Delia dipaksa menikah dengan Om Om yang tidak pernah dia kenal, tapi di hari pertama pernikahan nya, Delia baru mengetahui bahwa pernikahan dirinya hanya sebatas perjanjian selama lima tahun, demi sang suami mendapatkan keturunan. Sanggupkah Delia menjalani pernikahan tanpa cinta ini? Apa yang akan Delia lakukan untuk membuat sang suami jatuh cinta kepadanya? Apakah Delia berhasil memberikan keturunan bagi sang suami? Baca novelnya sampai akhir, biar gak penasaran
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur hapidoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Kaisar Tambah Drop
Burhan akhirnya pergi ke apotek dan membeli resep obat yang diberikan oleh dokter Bambang. Setelah itu Burhan langsung kembali ke kediaman dan memberikan obat tersebut kepada bi Atun.
"Apakah keadaan Tuan sudah membaik?" tanya Burhan.
"Belum ada perubahan, Tuan masih belum juga sadar, tampaknya Tuan benar-benar mengalami hari yang sulit. Duh, kita nih jahat sekali ya? Kita malah senang-senang di hotel, pesta-pesta, jalan-jalan semalaman di luar sana, sementara di sini Tuan Kaisar dan Nyonya, entah mengalami nasib apa, sehingga mereka berpisah lagi!" ucap BI Atun mulai menangis pilu. Sedih dengan keadaan Tuan besarnya yang selama ini selalu baik kepada nya.
"Kita berdoa, semoga Tuhan dan Nyonya bisa bersama lagi. Anak mereka semoga selamat!" doa Burhan.
"Sudah sana! Kalian kembali bekerja! Jangan malah ngerumpi di sini! Nanti kalau Tuan Kaisar bangun, pasti dia marah melihat kita malah santai-santaian!" ujar BI Atun.
Sementara itu,suasana di kantor Kaisar tampak riweh dan ruwet, asisten Kaisar sejak tadi mondar-mandir, menunggu kedatangan atasannya. Para klien dari Jepang sudah datang, tetapi Kaisar masih belum datang juga hingga siang hari. "Tuan, sebaiknya menghubungi rumah, siapa tahu ada hal yang membuat Tuan Kaisar tidak bisa datang ke kantor." ucap Cindy, Sekretaris Kaisar.
"Kau benar, aku sungguh bodoh! Gara-gara panik, aku jadi tidak kepikiran HAM itu. Terimakasih Cindy karena sudah mengingatkan saya!" kemudian Zia menelpon ke rumah Kaisar, lama sekali, baru ada jawaban.
Maklum saja para pekerja yang bekerja di rumah Kaisar, sedang sibuk berkumpul di kamarnya Kaisar. Mereka mengkhawatirkan keadaan majikan mereka yang hingga siang masih saja belum sadar dari pingsannya.
"Ya, Hallo! Kediaman Tuan Kaisar! Ada yang bisa saya bantu?" ucap BI Atun dengan suara parau.
"Halo Bi Atun! Ini saya Zia, asisten Tuan Kaisar! Apakah saya bisa bicara dengan Tuan Kaisar? Ini para klien dari Jepang sudah menunggu kedatangan beliau!" ucap Zia to the point. Mengingat pentingnya urusan yang dia hadapi.
"Maafkan saya, tuan Zia! Ini Tuan Kaisar dari pagi pingsan belum siuman juga, beliau saat ini sedang sakit!" ucap BI Atun, merasa prihatin dengan keadaan majikannya.
"Kenapa bibi tidak mengabarkan kepada saya tentang keadaan Tuan Kaisar? Kalau tidak, saya pasti dari tadi sudah ada di sana. Apakah sudah dibawa ke rumah sakit?" tanya Zia mulai ketularan paniknya BI Atun.
"Tadi Bibi sudah memanggilkan Dokter Bambang. Sudah minum obat juga. Tetapi Tuan masih belum juga sadar. Bibi sendiri bingung ini, mau bagaimana. Apa kita dikirim ke rumah sakit saja, Pak?" tanya BI Atun.
"Saya akan mengurus dulu urusan di sini. Setelah itu saya akan datang ke rumah. Untuk sementara, bibi urus dulu Tuan Kaisar. Sebentar lagi saya akan ke situ!" setelah itu Zia langsung menutup panggilan telepon tersebut.
"Bagaimana Tuan apa ada kabar terbaru dari rumah?" tanya Cindy sekretaris Kaisar. ziyamah menarik nafas dalam-dalam merasa bingung harus berbuat apa.
