NovelToon NovelToon
Anak Bos Yang Kabur

Anak Bos Yang Kabur

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / CEO / Anak Genius / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: Lisa

Seorang bocah ikut masuk dalam mobil online yang di pesan Luna tanpa ia sadari karena mengantuk. Setelah tahu bahwa ada bocah di sampingnya, Luna ingin segera memulangkan bocah itu, tapi karena kalimat bocah itu begitu memilukan, Luna memilih merawat bocah itu beberapa hari.

Namun ternyata pilihannya merawat bocah ini sementara, membawa dampak yang hebat. Termasuk membuatnya berurusan dengan polisi bahkan CEO tempatnya bekerja.

Bagaimana kisah Luna membersihkan namanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 30

Yudha membuka pintu apartemennya. Naura muncul dengan wajah kesal dan marah.

 

“Kenapa muncul di sini?” tanya Yuda. Sebelum menjawab pertanyaan pria itu, Naura sudah menerobos masuk. Lalu menghempaskan pantatnya di atas sofa.

 

“Sepertinya Ian jenuh menjadi kekasihku. Padahal aku ingin menemaninya, tapi dia tidak mau.”

 

“Dia menyuruhmu pulang dan istirahat?” tebak Yuda.

 

“Tidak. Dia mengusirku. Bahkan dia memilih di temani Danar daripada aku,” omel Naura.

 

“Itu bukan masalah besar.”

 

“Kamu tidak pernah mencintai seseorang? Jika orang itu mencintai kita, dia justru ingin di temani oleh kita. Bukan memilih bersama pria yang menjadi bawahannya.”

 

“Pria mungkin berbeda dari wanita. Pria tidak ingin membuat si wanita susah dan bersedih saat dirinya sakit. Pria memilih sakit sendirian daripada menunjukkan kelemahannya.”

 

“Bukan. Ian bukan bermaksud sama seperti yang kamu kira. Aku yakin Ian sudah ingin membuangku. Dari cara dia bicara dan menatapku, seolah ia curiga.”

 

“Curiga?”

 

“Soal rasa pusing yang terus menerus ia derita hingga tidak ingin melupakan janji pada istrinya. Apa dokter itu bisa di percaya?”

 

“Ya. Tentu saja. Aku tidak mengatakan yang sebenarnya. Aku membimbingnya agar memakai obat yang membuat halusinasi itu, demi hati Ian yang masih merasa sangat kehilangan istrinya,” jelas Yuda yakin. Naura menipiskan bibir gelisah.

 

“Aku harap kamu benar. Jika tidak, aku akan hancur,” desis Naura.

 

“Tenang saja.” Yuda memberi kalimat penenang.

 

“Lalu soal Luna. Darimana kamu mengenalnya?” tanya Naura ingin tahu.

 

“Dia seorang teman,” kata Yuda dengan gelak tawa rendah.

 

“Teman? Bahkan kamu sendiri tidak menoleh padaku karena istri Ian, lalu kenapa justru mendekat pada dia?” serang Naura. “Dia kan hanya wanita biasa.”

 

Lagi-lagi Yuda tergelak.

 

“Kenapa kamu sewot?

 

“Aku hanya penasaran, bukan sewot,” tampik Naura.

 

“Dia memang wanita biasa. Jangan mempermasalah itu. Cukup fokus pada Ian. Jangan melihat ke yang lain. Kalau bisa berhenti dengan pria lain dan lebih perhatian ke Ian. Kamu pikir pria itu akan membantu mu lebih kaya, di bandingkan Ian?” tegur Yuda menghentikan tawanya.

 

Naura menipiskan bibir.

 

“Aku tidak paham denganmu. Bukankah masih banyak wanita lain seperti ku misalnya yang mau denganmu. Kenapa harus bersusah payah dengan dendam?” tanya Naura.

 

“Jangan bertanya soal masalah pribadiku, Naura,” desis Yuda.

 

“Oke. Oke. Aku hanya kasihan padamu.”

 

“Aku tidak perlu merasa dikasihani olehmu,” imbuh Yuda. Naura menggelengkan kepala.

 

...***...

 

Luna datang ke rumah sakit menjenguk Ian sepulang kerja. Dia sengaja datang sendirian tanpa Karin.

 

“Selamat malam, Pak.” Luna menyapa di ambang pintu. Pria itu tengah duduk di sofa. Namun sudah tidak memakai selang infus.

 

“Luna, silakan masuk.” Ian mempersilakan Perempuan ini masuk. Tampak sunyi di kamar perawatan ini.

 

“Kemana yang lain, Pak? Nona Naura? Kamar ini terlihat sepi.” Luna berjalan perlahan. “Apa Bapak sudah mau pulang? Selang infus sudah tidak terpasang.” Luna heran.

 

“Ya. Itu bukan sakit yang arah. Yang lain sudah aku suruh pulang. Sebenarnya aku bisa pulang tadi pagi, tapi pihak rumah sakit tidak mengijinkan. Padahal aku hanya pusing saja,” jelas Ian. Bola mata Ian melihat oleh-oleh di tangan Luna. “Jadi ... Kamu tidak akan memberikan itu padaku karena aku sudah sembuh?” tanya Ian seraya menunjuk keranjang buah di tangan Luna.

 

“Ah, iya Pak. Ini buat Bapak.” Luna menyodorkan keranjang buah pada Ian.

 

“Aku pikir kamu tidak jadi memberikannya. Terima kasih Luna.” Ian tersenyum dan meletakkan keranjang itu di atas meja. “Duduklah.”

 

Luna mengangguk.

 

“Kemarin Yuda mengantarkan kamu sampai rumah?” tanya Ian. Padahal ia sudah tahu bahwa Luna sampai dengan selamat. Sepertinya Ian ingin sebuah topik pembicaraan.

