NovelToon NovelToon
Aku Bukan Rahim Cadangan

Aku Bukan Rahim Cadangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis
Popularitas:1.1M
Nilai: 4.7
Nama Author: via32

Bukan rahim cadangan

Part 1

"Selanjutnya... Pricilia Debby permata dari Fakulitas kesehatan , dengan indeks prestasi akademi (IPK) 3.96" Kata pembawa acara, tepuk tangan bergemuruh memenuhi gedung megah itu kala aku naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan sebagai mahasiswa terbaik.

Ya, Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan bagiku, namaku dipanggil sebagai mahasiswi dengan predikat terbaik.

Lulus kuliah tak lantas membuatku tenang, justru setelah ini lah kehidupan ku yang sesungguhnya akan dimulai. Ku nikmati soreku di teras panti selepas pulang dari acara wisuda kelulusanku, sembari memikirkan bagaimana cepat mendapat pekerjaan setelah ini.

"Debby!" Tiba- tiba seseorang memanggilku, aku menoleh kearahnya, dan tenyata dia adalah Mbak Linda, Ia adalah salah satu donatur terbesar di panti, menantu dari keluarga Atmajaya.

"Ehhh....Mbak..." Teriakku pada mbak Linda yang berlari kecil menghampiriku.

Angin bertiup sepoi", hingga membuat suasana sore yang sangat

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon via32, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Prov Debby & Tedi

"Saya tau dokter pinter, cerdas, sempurna dalam dunia pekerjaan, dan karena itu semua, dokter jadi nggak punya hati dan perasaan, nggak bisa jaga perasaan orang lain!" Kataku yang semakin terisak.

"Maaf...maaf Udah jangan nangis-nangis lagi, pulanglah Deb, ini kuncinya, saya masih ada sedikit urusan, kamu pulang duluan sana. Nggak usah naik motor, saya sudah pesankan taxsi." Katanya menunjukkan ponsel yang berisi pesanan sopir taxsi online padaku.

"Nggak usah dok, saya mau cari kos aja!"

"Debby jangan keras kepala, kalau nggak mau ke apartemen saya anterkan ke rumah orang tua kamu dimana."

"Saya nggak punya orang tua dok!" Kataku cepat, ia terlihat berfikir lalu menghembuskan nafas panjang.

"Nurut aja, atau kamu mau di pecat? Kalau saya adukan kecerobohan kamu tadi ke direktur." Ancamnya.

"Dokter mau mecat saya beneran?" Tanyaku tak percaya.

"Ayo ikut saya!" Karena aku takut akan dipecat, akhirnya aku pun mengikuti langkahnya. Kami menuju ke parkiran, di sana sudah ada sebuah mobil yang sedang menunggu. Ku rasa itu taxsi yang tadinya dipesan dokter Tedi untukku.

"Ayo masuk!" Seru dokter Tedi seraya membukakan pintu untukku.

"Pak, antar ke alamat ini ya! Jangan di kasih turun sebelum sampai ke alamat ini, ini ongkosnya." Kata dokter Tedi pada supir taxsi sambil menunjukkan alamat apartemen di ponselnya dan memberikan uang ongkos, aku bergeming di bangku belakang, bayang- bayang dipecat saat aku benar- benar sedang membutuhkan pekerjaan pun mampu membuatku menjadi pasrah, uang membuatku tak bisa berbuat apa- apa.

Setelah ku pastikan Debby pulang dengan selamat, aku segera mencari suster Lidia, karena yang ku perhatikan dia yang paling dekat dengan Debby. Perasaan ku tak tenang saat ini, setelah perbincangan ku dengan Debby barusan. Aku terlalu keras padanya, merasa bertanggung jawab pada pelayanan rumah sakit kakek ku membuatku lupa diri bahwa, memarahi Debby atau memecat Debby bukan lah hak ku. Karena aku bagi mereka hanya lah dokter tamu yang diundang untuk membantu menyelesaikan permasalahan rumah sakit, dan bukan cucu pemilik Rumah Sakit.

"Suster Lidia, bisa bicara sebentar." Kataku, membuatnya terkejut.

"S_aya?"

"Iya kamu, bisa?"

"Bisa dok bisa."

"Mari ikut saya keruangan!"

Ku ajak suster Lidia ke ruangan ku, karena aku tak ingin ada seseorang yang mendengar pembicaraan yang mungkin sifatnya pribadi dan bisa menimbulkan asumsi yang kurang baik.

"Duduk sus." Kataku, dia pun menurut dan duduk di depanku.

"Nggak usah tegang sus, saya nggak galak." Kataku saat melihat suster Lidia dari tadi mengambil nafas dalam.

"Saya mau tanya soal Debby" kataku yang sedikit ragu. Suster Lidia membuka matanya lebar- lebar, aku tau dia pasti terkejut dengan perkataan ku barusan.

"Saya nggak mau ngapa- ngapain kok sus, jangan salah paham." Jelasku, lalu dia menganggukkan kepalanya pelan.

