Sequel Story Of [SELEPAS KATA TALAK]
"Dia!" Tetuah itu menunjuk ke arah ... Bukan ke arah perawan desa yang dari dulu menantikan tubuhnya di jamah oleh Pak Kades yang menurutku biasa saja ini, tapi dia menunjuk ke arahku. "Non Gea, yang akan menjadi Bu Kades."
"Hah?" Aku mendelik, tipe orang macam Tetuah desa ini lah yang ingin aku libas akhir-akhir ini. "Sialan."
*****
Bagaimana jadinya. jika Gea yang ingin membalaskan dendamnya kepada Kades yang sudah menghamili kakaknya malah terjebak menjadi istri Kades itu sendiri dengan identitas rahasia yang masih ditutupi.
Akankah Gea bertahan dalam balas dendamnya. atau malah menyerah dengan rencananya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30. Penentunya
#Ozan
"Zan?"
"Kak Akta," Saya mengangkat kepala menatap wajah Kak Akta yang kini sudah ada disamping saya.
Menikmati pemandangan malam kota Makassar di balkon apartemen itu adalah sesuatu yang saya tidak pernah dapatkan di desa, mungkin sekarang sudah ada rapat pemilihan kepala desa yang baru disana.
"Kopi?"
"Gak kak, Ozan gak minum kopi," Saya menolak halus penawaran kak Akta yang membuatnya hanya menganggukkan kepala. "Siapa sangka, perpisahan sepahit ini, andaikan skenario hidup bisa kita atur sendiri."
"Kamu kan belum berpisah sama istri kamu, masih ada harapan," jawab Kak Akta.
Kak Akta mengambil posisi duduk di sebuah kursi yang ada di balkon, saya yang melihat itu hanya melirik sejenak kemudian duduk disampingnya pula.
"Kayaknya itu kalimat pelampiasan dari kegagalan deh, semua orang patah bakal bilang, andaikan skenario hidup bisa dibaca dulu, mungkin dia akan merevisi bagian yang tidak ingin dia perankan," Kak Akta menatap lurus ke depan.
"Termasuk cinta?" tanya saya yang membuat Kak Akta tersenyum.
Kak Akta tertawa renyah, ah maksudnya Kak Akta tertawa disaat mendengar kalimat dengan untaian cinta. "Tidak perlu dipertanyakan lagi kan, untuk apa gitu mengatur segala hal yang kita inginkan apalagi tentang cinta."
"Maksud kakak?
"Cinta itu tidak perlu di pertanyakan kan, karena Lauhul Mahfudz yang jadi penentunya dan kematian menjadi saingannya," Kak Akta berdiri dan berjalan membelakangi saya.
Kak Akta kini berpegangan pada pagar balkon sama seperti posisi saya tadi, rasanya kalimat Kak Akta sepenuhnya benar.
Cinta itu hanya tergantung oleh dua perkara, Lauhul Mahfudz sebagai penentunya dan kematian lah pemisahnya, saya tidak akan menyerah sekarang.
"Zan, Akta, kalian dimana nak?"
Itu suara Bunda, saya dan Kak Akta segera masuk kembali ke kamar meninggalkan balkon dimana di dalam kamar sudah ada Bunda.
"Ada apa, Bunda?" tanya Kak Akta pada Bunda Dikta yang duduk di tepi ranjang.
"Besok Bunda kan ada seminar, Bunda minta tolong banget sama kalian, materi ini kalian bacakan yah, sudah malam, rabun Bunda kumat kayaknya," jawab Bunda memberikan laptop itu kepada Kak Akta.
"Aku juga rabun Bund, kacamata aku ada di mobil lagi, kamu aja dek, coba," Kak Akta memberikan laptop itu kepada saya.
Lantas dengan memegang laptop itu, saya membuka desktopnya dan mata saya langsung tertuju pada workbeach yang ada di dalam laptop itu.
"Gea?"
"Bunda, Gea ini partner Motivator Bunda besok?"