"Saat ini Tuan Kaisar lagi sakit dari pagi belum siuman dari pingsan. Entah apa yang sudah terjadi pada beliau. Udah, saya mau ke ruang meeting dulu. Aku mau handle pertemuan ini dulu, jangan sampai klien kita dari Jepang nanti marah-marah dan akhirnya memutuskan kontrak kerjasama ini. Kamu urus dulu semua urusan yang ada di sini, oke?" Zia kemudian langsung berlari ke ruangan meeting dan menemui klien yang sudah datang jauh-jauh dari Jepang. Mereka adalah rekanan bisnis Kaisar dalam rangka berperang melawan ayahnya Kaisar.
"Maafkan saya tuan-tuan sekalian saat ini Tuan Kaisar sedang sakit dan tidak bisa menghadiri meeting ini.Apakah tuan-tuan tidak keberatan, apabila saya menghandle pertemuan Ini sementara?" tanya Zia dalam bahasa Jepang yang pasih. Zia memang seorang asisten yang sangat handal. Zia menguasai lima bahasa. English, Arab, Jepang, Mandarin, dan Korea.
"Tidak masalah, asalkan Anda paham dengan proposal yang diajukan kepada kami. Apalagi masalah kesehatan memang tidak bisa kita paksakan. Kami juga tidak ingin kedatangan kami jauh-jauh dari Jepang ternyata tidak membuahkan hasil apa-apa!" ucap salah satu klien tersebut yang membuat izia merasa bersyukur.
"Baiklah karena waktu memang sudah siang. Mari kita lanjutkan meeting ini dan saya akan menjelaskan beberapa hal dalam proposal yang sudah kami susun untuk kita memulai kerjasama Kita!" setelah kurang lebih 2 jam lamanya mereka melakukan perundingan, akhirnya mereka mendapatkan sebuah kesepakatan. Bahwa perusahaan Kaisar akan mensuplai beberapa kebutuhan rakyat Jepang yang akan dikirim secara berkala setiap 1 bulan sekali. Untuk meresmikan hubungan mereka, akan menunggu Kaisar sehat, karena Kaisar adalah CEO dari perusahaan tersebut.
Setelah para klien tersebut kembali ke hotel masing-masing, Zia kemudian mengutus Cindy, untuk mengurus segala keperluan mereka sampai kepulangan mereka ke Jepang kembali. Sementara dirinya kemudian mendatangi rumah Kaisar untuk menengok keadaan atasannya.
Hati Zia mencelos ketika mendapati kaisar yang masih terlelap. Entah itu tidur, entah pingsan, entah koma. Masih belum jelas keadaannya. Karena para pelayan di rumah itu belum bisa mengambil keputusan tentang keadaan Kaisar.
"Ayo, kita sebaiknya membawa Tuan Kaisar ke rumah sakit. Ini sudah terlalu lama untuk ukuran sebuah pingsan. Saya takut nanti akan terlalu banyak komplikasi apabila kita terlambat membawa Tuan Kaisar ke rumah sakit!" kemudian para lelaki yang ada di rumah tersebut menggotong tubuh kaisar yang masih lemas tak berdaya ke rumah sakit terdekat.
Begitu sampai rumah sakit, Kaisar langsung ditangani oleh Dokter Bambang, yang tadi siang memeriksa keadaannya.
"Belum sadar juga, Tuan Kaisar? Ya Tuhan! Saya harap tidak terjadi hal yang buruk kepadanya!" ucap Dokter Bambang mulai panik. Merasa bersalah, karena tidak langsung membawa Kaisar ke rumah sakit, ketika tadi pagi dia memeriksa di rumahnya.
"Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Tuan Kaisar! Aduh ini Nyonya Besar juga tidak ada! Kami itu sebenarnya, bingung mau melakukan apa di rumah. Semuanya kacau, dan nggak jelas begini!" ujar BI Atun mulai frustasi.
"Sudah bi, tenang! Doakan yang terbaik untuk Tuan kita! Jangan bicara sembarangan! Nanti jadi doa malah kita sendiri yang repot!" ujar Burhan.
"Bibi itu bukannya mendoakan yang buruk-buruk buat Tuan Kaisar, tapi bibi itu bingung kita ini mau melakukan apa? Sekarang mencari Nyonya Besar juga kita tidak tahu. Nyonya besar ada di mana?" si bibi malah bikin senewen semua orang yang ikut menemani Kaisar ke rumah sakit.
"Sudah, kalian kembali ke rumah saja! Biar saya urus Tuan Kaisar di sini!" ucap Zia akhirnya memutuskan.