Aku selalu tersakiti.
Tetapi, aku tidak membencinya.
Tidak. Seditikpun tidak.
Bahkan aku selalu berdoa untuknya.
"BANGSAT!!!, Ngapain kamu disitu? atau biar semua orang tahu kalau kamu adalah orang paling tersakiti? "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juu_30, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16 Kamu Baik
Hari terus berlalu, sekarang hubungan Langit dan Vasca semakin membaik. Langit selalu ada disaat Vasca membutuhkan. karena sikap Langit itu, membuat Vasca terus bergantung pada Langit.
Meskipun, hubungan mereka sudah berlangsung lama, namun belum ada tanda bahwa Vasca akan menceritakan kejadian yang menimpanya kepada Langit.
Dimalam hari, dalam kontrakan kecilnya, Vasca sedang berbaring dikasur yang hanya memuat satu orang itu. Pikirannya berkecamuk entah memikirkan apa.
Drtrtt.... Drrttt... Drrttt...
Ponsel Vasca berbunyi. Dengan senyum yang tipis, Vasca mengangkat karena pasti hanya Langit yang menelponnya.
"Selamat malam Ca" Sapa Langit dari seberang sana.
"Malam juga Langit" Jawab Vasca pelan.
"Kamu lagi apa? " Tanya Langit.
"Gk ngapa-ngapain Langit, kamu dimana sekarang? " Jawab Vasca
"Dihati kamu" Canda Langit sambil terkekeh
"Langit" Kata Vasca malu.
"Kenapa Ca.... besok keluar yuk jalan-jalan bosan ni dirumah terus " Ajak Langit.
"Iya Langit.... " jawab Vasca
"Makasih Ca,... besok aku jemput ya" Kata Langit dan setelah itu memutuskan sambungan.
Sesuai janji Langit, hari ini ketika matahari baru menampakkan dirinya, Langit dan Vasca sudah berada dalam mobil. Langit menepati janjinya untuk mengajak Vasca jalan-jalan hari ini.
"Kita mau kemana Ca? " Tanya Langit tiba-tiba sambil melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Kemana aja Langit". Kata Vasca sambil menyandarkan kepalanya ke bangku.
"Ke Pantai boleh gk? " tawar Langit.
Hati Vasca berdesir ketika Langit mengajaknya ke Pantai. Entah kenapa, bayangan akan kejadian itu kembali datang menghantui Vasca. Vasca berusaha keras untuk mengusirnya tapi tidak bisa.
"Ca... kepantai boleh gk? " Tanya Langit lagi.
"Oh... ke pantai ya? " Tanya Vasca lagi.
"Kenapa sayang?.. kamu gk mau? " Tanya Langit bingung.
"Gk kok,....oke kita ke pantai". Kata Vasca berusaha senyum. Ia tidak mau Langit mengetahui kesedihan hatinya.
"Aku tahu kamu menyembunyikan sesuatu Ca.... aku berusaha untuk menunggu waktu dimana kamu menceritakan semuanya kepadaku". Batin Langit dengan sedih.
Perjalanan terus berlangsung dengan hening tidak seperti biasanya. Langit tahu kalau Vasca sedang memikirkan sesuatu.
Sesampai di pantai, Vasca terus diam, ia begitu mengingat dengan jelas semua yang telah terjadi.
"Bunda.... bunda tau gk, hari ini Vasca kembali ketempat ini. Tapi hari ini, Vasca tidak sendiri. " Lirih Vasca ingin menangis.
Tidak bisa, Vasca tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Rasanya, ia tidak bisa lagi bertahan lama disana.
"Langit.... " Panggil Vasca pelan.
"Kamu sakit Ca? " Tanya Langit dengan raut wajah yang khawatir.
"Gk Langit, aku baik-baik saja " Vasca berbohong.
"Kita pulang ya Ca" ajak Langit.
Vasca mengangguk. Ia tahu bahwa dirinya egois karena telah menyiksa Langit dengan sikapnya. Perjalanan pulang kembali dilanda dengan hening.
Langit membuka musik dari ponselnya, untuk mengusir rasa sunyi.
"I'll talk to the wals, i'll tell them the truth,
have a heart to heart with the ceiling cause i can't with you. I got all this love, but what good does it do? If i'm all alone, so i scream it to this empty room. Hooping it'll get to you".
Lagu Empty Room milik Jammie Miller menggema disita. Keduanya sama-sama larut dengan pikiran masing-masing. Sama-sama diam, seolah tak saling kenal.
"Sebenarnya apa yang terjadi Ca.... kenapa kamu sampai benci tempat itu? " Tanya Langit dalam hatinya.
"Langit... " Panggil Vasca pelan.
"Kenapa Ca" Jawab Langit sambil melirik wajah Vasca.
"Maaf ya" Kata Vasca pelan.
"Gk apa-apa Ca". Kata Langit tulus.
"Kita pulang sekarang Langit? " Tanya Vasca sambil membalikan tubuhnya menghadap Langit.
"Tidak Ca.... aku akan mengajak kamu kesuatu tempat. Disana lebih bagus dan lebih indah Ca, aku yakin kamu akan menikmati". Kata Langit sambil tersenyum tulus.
"Emang ada tempat sebagus itu Langit" Tanya Vasca bingung.
"Ada sayang.... tenang aja". Kata Langit.
