Demi tetap bertahan di universitas idolanya, dan demi terbebas dari penderitaan akibat kekejaman paman dan bibinya, Jelena nekat menerima permintaan dari dua orang kakak beradik yang ingin mencarikan jodoh bagi paman mereka yang bernama Adras Rianto Permana, seorang pilot yang dingin dan dianggap sebagai penyuka sejenis di kalangan teman-temannya.
Jelena pun bekerja sama dengan kedua gadis itu, untuk menjebak Adras dan membuatnya harus menikahi Jelena. Namun kenyataan yang harus Jelena hadapi saat menikah adalah, bukan hanya sikap dingin Adras, melainkan juga kekejaman sepasang suami istri, paman dari Adras yang ingin menguasai harta lelaki itu. Jelena ingin pergi dan mengahiri pernikahannya, namun ia kembali saat menyadari bahwa ada sesuatu yang mulai mengusik hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Ganggu Suamiku
Tangan Jelena bergetar saat memegang ponsel itu. Ingin rasanya ia membanting ponsel itu.
Namun, mengingat apa yang dilihatnya di apartemen itu, Jelena pun mengusap tanda berwarna hijau itu.
Terdengar suara dari seberang sana.
"Suamiku sedang beristirahat. Jangan ganggu suamiku lagi."
"Berikan ponselnya pada Adras."
Jelena tertawa. "Kamu hanya kekasih gelapnya yang sebentar lagi akan menjadi kenangan. Kamu seharusnya tahu diri dan segera mengahiri hubungan ini. Sadarlah sebelum kiamat datang." kata Jelena dengan nada sinis.
"Jangan sok menceramahi aku. Masa depan karir Adras ada di tanganku."
"Oh ya? Kamu pikir dengan ketenaran suamiku yang sudah dua kali berhasil menyelamatkan penumpang, maka ia akan sulit mendapatkan pekerjaan di maskapai lain? Atau kamu lupa kalau suamiku adalah pemegang saham terbanyak di Permana entertainment? Kamu lupa kalau penghasilannya di dalam bisnis keluarganya lebih besar dari penghasilannya sebagai seorang pilot?"
"Namun menjadi pilot adalah keinginan Adras semenjak kecil."
"Keinginan orang bisa saja berubah seiring dengan berjalannya waktu."
"Brengsek kamu, Jelena. Kamu hanyalah gadis kampung yang menjebak Adras. Sekarang kamu mau menahan dia dengan alasan kehamilan mu?"
"Awalnya aku memang menjebak dia. Agar ia bisa keluar dari lingkaran setan yang dibuat olehmu. Namun sekarang dia yang memilih untuk bersamaku. Sebentar lagi kami akan punya anak. Sesuatu yang tak mungkin diberikan olehmu."
"Aku membencimu, Jelena."
"Bencilah aku sesukamu, sayang. Itu tak akan merusak kebahagiaan kami. Bye...!" Jelena nampak sedikit emosi. Ia meletakan ponsel Adras di atas nakas lalu melangkah ke arah meja untuk mengambil air putih dan meneguknya. Selesai minum air putih, Jelena justru merasa ingin muntah. Sepertinya percakapannya dengan kekasih gelap Adras ini membuat ia mual. Ia pun segera ke kamar mandi.
Mendengar kalau Jelena muntah, Adras segera turun dari ranjang. Agak tertatih langkahnya menuju ke kamar mandi.
"Na, kamu baik-baik saja?" tanya Adras sambil mengetuk pintu kamar mandi.
Jelena keluar. Ia menatap Adras. "Jangan lagi suruh aku berbicara dengannya. Anakku tidak suka mendengar suaranya sehingga aku langsung merasa ingin muntah."
Adras tersenyum. "Aku senang karena kau mengatakan itu padanya."
"Mengapa kau tak mengatakan sendiri bahwa kau ingin lepas darinya?"
"Dia tak akan pernah percaya."
