CEO paling disegani meninggal dan bangun di tubuh Anggun, putri yang sudah dilupakan semua orang.
Bagaimana bisa Anggun mendapatkan kerja sama dengan Alvin?
Dari mana kemampuan bahasa inggris,, oh, dia juga bisa bahasa arab?
Gawat!
Beberapa orang merasa terancam!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Berlin kehilangan koneksi
Anggun dan pangeran arab sementara berbincang-bincang saat beberapa pelayan datang, mereka adalah pelayan dari dapur utama hotel yang datang membawakan makanan untuk pangeran arab.
Wajah para pelayan yang datang membawa makanan itu terlihat begitu pucat karena tekanan yang mereka dapatkan dari Agatha.
Anggun mengangkat sebelah alisnya melihat wajah-wajah para pelayan yang seperti mayat berjalan.
Bahkan Agatha yang ikut bersama dengan para pelayan itu juga tampak sangat tegang.
Meski demikian, Anggun tidak berkomentar apapun dan membiarkan para pelayan tersebut menata makanan di meja dengan hati-hati.
Saat itu, pangeran arab menatap Anggun, "apakah kau menyukai makanan ini?" Tanya pangeran arab.
"Aku?" Anggun menatap makanan di atas meja, semuanya terlihat enak, tapi kemudian Anggun memindahkan tatapannya pada Agatha.
Perempuan licik itulah satu-satunya masalah di sana!
Terutama saat tatapan mereka bertemu, Agatha langsung memberikan ekspresi mengancam seolah-olah Anggun akan dalam masalah besar jika jawabannya tidak sesuai dengan yang diharapkan Agatha.
Hal itu membuat Anggun semakin tertantang hingga dia berkata, "hmmm,, makanan ini terlihat enak, tapi akan lebih enak lagi jika kali ini kita makan makanan tradisional Indonesia. Bukan begitu Paman putih?"
Wajah Agatha menjadi sangat masam, dia ingin sekali menampar mulut Anggun hingga hancur, tetapi Tentu saja dia tidak bisa melakukannya di hadapan pangeran Arab hingga perempuan itu hanya bisa terpaku di tempatnya, 'dasar anak sialan, padahal hanya dia perlu mengatakan makanannya terlihat enak dan semuanya akan selesai,' umpat Agatha dalam hati.
"Benar, makanan tradisional Indonesia, sudah lama aku tidak memakannya," kata Pangeran Arab.
Dengan menahan emosinya, Agatha kemudian berkata, "bereskan mejanya dan siapkan makanan tradisional Indonesia."
"Baik," jawab para pelayan di sana segera menuruti perintah Agatha.
Agatha masih melirik Anggun dengan kesal, tapi dia tidak punya pilihan selain melangkah pergi dari sana sebelum Anggun kembali mencari gara-gara untuknya.
Pada saat Agatha meninggalkan meja pangeran Arab, dia terkejut saat salah seorang perempuan langsung menghampirinya hanya setelah beberapa meter dari meja pangeran Arab.
"Tante!" Seru perempuan itu langsung memegang kedua tangan Agatha dengan senyuman indah di wajahnya.
Agatha jelas mengenali perempuan tersebut karena dia adalah salah satu teman putrinya sehingga Agatha tersenyum dan hendak berbicara saat perempuan bernama Salma itu lebih dulu berkata, "apa Tante melihat Berlin?"
Agatha mengerutkan keningnya saat mendengar Salma berbicara dalam bahasa Arab, Salma memang dikenal pernah tinggal di Arab selama 1 tahun bersama dengan ibunya.
Tapi kenapa harus menggunakan bahasa Arab?
Namun ketika ia melihat Salma mengedipkan sebelah matanya, Agatha pun mengerti bahwa gadis itu berusaha mencari perhatian pangeran Arab dengan memamerkan kemampuan bahasa arabnya.
'Dasar anak ini, memangnya kau pikir kau bisa mendapatkan perhatiannya? Baiklah, akan ku. buat kau mendapatkan perhatiannya,' ucap Agatha dalam hati yang berpikir pangeran Arab pasti akan marah jika mengetahui seorang perempuan mencari perhatian di hadapannya.
Jadi dalam bahasa Indonesia, Agatha berkata, "tante tidak mengerti apa maksudmu, tante tidak bisa berbicara bahasa Arab," Agatha memastikan suaranya bisa didengar oleh pangeran Arab.
Salma tersenyum, dia tahu bahwa ibu Berlin tidak bisa berbahasa Arab, jadi dengan suara yang cukup lantang untuk didengar oleh pangeran Arab, Salma berkata, "Berlin mengatakan pada kami bahwa dia sangat dekat dengan pangeran Arab. Bahkan saking dekatnya hingga mereka sering menghabiskan waktu bersama. Jika itu benar, maka--"
"Tunggu!" Salah seorang pengawal pangeran Arab menghampiri Salma dan menghentikan ucapan Salma, "jangan menyebarkan berita sembarangan, pangeran kami tidak pernah dekat dengan perempuan bernama Berlin."
"Apa?" Salma terkejut, jadi Berlin hanya berbohong saja?
Tidak mungkin pengawal itu tampak sangat terganggu jika memang Berlin dan pangeran Arab saling mengenal.