 

“Ya. Pak Yuda mengantarkan saya sampai rumah.”

 

“Aku baru tahu kalau kalian saling kenal,” ujar Ian.

 

“Iya.” Luna berusaha menjawab dengan singkat. Dia tidak ingin membicarakan pria itu.

 

“Bagaimana di kantor. Semua baik-baik saja?” tanya Ian.

 

“Ya.” Luna tidak bisa mencari bahan pembicaraan lain. Suasana agak canggung karena biasanya Ian yang ada perlu dengannya, tapi kali ini dia sendiri yang datang kesini.

 

“Elio ...” Mungkin karena sama-sama kurang bahan pembicaraan, pikiran mereka tertuju pada bocah itu. Karena memang hanya Elio yang membuat mereka punya bahan untuk bicara. Akibatnya, mereka menyebut nama Elio berbarengan.

 

“Pikiran kita sama,” kata Ian menyadari itu. Luna hanya tersenyum. “Aku yakin Elio pasti menunggu kamu.”

 

“Begitu ya Pak.”

 

“Kamu ada acara sebentar lagi?”

 

“Emm ... Tidak ada. Saya mau pulang setelah dari sini.”

 

“Kalau begitu, kamu bisa ikut denganku ke rumah,” kata Ian membuat Luna terkejut.

 

“Ada apa, Pak?” tanya Luna was-was.

 

“Bertemu dengan putraku.”

 

“Oh, Elio.” Luna manggut-manggut. Dia menyesal kalau sudah memberitahu bahwa ia tidak ada acara setelah ini. Karena kalau menolak, dia sungkan. Menerima pun kalau bisa tidak. Karena ia lelah.

 

“Aku salah. Pasti kamu lelah setelah pulang bekerja dan langsung ke rumah sakit menjengukku.” Ian akhirnya paham perihal diamnya Luna. Perempuan ini tersenyum.

 

“Bapak juga harusnya istirahat di rumah tanpa ada pengganggu.” Luna menambahi.

 

“Kalau kamu yang ke rumah, aku rasa tidak menggangguku,” kata Ian paham.

 

Ha? Tidak mengganggu? Karena aku yang akan menenangkan bocah itu hingga lelah. Begitu ya?

 

Pintu kamar terbuka. Danar muncul. Ia terkejut melihat Luna di kamar ini. Perempuan itu menganggukkan kepalanya sebentar.

 

“Bapak ingin pulang sekarang?” tanya Danar.

 

“Apakah semua sudah selesai?”

 

“Iya, Pak.”

 

“Aku akan pulang Luna. Kamu bisa ikut mobil kalau mau,” tawar Ian. Danar melirik.

 

“Tidak, Pak. Saya bawa motor. Saya bisa pulang sendiri.” Kepala Luna menggeleng. Menolak tawaran Ian.

 

“Oh, begitu.”

 

“Saya pulang dulu ya Pak,” pamit Luna.

 

“Ya. Maaf kamu tidak bisa lama-lama di sini karena aku harus pulang.”

 

“Tidak apa-apa, Pak.” Luna menggerakkan tangannya. Memangnya sampai kapan ia akan di sini? Kalau bisa ya cepat pulang karena ia juga belum istirahat. “Saya permisi Pak.” Luna membungkuk dan berjalan keluar.

 

“Hati-hati, Luna!”

 

“Ya, Pak.” Luna menutup pintu dan berjalan di lorong. “Hati-hati? Tumben Pak Ian begitu.” Sementara itu, Danar mengerjapkan mata mendengar Pak Ian mengatakan hati-hati pada Luna.

...____...

1
Imel Nafis
😊😊 tambah masalah 👍👍
Lies Atikah
semoga kembar thor biar rame hehe
Lies Atikah
Gak Jelas banget Si Lan ini udah luna jangan maksa orng yang plinplan tinggalin dulu beri pelajaran enak aja memperlakukan orang kaya sampah keterlaluan kamu Lan
Lies Atikah
oh jadi Lan itu bertepuk tangan sebelah alama cian banget
Lies Atikah
sat set lan gas keun kalau suka bilang langsung tonk plitat plitut
Lies Atikah
selidiki lan hari gini percaya surat wasiat kecuali langsung dari mulut istri mu sebelum meninggal nah baru tuh yakin
Lies Atikah
lan mah pelit masa gak bawa apa 2 bawa batu ke mana bawa anak lagi
Lies Atikah
semoga segera ketahuan belang nya si manora
Lies Atikah
pintar dikit napa sih Lan kamu kan ceo masa bisa di kadalin bodoh di pelihara
Lies Atikah
mampir thor
Ririn Nursisminingsih
Ian juga bodoh percaya aja sama suray wasiat.. selidiki dulu dong
Nabila Al Adibah
Luar biasa
Mrs.Riozelino Fernandez
bahasa kalbu mereka perlu di acungi jempol...TOP 😂😂😂😂
Mrs.Riozelino Fernandez
😂😂😂😂😂😂😂
Mrs.Riozelino Fernandez
😆😆😆😆😆
Mrs.Riozelino Fernandez
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Siti Nurjanah
oh ternyata karin yg dengar kirain danar
Siti Nurjanah
betul itu lan..... dan mulailah untuk menyelidiki
Siti Nurjanah
apa dulu yuda dan lan mencintai orang yg sama trs dia memilih lan. dan sekarang yuda punya dendam dgn lan
Siti Nurjanah
jd geram q ama lanbkatanta CEO yg di takuti kenapa bodoh bgt tidak menyelidiki keakuratan surat wasiat itu. semoga asprinya tau kalau pengacara dan naura punya kesepakatan. dan tau kalau srlain lan naura punya kakasih lain
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!