"Sebenarnya, bagaimana hubungan Debby dan suaminya selama ini? Dan apakah benar debby tidak memiliki orang tua?" Tanyaku tanpa basa- basi. Suster Lidia terdiam tak menjawab, ia hanya menundukkan kepalanya.

"Suster, saya hanya ingin tau saja apa yang sebenarnya terjadi pada Debby, hari ini tak sengaja tadi saya lihat, Debby nangis- nangis di taman belakang, dalam pekerjaannya pun Debby terlihat melamun, sampai mencari pembuluh darah pun dia nggak bisa lakukan."

"Hah? Benarkah dok?" Tanyanya tak percaya

"Debby kan kerjanya bagus dok, kenapa hari ini bisa seceroboh itu?" Sambungnya.

"Itu tandanya, dia sedang dalam masalah kan sus?" Tanyaku yang lebih ingin membujuk suster Lidia.

"Aduh...Debby... Bikin malu mbak aja sih kamu." Gerutunya.

"Ini pasti gara- gara suaminya, berkali- kali saya bilang jangan nikah sama laki- laki yang sudah beristri, eh malah ngotot juga jadi istri kedua." Ceplosnya.

"Apa? Istri kedua suster bilang? Debby jadi madu?" Tanyaku yang tak percaya kata-kata suster Lidia.

"Ya ampun, kenapa keceplosan gini" gerutunya, menutup mulutnya.

"Ini nggak seperti yang dokter pikirkan dok, karena saya sudah keceplosan mending saya jujur aja sama dokter sekarang."

Ku pasang telingaku baik- baik, untuk mendengarkan semua penjelasan dari suster Lidia, agar aku tidak salah mengartikan.

"Jadi, Debby terpaksa nikah sama suaminya karena istri pertamanya juga yang mohon- mohon sama Debby, karena Debby merasa sangat banyak berhutang Budi pada keluarga mereka, akhirnya Debby pun menyetujui untuk menjadi istri kedua. Walaupun suaminya memperlakukan Debby tidak selayaknya seorang istri, Debby tetap bertahan demi untuk menjadi istri yang baik. Dan sepertinya Debby jatuh cinta beneran sama suaminya yang tak memiliki perasaan itu!" Jelasnya.

"Mereka sudah bercerai suster!" Celetukku tanpa sadar.

"Apa? Alhamdulillah..." Jawabnya yang semakin membuat aku bingung.

"Alhamdulillah?"

"Alhamdulillah kalau mereka memang sudah cerai, bukannya dokter sama Debby bisa..."

"Saya? saya Kenapa ? Bisa apa?"

"Bisa dipertimbangkan. Buktinya dokter aja sampe tau kalau Debby bercerai, padahal saya aja yang teman sekaligus sodara angkatnya aja nggak tau sama sekali soal prihal ini, berarti kan dokter sama Debby..." Katanya tersenyum genit. Ku gelengkan kepalaku.

"Ya udah sus, kalau tempat tinggal Debby dimana?"

"Debby anak panti asuhan dok, Debby yatim piatu sejak kecil." Jawaban suster Lidia membuatku semakin merasa iba pada Debby.

"Jadi bener Debby nggak punya orang tua? Kasihan sekali anak itu." Batinku.

"Baiklah sus, terimakasih atas semua penjelasanya, oh ya sus lebih baik suster tidak bilang ke Debby, kalau suster sudah tau tentang perceraiannya. Karena sepertinya, Debby masih ingin merahasiakan hal itu. Suster boleh kembali."

"Baik dok,"

🥀🥀🥀

Terima kasih kakak-kaka sudah mau mampir dan baca ceritaku,mohon maaf jika ada salah kata🙏🏻😊

1
iffah_AZ19May
semangat ya Thor
Tuti Mahalia
mana lajutan nya ni
Kismayanti _
Luar biasa
Eriwanti Chen
lanjut
Anonymous
hello
Anonymous
mana kelanjutan nya nih
Yanti Mamanya Alief
koreksi thor bukannya teddy tinggal di USA? kenapa sekarang london
Azka Naufal
apakah distop sampe sini ???
Nadilla Al Zahira
thor lanjut dong
Sumarkuntuams
lanjut
Asni Melina Arios
hadeeehhh kk uda lama 1 bab lagi di sengaja baca nya sekali 3 hari tetap aj cuma 1 bab...
Avina Dwi
lanjutt
Avina Dwi
lanjuttt
Eni Sulastri
pov terus ,tujuannnya apa sih?
Eni Sulastri
pov semau jdi kurang nyaman bacanya
GRL VJAESUKE
aaa dokter bikin salting
Fisca Cristina
debi juga sih begitu.... sudah sipeejuangkan disayang masih mau dengar omongan orang....
Avina Dwi
lanjuttt
Rina Juwita
lama kali kelanjutannya
Avina Dwi
lanjuttt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!