ISTRIKU MBAK-MBAK

Nirmala dan Dafa sudah sampai di dalam ruangannya. Nirmala mengikuti suaminya yang duduk di sofa . menyenderkan kepalanya di dada bidang suaminya sambil mengendus-endus bau maskulih khas suaminya itu.

"Mbak lo keren banget tadi. Gue saja sampai kagum sama lo," ucap Dafa sambil megusap lembut lengan istrinya.

"Cuma kagum? Lo nggak cinta sama gue? Nggak sayang sama gue?" Nirmala mendudukkan tubuhnya dengan sempurna. Menatap suaminya itu dengan pandangan menyelidik.

"Cinta? Mungkin belum terlalu Mbak, tapi gue akan jamin hati gue akan sepenuhnya jadi milik lo. Gue akan mencintai lo sampai maut memisahkan gue sama lo. Kalau masalah sayang, gue sayang banget sama lo Mbak. Meski kadang kala lo buet gue jengkel tapi gue bahagia. Apalagi kalau lo lagi senyum gue ngerasa bahagia banget Mbak. Lo ingat di awal kita nikah, gue ingat jelas lo nggak pernah senyum ke gue, kegiatan lo hanya marah-marahin gue nggak jelas. Gue nikmatin semua tingkah lo yang bikin gue bahagia Mbak," jawab Dafa sambil melihat wajah istrinya yang kini tampak tersenyum manis.

"Kapan lo akan berikan sepenuhnya hati lo buat gue? Padahal gue udah cinta banget sama lo," ujarnya mengusap-usap lembut dada bidang Dafa.

"Lo tenang saja Mabk, gue nggak akan mungkin ingkar dari kata-kata gue. Lo bisa pegang ucapan gue sampai kapanpun. Sebentar lagi pasti lo akan dapatin hati gue sepenuhnya." jawab Dafa menyelipkan surai hitam istrinya di balik telinganya.

"Beneran?" Nirmala mendongak sebentar lalu kembali asik bermain di dada suaminya.

Dafa mengangguk sambil memejamkan matanya. Menikmati sentuhan istrinya pada dada miliknya. Terasa sangat nikmat. Jika saja dia tidak sedang sakit, mungkin kini dia akan melakukan hal yang iya-iya dengan istrinya.

"Kok lo lepasin sih? Gue masih asik loh ini?" protes Nirmala saat suaminya menjauhkan tangannya dari dada bidang itu.

"Lo bikin gue pengen Mbak, Lo tahu gue lagi sakit gini jadi jangan mancing-mancing sesutau yang tidak akan bisa muasin lo. Dia masih demam,"

"Dia? Dia siapa? Lagian siapa juga yang lo maksud demam?" Nirmala tidak paham dengan apa yang dikatakan suaminya.

"Itu!" Tunjuk Dafa pada bagian bawahnya yang masih di balut selembar kain.

Nirmala langsung menatap bagian yang di tunjuk suaminya. Wajahnya langsung memerah saat mengerti dengan apa yang dikatakan suaminya. "Gue mau lihat, boleh?" Nirmala menatap suaminya yang juga tengah menatap dirinya.

"Nanti sekretaris Lo masuk lagi kek waktu itu,"

Nirmala langsung saja berdiri menuju mejanya. Menekan remot kecil yang otomatis akan mengunci pintu ruangan. "Sudah, gue pengen lihat boleh kan?"

Dafa membuka lipatan pada bagian atas yang akan mempererat sarung itu dipinggangnya. Menurunkan sarung itu hingga batas pahanya agar istrinya itu bisa melihat si imut yang tengah tertidur dengan nyenyaknya.

"Kok makin lucu Daf?" tanya Nirmala kagum. Beberapa kali juga Nirmala berdecak kagum melihat miliknya.

"Ya namanya dia juga tidur Mbak,ntar kalau bangun juga akan perkasa kek waktu itu." jawab Dafa.

"Tapi gue lebih suka yang kek gini Daf, nggak garangbkek waktu itu bikin gue takut." jawabnya jujur.

Dafa melenggos mendengar ucapan istrinya. Kalau seperti ini mana bisa dia bekerja, yang ada 100 bahkan 1000 tahunpun tidak akan jadi. "Kalau kek gini nggak bisa dia bekerja untuk memberikan gue keturunan dari lo, Mbak."

"Emm, iya juga ya. Tapi sumpah ini lucu banget Daf, kek ekor kucing kucing yang sedang tidur."

"Lo kalau ngomong jangan aneh-aneh deh Mbak, masa punya gue lo samain dengan ekor kucing. Emang mirip apa?"