Merekapun kembali fokus kepada jalanan, melewati sebuah Padang.
"Langit.... bisa pelan dikit gk jalannya? " Tanya Vasca pelan.
"Kenapa Ca... " Tanya Langit
"Aku mau lihat pemandangan disini Langit" . Kata Vasca antusias.
"Enggak Ca.... ada yang lebih baik dari ini" Kata Langit bersemangat.
"Oke Langit.... aku ikut aja". Jawab Vasca pasrah.
Langit membawa Vasca kesebuah bukit yang indah. Bukit yang dikelilingi dengan pemandangan yang benar-benar bagus. Hamparan kota terlihat megah dari atasnya. Sekali lagi, Langit benar-benar menepati janjinya untuk membuat Vasca bahagia. Vasca terus memandangi bukit itu dengan wajah yang begitu bahagia, membuat Langit diam-diam mengambil gambar lewat ponselnya.
"Cantik" Guman Langit melihat hasil jepretannya. Langit memasang foto itu menjadi walpaper ponselnya.
"Ca.... kamu tahu diantara semua itu rumah kamu yang mana". Tanya Langit sambil merangkul Vasca dari belakang.
"Ya.... Langit, mana aku tau, semua bangunan itu tidak bisa ditebak Langit. Ini terlalu banyak". Jawab Vasca bingung.
"Bisa sayang, kamu hanya melihat sisinya, arah dan juga rasakan melalui hatimu". Kata Langit pelan.
"Ya... gk bisa Langit... aku juga rasa kalau kamu juga pasti gk tau rumah kamu yang mana"...Kata Vasca sambil melihat wajah tampan Langit.
"Siapa bilang sayang? " Tanya Langit membawa tangan Vasca menuju kerambutnya. Vasca mengerti apa yang Langit maksudkan untuk merapikan rambutnya yang diterpa angin.
"Vasca, kamu tahu kan seorang pemilik rumah yang setia itu adalah dia yang mengetahui letak rumahnya, walaupun dilihat dari arah manapun". Ujar Langit pelan.
"Oke.... Langit, dimana rumah kamu? " Tanya Vasca dengan senyum yang merekah.
"Ayo Langit... apakan disebelah sana, atau diujung sana?" Tanya Vasca sambil menunjuk ke hamparan rumah itu.
"Bukan sayang... bukan disana" Jawab Langit menyandarkan kepalanya diatasi bahu Vasca.
"Terus dimana Langit" Tanya Vasca gemas.
Langit terkekeh pelan, membalikkan badan Vasca dan berkata yang membuat hati Vasca bergetar.
"Kamu rumah aku Ca... bukan disana atau dimanapun tapi disini Ca.... " Kata Langit pelan memandang mata Vasca dengan dalam.
"Ca.... janji Ca... kalau hanya aku saja yang menjadi pemilik hatimu? " Tanya Langit dalam.
"Iya Langit.... aku janji hanya aku yang menjadi rumah kamu, dan hanya kamu yang menjadi rumah aku " Jawab Vasca mantap.
Langit memeluk tubuh kecil Vasca dengan hangat.
"Pulang ya Ca.... kamu belum makan" Kata Langit sambil melepaskan pelukannya, dan merapikan rambut Vasca.
"Kamu juga belum makan Langit " Vasca menghentikan gerak tangan Langit.
"Aku gk lapar Ca.... ayo pulang". Kata Langit.
"Langit, berhenti egois dengan diri sendiri. Kamu tahu Langit, selama ini kamu selalu memikirkan aku, tapi kami sendiri juga masih butuh diperhatikan. Langit kamu selalu bilang aku jangan lupa makan, jangan lupa istirahat, tapi kamu sendiri kadang tidak makan, dan juga selalu begadang Langit".
Kata Vasca panjang lebar mengingatkan Langit.
"Iya Ca.... makasih banyak sudah mengingatkan aku... aku janji gk akan gitu lagi". Kata Langit sambil senyum. Ia bersyukur karena Vasca begitu perhatian padanya.
"Ca... sebelum pulang, kita foto bareng ya.... aku mau buat sesuatu soalnya". Kata Langit dengan senyum jailnya.
"Ngapain Langit? ". Tanya Vasca curiga.
"Gk apa-apa" Jawab Langit sambil mengambil gambar mereka berdua, gambar diraba Langit merangkul tubuh Vasca agar lebih dekat padanya.
Langit melihat hasil jepretan itu, dan tanpa menunggu lama dia memuat itu diakun Instagram miliknya dengan caption RUMAH.
"Langit, boleh aku lihat gambar tadi? " Tanya Vasca antusias.
"Boleh sayang". Jawab Langit.
"Jangan dihapus ya Langit" Kata Vasca setelah melihat gambar tersebut.
"Gk akan Ca.... kan aku udah bilang mau buat sesuatu" Kata Langit sambil melajukan mobilnya.
"Ngapain si Langit" Tanya Vasca
"Mau buat undangan pernikahan Ca" Jawab Langit sambil terkekeh.
"Langit.... " Teriak Vasca...
"Ha... ha.. ha... bercanda sayang " Kata Langit terus tertawa.
"Langit... kamu baik... aku harap kebahagiaan ini tetap ada bersama kita". Batin Vasca sambil menutup matanya dan tidur dimobil Langit.
🙏