Trauma masa lalu mengenai seorang pria membuat gadis yang awalnya lemah lembut berubah menjadi liar dan susah diatur. Moza menjadi gadis yang hidup dengan pergaulan bebas, apalagi setelah ibunya meninggal.
Adakah pria yang bisa mengobati trauma yang dialami Moza?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24 Perlawanan Moza
Acara kembali dimulai, banyak acara yang ditampilkan salah satunya live musik yang sengaja disewa untuk memeriahkan acara. Moza duduk sendirian, memang pada kenyataannya dari dulu dia tidak pernah punya teman. Sekelompok pria datang menghampiri Moza membuat Bagas terus memperhatikan mereka.
"Moz, boleh aku temani?" tanyanya.
"Aku lagi gak butuh teman," dingin Moza.
"Moz, kamu masih marah ya, sama kita? maafkan kita ya, karena dulu kita sudah jahat sama kamu," ucapnya lagi.
"Dari dulu aku sudah maafin kalian kok, tapi do'a aku yang sudah aku panjatkan kepada Allah tidak bisa aku tarik lagi," sahut Moza dengan masih sikap dinginnya.
Lula tidak tahan lagi, dia pun dengan sahabat-sahabatnya menghampiri Moza. Moza mendongak kala orang yang paling dia benci muncul di hadapannya. Bahkan saat ini kursi tempat Moza duduk sudah dikelilingi oleh Lula dan teman-temannya.
"Wih, si buruk rupa sudah berubah menjadi angsa nih," ledek Lula.
"Gawat Gas, jangan sampai ada keributan di malam ini," seru Delon.
Bagas dan Delon pun segera menghampiri, tapi Moza masih bersikap santai sembari mengotak-atik ponselnya. "Selama ini kamu jadi pekerja malam seperti ini? pantas saja langsung kaya soalnya yang ngasih duit om-om sih." Lula kembali meledek Moza.
Teman-teman Lula tertawa tapi Moza terlihat masa bodo bahkan dia tidak memperdulikan ocehan Lula. "Kamu itu tidak pantas datang ke acara ini, lihatlah semua orang di sini mereka menjadi orang yang terhormat dan mereka juga mendapatkan pekerjaan yang tidak main-main hanya kamu saja yang kerjaannya di dunia malam sudah pasti uang yang kamu hasilkan adalah uang haram!"
"Lula, hentikan!" bentak Bagas.
Moza mulai mengepalkan tangannya. "Kenapa kamu membela wanita ini? bukannya dulu kamu sangat membenci dia bahkan kamu ingat tidak, dengan PD-nya dia nembak kamu di acara ulang tahun kamu dan memberikan hadiah dompet murahan kepada kamu?" seru Lula.
"Itu masa lalu jangan diingatkan lagi," sahut Bagas dengan kesalnya.
Moza bangkit dari duduknya, dia hendak pergi tapi dengan cepat Lula mengambil minum lalu menyemburkannya ke baju Lula. Semua orang kaget, termasuk Moza sendiri. "Kamu sudah keterlaluan Lula!" bentak Bagas.
"Kenapa kamu jadi belain pelacur kaya dia sih? apa kamu sudah mencoba dia, sehingga sekarang kamu jadi berubah haluan?" sentak Lula.
Mendengar kata pelacur, membuat darah Moza seketika naik ke ubun-ubun. Dia pun menjambak rambut Lula dengan sangat kencang membuat Lula berteriak kesakitan. "Aw, lepaskan aku pelacur!" teriak Lula.
"Jaga mulut kamu atau aku robek mulut kamu sekalian, supaya kamu tidak bisa bicara lagi," seru Moza dengan tatapan yang menyeramkan.
"Kurang ajar, lepaskan Lula!" salah satu sahabat Lula hendak menolong tapi satu tangan Moza kembali menjambak rambutnya.
"Dari dulu kalian berdua adalah provokator sehingga semua orang tidak ada yang mau berteman denganku. Bertahun-tahun aku sudah mencoba memendam dendam ini tapi aku sama sekali belum bisa tenang sebelum aku bisa membalaskan semuanya," ucap Moza.
"Mau apa kamu? memangnya kamu bisa apa? kamu bukan siapa-siapa, dan aku akan aduin kamu ke Papa aku supaya kamu mendapatkan pelajaran!" teriak Lula.
Moza semakin menjambak rambut Lula membuat Lula kembali menjerit histeris. "Moza, lepaskan cantik dendam tidak akan menyelesaikan masalah," bujuk Delon.