Nirmala langsung menggeleng. Jika dilihat memang tidak sama seperti ekor kucing. "Tapi mirip sama kepompong kan Daf? Gue kasih nama itu aja kali ya?" Nirmala mengangkat kepalanya. menatap suaminya yang kini juga tengah menatap dirinya.

"No, gue sudah ngasih dia nama. Jadi lo nggak perlu lagi ngasih dia nama Mbak. Nama yang lo kasih juga jelek banget." tolak Dafa tidak suka. Jikapun apa yang dikatakan Nirmala benar, tapi dia tidak akan suka miliknya dikasih nama hewan.

"Emang namanya siapa?"

"Leno." jawab Dafa mantap.

"Leno?" Ulang Nirmala dengan kening mengernyit penuh tanya. "Jelek banget nama yang lo kasih Daf, mendingan kepompong."

"Gue nggak suka kepompong."

"Emang ada artinya nama yang lo kasih?"

Dafa menagngguk. "Ada. Leno itu ada salah satu kata dalam bahasa Minang yang artinya bisa jadi lesu, lemah dan semacamnya. Ibaratkan sebuah tanaman jika dia disiram pasti dia akan tumbuh dengan subur sama kek punya gue, kalau lo kasih pupuk pasti dia akan tegak dengan perkasa siap untuk menjalankan tugasnya." jawab Dafa membuat Nirmala tercengang.

"Lo aneh banget tahu nggak. Nama kek gitu lo kasih ke dia. Ehh, tapi bagus juga arti nama yang lo kasih. Gue suka."

"Iyalah gue kan gitu," jawab Dafa dengan songong.

Nirmala kembali menunduk menatap serta memegang Leno dengan tangannya. Memperhatikan dengan seksama si Leno yang tetap tertidur dengan nyenyak tanpa terganggu sedikitpun.

"Kapan lo kerja kalau ngelihatin itu terus Mbak? Katanya mau gue temenin biar lo semangat kerjanya?" tegur Dafa yang membuat Nirmala melepaskan tangannya dari Leno.

"Hehehe, soalnya enak juga megang dia yang tidur kek gini ya Daf," jawab Nirmala dengan cengengesan.

"Enakkan saat dia bangun Mbak. Sana kerja, kalau kek gini kerjaan lo nggak bakalan kelar sampai si Leno sembuh." Dafa memperbaiki sarungnya seperti semula. Mengusir istrinya agar lekas mengerjakan pekerjaannya yang menggunung diatas meja.

Nirmala mengikuti perintah suaminya meski dengan berat hati. Padahal dirinya tengah asik bermain dengan si Leno yang tertidur pulas. Mana tampak lucu dan menggemaskan lagi.

"Daf, gue mau su Leno seperti itu terus. Gue suka lihatnya," ucap Nirmala yang sudah duduk di kursi kebesarannya.

Dafa memicing menatap istrinya. "Emang lo nggak mau dia sembuh?"

Nirmala dengan cepat menganggukkan kepalanya. "Mau lah, tapi gue lebih suka dia yang kek gitu," Jujurnya.

"Hmm, terserah lo deh Mbak. Kerjain gih tugas lo, gue mau tidur sebentar," Dafa membaringkan tubuhnya di atas sofa. Memejamkan netra itu dengan rapat. Rasa kantuk langsung saja menyerang Dafa membuat dirinya cepat sampai ke alam mimpi.

*****

Waktu makan siang sudah datang namun, Dafa belum juga bangun dari tidurnya. Nirmala geleng-geleng kepala melihat suaminya yang tertidur pulas. Bahkan dua bungkus nasi padang sudah terletak diatas meja sofa.

"Daf bangun, kita makan duku yuk?" Nirmala mengoyangkan tubuh suaminya.

"Jam berapa Mbak?" tanya Dafa membuka matanya perlahan.

"Setengah satu,"

"Emm, cium gue dong Mbak," pinta Dafa.

"Nggak mau, mulut lo pasti bau jigong," tolak Nirmala menjauh dari Dafa.

"Ya sudah kalau lo nggak mau. Lagian gue juga nggak maksa lo, Mbak" Jawab Dafa yang kembali memejamkan matanya.

"Kita makan dulu Daf, emang lo nggak lapar apa? Lagian ini juga sudah Zuhur juga,"

"Lo makan saja sendiri Mbak,"

Cup....

Nirmala menyatukan bibirnya dengan bibir suaminya. Saat hendak Nirmala hendak melepaskan bibirnya, Dafa dengan segera menahan tengkuk Nirmala untuk memperdalam ciuman mereka. Mulut yang tadi Nirmala sangka bau jigong nyatanya mengeluarkan bau mint yang menyegarkan.

"Sudahkan? Ayo kita makan,"

"Makasih Mbak,"

TBC