putra nya itu persis seperti tristan, dingin dan acuh saat bicara.

"Aku menyukainya karena dia cantik, apa aku harus minta Mommy membuat kan aku adik seperti itu juga?"

Xia menoleh ke arah Lana lan.

Seketika Lana lan membeku, kemudian dari arah ujung sana terdengar Daddy mereka terkekeh.

"Akan kami bicarakan sayang, sekarang pergilah ke rumah grandpa Allzigra, titip salam dari Daddy untuk mereka hmmm"

Dan Tristan daddy mereka memutuskan dengan cepat tanpa persetujuan Dru.

"But dad?"

Dru protes, dia jelas enggan untuk keluar saat ini, ingin menikmati weekend bermain game kesukaan nya atau pergi menunggang kuda.

"Antar kakak mu"

Tristan langsung menatap kearah nya dengan tatapan penuh perintah. Dru hanya bisa menghela nafasnya kesal.

"Baiklah, baiklah, tuan putri selalu memang disini"

Dia bergerak cepat meninggalkan minuman nya di atas meja makan, bergerak kesal ke arah depan mencari kunci mobil dan melangkah ingin meninggalkan Xia dengan perasaan kesal.

"kamu tidak akan menyesal melihat Tiffany, aku jamin kamu pasti akan jatuh cinta pada nya"

Xia berbisik sambil mengedipkan sebelah matanya, bergerak cepat meninggalkan Dru lebih dulu, membuat laki-laki tersebut terlihat kesal setengah mati.

Dia pikir ini akan menjadi hal paling membosankan untuk dirinya, dia terus merasa kesal disepanjang perjalanan, bahkan dia enggan meladeni kak Xia nya di sepanjang perjalanan nya.

Tapi.... begitu tiba di kediaman Hillatop, semua musnah seketika saat dia melihat senyuman indah seorang gadis kecil dengan bola mata indahnya.

"Om....siapa?"

Gadis dihadapan nya bertanya sambil mengerjapkan bola mata nya untuk beberapa waktu, terpaan sinar matahari yang menyilaukan mata membuat wajah cantik tersebut dengan rambut yang tergerai indah terlihat menari-nari dihadapan nya.

Jantung Dru tidak baik-baik saja, dia gelisah.

Senyuman indah dan bola mata indah Tiffany terlalu mengganggu dirinya.

Kapan pertama kali aku jatuh cinta pada mu Tiff?!.

Pada masa itu, saat pertama kali aku melihat kamu.

Dan Dru kembali menghela pelan nafasnya, laki-laki tersebut secara perlahan mencium lembut kening Tiffany kemudian dia bergerak pergi beranjak dari sana.