"Salahmu sendiri yang tak pernah serius ingin lepas darinya." Ujar Jelena sedikit ketus lalu segera melangkah menuju ke ranjang. "Aku merasa pusing." ujarnya lalu membaringkan tubuhnya.
"Kau butuh sesuatu?" tanya Adras.
"Aku hanya tak ingin diganggu."
Adras mengangguk. Ia membiarkan Jelena istirahat. Ia pun keluar kamar. Tepat di saat itu Sofia sudah berdiri di depan kamarnya. "Uncle, Kak Agung sudah ada di ruang tamu." kata Sofia sambil menunjukan ruang tamu yang ada di lantai dua ini.
Adras pun melangkah pelan ke sana karena memang kakinya masih sakit. Namun ia menolak saat Sofia akan membantunya.
Agung yang sedang duduk langsung berdiri saat melihat Adras. Wajah pria tampan itu nampak sedikit tegang dan agak pucat.
"Selamat sore, kapten."
"Duduk!" kata Adras tegas. Ia menatap Sofia. "Kamu juga duduk."
Sofia dan Agung duduk di sofa yang sama namun dengan jarak yang akan berjauhan.
"Apakah benar kamu menjamin hubungan dengan ponakan saya?"
"Siap, Kap. Benar." jawab Agung.
"Kamu tahu usianya berapa?"
"19 tahun."
"Sofia masih kecil."
"Uncle...!" Sofia protes saat dikatakan masih kecil.
Agung menatap kekasihnya dan meminta gadis itu untuk bisa tenang. "Aku tahu. Namun aku tak bisa menahan semua rasa yang aku miliki untuknya. Aku sungguh jatuh cinta pada Sofia. Tapi aku berjanji, Kap. Aku akan menjaganya dengan baik. Aku tak akan pernah melebihi batas yang telah ditentukan. Aku akan mendukungnya selama ia kuliah. Sofia akan menyelesaikan kuliahnya sebelum aku akan melamarnya." kata Agung dengan penuh keyakinan.
"Bagaimana jika kamu menyakitinya dan tertarik pada gadis lain?" tanya Adras tajam.
"Memang sebelum aku ketemu Sofia, aku sudah dekat dengan beberapa wanita. Tapi setelah aku ketemu dengannya, aku tak pernah lagi dekat dengan wanita lain selain ibu dan adik perempuanku."
Adras menatap Agung dengan tatapan yang tajam. "Jika kamu berani menyakiti Sofia, dan jika kamu membawanya pada hubungan yang tak sehat, aku bersumpah akan menghancurkan mu. Mengerti? Sofia dan Santi adalah hidupku. Menyakiti mereka berarti menyakiti aku."
Agung mengangguk. "Aku mengerti, kap. Yakinlah kalau aku sungguh-sungguh menyayangi Sofia."
"Baik. Aku ijinkan kalian pacaran. Dengan catatan, jangan kau bawah Sofia ke apartemen mu, ya?" ujar Adras. Sofia dan Agung saling bertatapan sambil mengangguk walaupun dalam hati mereka menyimpan rahasia kecil itu Bagaimana jika uncle Adras tahu kalau Sofia sudah pernah menginap di sana bersama Santi dan Jelena?
Adras menarik napas panjang. Ia lega sudah memperingati Agung. Ia memang awalnya belum rela melihat Sofia sudah punya pacar. Ia selalu menganggap kedua ponakannya itu masih kecil. Namun tentu ia tak bisa mengurung mereka terus. Ini memang sudah waktunya mereka untuk punya teman dekat.
"Bagaimana keadaan kapten?" tanya Agung setelah mereka terdiam beberapa saat.
"Aku sudah membaik. Hanya kakiku saja yang agak sakit karena terjepit di ruang kokpit. Aku nggak tahu bagaimana kabar kapten Robert."
"Kapten Robert sudah sadar walaupun masih di ruang perawatan intensif. Tadi pagi kami menjenguknya. Mungkin sore ini, mereka juga akan datang menjenguk kapten."