Jadi Salma menjawab pengawal itu dalam bahasa Arab, "Aku hanya ingin benar-benar memastikannya, karena Berlin bercerita bahwa dia benar-benar dekat dengan pangeran Arab," kata Salma dalam bahasa Arab membuat Agatha kebingungan nama putrinya disebut tetapi dia sama sekali tidak mengerti apa yang dibicarakan Salma dengan pengawal pangeran Arab.
"Itu tidak benar!" Tegas sang pengawal.
"Ah,,," Salma menahan tawanya, "terima kasih sudah memberitahu saya," ucap Salma merasa begitu jijik pada Berlin.
Saat ini dia merasa Anggun jauh lebih baik daripada Berlin, meski Anggun memang tampak bodoh dan tidak tahu apa-apa, tetapi setidaknya perempuan itu tidak pernah mengaku-ngaku dekat dengan seseorang sampai menipu teman-temannya seperti yang dilakukan oleh Berlin.
Jadi Salma kemudian kembali menemui teman-temannya dan menceritakan apa yang terjadi membuat seluruh teman-temannya memaki Berlin.
Jadi begitu Berlin kembali ke tempat teman-temannya berada, semua teman-teman Berlin menatap Berlin dengan tatapan sinis.
"Ada apa?" Berlin bertanya dengan polos seraya duduk di kursinya, saat itu juga, ia melihat pangeran Arab dan Anggun telah selesai makan dan bergegas untuk meninggalkan restoran hotel.
"Kau benar-benar saling mengenal dengan pangeran Arab?" Tanya salah seorang perempuan.
Berlin terkejut dengan pertanyaan itu, "Apa maksudmu? Tentu saja. Dia sendiri menginap di hotel--"
"Bohong!" Sela salah seorang teman Berlin, "jelas-jelas pengawalnya mengatakan kau dan pangeran Arab tidak saling kenal dan hanya Anggunlah yang dikenal pangeran Arab di tempat ini. Sebegitu inginnya kau terlihat baik di depan kami hingga mengarang cerita bodoh seperti itu?"
"Benar, Apa kami terlihat konyol di matamu saat kami mengatakan ingin sekali dikenalkan dengan pangeran Arab? Pantas saja tadi pengawalnya memperlakukanmu dengan tidak baik, ternyata kau memang tidak memiliki kedekatan apapun dengan pangeran Arab! Hanya mengaku-ngaku saja, masih lebih baik Anggun juga yang meski bodoh tapi tidak pernah mengaku-ngaku dekat dengan siapapun!"
"Iya, apa jangan-jangan selama ini kau hanya berusaha menjelek-jelekkan Anggun di depan semua orang? Aku ingat waktu hari ulang tahunmu Anggun seakan ingin mengatakan sesuatu pada semua orang, tetapi dihalangi olehmu dan ibumu, apa kalian menekannya?"
"Apa yang kalian katakan?" Berlin akhirnya berdiri, menatap semua orang dengan kesal, "Kenapa kalian mengatakan hal bodoh seperti itu? Aku tidak pernah--"
"Apa kau perempuan yang bernama Berlin?" Pangeran Arab yang berjalan bersama Anggun akhirnya menghentikan langkahnya dan menatap Berlin membuat wajah Berlin menjadi merah padam.
"Ya, dia Berlin!" Jawab salah seorang teman Berlin.
"Jelaskan pada mereka bahwa kita tidak pernah saling mengenal satu sama lain!" Tegas pangeran Arab sebelum akhirnya melangkah bersama para pengawalnya meninggalkan tempat itu.
Berlin mengepal kuat kedua tangannya saat ia melihat Anggun menatapnya dengan penuh penghinaan.
"Ck, Pangeran itu bahkan tak tahu kalau kau bernama Berlin. Kedepannya kau tidak usah bergabung lagi dengan kami, kami tidak butuh teman penipu seperti!"
"Iya, kau nikmati sendiri makanannya!"
Teman-teman Berlin satu persatu mengutarakan kekesalan mereka sebelum akhirnya pergi dari tempat itu.
Setelah semua orang pergi, Anggun berkata, "enak jadi penipu? Sekarang kau rasakan sendiri akibatnya kan? Sepertinya kedepannya kau tidak punya teman lagi ya...."
"Diam!" Teriak Berlin pada Anggun, "kau sudah merencanakan semua ini untuk menjebak ku, iya 'kan?!"
"Entahlah, Tapi aku tidak pernah merencanakan untuk berpura-pura mengenal seseorang dan memanfaatkannya mendapat perhatian dari orang lain," kata Anggun penuh ejekan.
"Kau!!" Berlin hendak menyerang Anggun, tapi saat itu beberapa orang baru saja memasuki restoran hingga beringin menghentikan kelakuannya agar tidak membuat kekacauan.
Anggun pun pergi dengan rasa puas meninggalkan Berlin yang hanya bisa menahan emosinya.
'Padahal aku bersusah payah untuk masuk ke kelompok pergaulan anak-anak sialan itu, tetapi hanya dalam satu hari Anggun mengacaukan segalanya! Kalau begini, Ibu bisa marah besar,' gerutu Berlin dalam hati yang kini bisa membayangkan kemarahan ibunya gara-gara terputusnya koneksi dengan anak-anak konglomerat itu.
Padahal anak-anak konglomerat itu adalah salah satu sumber pemasukan terbesar mereka di bisnis gelap.
Sekarang bagaimana?