"Diam kamu! tahu apa kamu sama perasaan aku?" bentak Moza.
"Moza, kita bisa bicara baik-baik jangan seperti ini." Sekarang giliran Bagas yang membujuk Moza.
"Kalian semua bangsat, kalian sadar tidak apa yang kalian lakukan dulu kepadaku? apa kalian tahu bagaimana rasanya dijauhi, dimusuhi, dan tidak dianggap di sekolah?" bentak Moza dengan mata yang memperlihatkan kemarahan yang luar biasa.
"Moza, kami minta maaf. Tujuan kami mengadakan reuni ini memang untuk meminta maaf kepada kamu, tapi rencananya itu di pertengahan acara bahkan kami sudah menyiapkan hadiah untuk permintaan maaf kami," ucap Danu selaku MC di acara itu.
Moza tersenyum sinis. "Sudah terlambat, bahkan luka yang kalian torehkan dalam hati aku sudah sangat membusuk dan tidak bisa disembuhkan lagi. Bagi sebagai orang masa SMA adalah masa paling menyenangkan tapi bagi aku, masa SMA adalah masa di mana mental dan batinku dihajar habis-habisan oleh kalian semua!" teriak Moza dengan air mata yang menetes.
Sebenarnya dia tidak mau sampai menangis tapi saking emosinya, air mata itu menetes dengan sendirinya. Moza menghempaskan Lula dan sahabatnya sampai tersungkur di lantai. "Apa salah aku kepada kalian? sampai-sampai kalian memperlakukan aku seperti itu?" seru Moza.
Semuanya terdiam, bahkan ada juga yang menunduk merasa menyesal. "Aku sebenarnya tidak mau datang ke sini, tapi tujuan aku datang ke sini karena aku ingin menunjukan kalau sekarang aku bukanlah wanita yang lemah dan bisa kalian injak-injak lagi," ucap Moza dengan amarah yang menggebu-gebu.
Moza mengambil tas jinjingnya dan hendak pergi dari tempat itu tapi dengan cepat Bagas menahan lengan Moza. "Mau ke mana kamu?" tanya Bagas.
"Lepaskan, jangan sentuh aku! aku sudah tahu jika kalian memang merencanakan ini semua, tujuan kalian ingin menghina dan mempermalukan aku 'kan? tapi sayang, kali ini kalian salah lawan." Moza menghempaskan tangan Bagas dan segera pergi dari tempat itu.
Sebelum benar-benar pulang, dia masuk dulu ke toilet untuk mengeringkan dressnya yang basah. "Kamu benar-benar keterlaluan Lula, kamu sudah menghancurkan acara ini!" bentak Bagas.
Bagas pun ikut menyusul Moza keluar dari tempat acara. Semua orang bersorak mengejek Lula karena Lula sudah membuat onar. "Sial, awas kamu Moza aku bakalan balas semua perlakuan kamu malam ini," batin Lula dengan mengepalkan kedua tangannya.
Bagas berlari mencari keberadaan Moza. "Dia ke mana? tidak mungkin dia sudah pulang karena dia baru saja keluar," gumam Bagas.
Pada saat Bagas sedang kelimpungan mencari Moza, tiba-tiba Moza keluar dari dalam lift. Bagas hendak menghampiri Moza, tapi baru saja satu langkah seorang pria berlari menghampiri Moza dan langsung memeluk Moza membuat Bagas terdiam membeku. Ada perasaan sakit di dalam hatinya, apa mungkin Bagas sudah mulai menyukai Moza.
"Kenapa baju kamu kotor dan basah kaya gitu?" tanya Dimas panik.
"Gak apa-apa, ayo kita pulang," ajak Moza.
"Jawab yang jujur, apa ini semua gara-gara teman-teman kamu? kurang ajar, aku harus kasih pelajaran mereka," geram Dimas.
Moza langsung menahan lengan Dimas. "Sudah, aku gak apa-apa kok. Ayo kita pulang," ajak Moza.
"Tapi aku gak terima kamu diginiin," sahut Dimas.
"Sudah ah, ngapain juga kamu ladenin mereka kaya kurang kerjaan aja." Moza pun merangkul lengan Dimas dan menariknya untuk segera pergi dari tempat itu.
Lemas sudah tubuh Bagas, dia benar-benar merasa kecewa kepada dirinya sendiri karena tidak bisa melindungi Moza.