"Aku sedih saat ada yang meninggal."
"Sebenarnya mereka yang meninggal itu bukan karena kecelakaan. Menurut kesaksian kru kabin, saat pesawat mendarat, semua penumpang selamat. Hanya saja ketika pintu di buka, mereka saling mendahului untuk keluar karena takut pesawat akan meledak. Akhirnya mereka saling terinjak dan ada yang sesak nafas."
Adras mengangguk. "Hujan sangat deras waktu itu. Pesawat kami sudah hampir satu jam berputar di atas bandara dan akan kehabisan bahan bakar. Keputusan yang sulit namun harus dilakukan."
"Iya. Sekarang memang sedang musim hujan, Kap."
Adras berdiri. "Aku mau istirahat dulu." Adras pun segera kembali ke kamarnya sambil tertatih.
*********
Jam 5 sore, beberapa petinggi maskapai, termasuk tuan Ruben Sues sang pemilik maskapai juga datang.
Jelena membantu Adras menuruni tangga bersama Sofia. Adras duduk di sofa dan saat Jelena akan pergi, Adras dengan cepat menahan tangannya. "Duduk di sini, sayang."
Jelena sangat terkejut karena Adras menyebutnya sayang. Namun dia menurut juga. Ia duduk di samping Adras. Sangat dekat karena Adras tak mau melepaskan genggaman tangannya.
Mike menatap adegan itu sambil menahan senyumnya. Entah apa yang lelaki itu pikirkan. Apakah Adras sedang pamer kemesraan?
Anita dan para pramugari yang menjadi kru kabin di pesawat itu datang paling belakang. Mereka membawakan buah-buahan.
"Adras, pihak maskapai memberikan kau waktu istirahat selama 2 bulan. Setelah itu kau akan menjalani pemeriksaan psikologi dari pihak tim kesehatan maskapai untuk pemulihan trauma pasca kecelakaan." kata pak Ruben.
"Wah, Kap. Kami pasti akan merindukanmu." ujar Putri membuat yang lain pada tersenyum menggoda. Siapa yang tak tahu kalau Putri memang naksir Adras.
"Terima kasih pak Ruben. Aku memang membutuhkan waktu liburan. Karena istriku sedang hamil muda. Yang pasti ia membutuhkan perhatianku." Adras menatap Jelena lalu membelai perut Jelena yang masih rata.
"Wah, selamat ya Adras. Akhirnya setelah beberapa bulan menikah, kalian mendapatkan rezeki ini." Kata Ruben nampak ikut senang. Ia memang sudah mendengar rumor tentang Adras yang penyuka sesama jenis. Namun pria itu membuktikan kalau ternyata rumor itu salah.
Jelena menatap Mike dengan senyum penuh kemenangan. Ia juga menatap Adam yang sejak tadi hanya diam tanpa bicara. Pandangan Jelena kemudian beralih ke arah Putri yang terkenal suka pada Adras. Putri berdiri di samping Anita yang tampil paling cantik diantara semua pramugari yang hadir saat itu.
"Aku senang kalau suamiku bisa memiliki masa libur. Aku memang ingin memiliki waktu yang banyak bersamanya. Supaya mereka yang naksir suamiku akan segera sadar kalau Adras dan aku sedang saling tergila-gila saat ini." perkataan Jelena membuat yang lain tertawa. Namun tidak dengan satu orang. Ia memang tersenyum namun hatinya panas terbakar cemburu.
"Jalani pernikahan kalian dengan bahagia, nak. Pasangan yang mencintai dan selalu mendukung kita, akan membuat kita semangat dalam bekerja." kata Ruben Sues.
Jelena menyandarkan kepalanya di lengan Adras. Sofia dan Santi yang mengintip dari pintu dapur pun tersenyum bahagia.
Tanpa mereka sadari ada yang sementara merancang kan kejahatan bagi keluarga Permana.
***********
Hallo semua
selamat tahun baru di hari yang ketiga
Dukung terus novel emak ya guys