Mendapat pertanyaan seperti itu membuat Bunda mengangguk, saya membaca profil itu dengan sangat detail, dan mau bagaimanapun saya membacanya itu adalah Gea, Gea istri saya.
Dia ternyata adalah seorang Notaris terkenal, kenapa saya sama sekali tidak mengenalnya sebelum dia menyembunyikan identitas rahasianya kepada saya.
"Kenapa, dek?" tanya Kak Akta yang mengambil laptop tersebut dari tangan saya. "Ini kan Gea, yang sering Zoom sama Bunda, kamu kenal?"
"Zoom?"
"Iya nak, Gea ini Notaris hebat, dia lulusan terbaik, dia juga partner Bunda dalam seminar online dan baru kali ini bakal ketemu offline," jawab Bunda menimpali.
Jadi sedekat itu hubungan Gea dan Bunda? Saya terdiam sejenak, berusaha menetralkan pikiran.
"Kenapa nak?" tanya Bunda yang melihat keterkejutan saya disini.
"Gea ini, adalah istri Ozan bund," jawab saya yang sukses membuat Kak Akta dan Bunda syok seketika.
•
•
•
#Gea
Pagi ini aku sudah siap dengan setelah notaris yang biasa aku kenakan, jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi dan satu jam lagi tepatnya jam sembilan, aku akan menggelar seminar offline pertamaku bersama Bunda Dikta, yaitu adalah mertuaku sendiri.
Satu harapanku, semoga acara ini berlangsung baik-baik saja, dan tidak ada Mas Ozan disana, aku keluar dari mobil saat sampai di gedung seminar ini.
Tema seminar kami kali ini adalah tentang sebuah Definisi Terbaik dari Cinta dalam Pasangan, aku membawa Gibran ikut serta karena dia memaksa, dan aku sangat berharap tidak ada Mas Ozan.
Aku tidak ingin ada drama, dimana Gibran berteriak Papa kemudian berhamburan ke pelukan Mas Ozan, karena aku rasa genre cerita hidupku itu Happy End, walaupun akhir-akhir ini agak sad.
"Assalamualaikum," Aku mengucap salam saat sampai di backstage seminar ini.
Bunda Dikta yang ada disana bersama seorang pria yang tidak aku kenali, dia langsung tersenyum menjawab salamku dan dengan antusias menghampiriku.
"Waalakumsalam, Gea! Akhirnya Bunda bisa ketemu sama kamu, eh ini ada anak kecil ini siapa?" tanya Bunda Dikta yang membuat Gibran dibelakangku sedikit ketakutan. "Jangan takut saya, panggil Oma Dikta aja yah."
Gibran melirik sekilas yang membuatku meraihnya ke dalam gendongan. "Ini Gibran Bunda, ini anak Gea yang selalu Gea ceritakan."
Berbohong! Kau tukang bohong! Dasar Gea laknat tukang Bohong!
"Oh, lucu banget, oh iya kenalin juga ini Akta, anak Bunda," jawab Bunda Dikta yang membuatku melirik pria tadi.
Namanya Mas Akta, rupanya.
"Gea, Mas," jawabku ramah yang membuat Mas Akta tersenyum.
Disaat kami asik berbicara, pembawa acara dan management acara ini menghampiri kami bahwa seminar akan segera dimulai, aku bingung disini, mau ku titipkan dimana Gibran.
Harusnya sedari tadi aku menyeret si kampret Vall kalau saja dia tidak beralasan Diare, pasti dia Diare karena kemarin makan bakso tanpa membayar, kasian kena karma.
"Titipin sama Akta aja, kamu bisa kan Ta?" tawar Bunda Dikta melirik Mas Akta.
"Bisa Bund," jawab Mas Akta mengangguk.
"Gak ngerepotin Mas Akta?"
Mas Akta menggeleng, Tuhan! Karismanya benar-benar, Mas Akta ini otomatis kakaknya Mas Ozan dong, tapi beda banget, Mas Akta ini mewarisi gen wajah lokal sedangkan Mas Ozan lebih ke Arab karena Babah Adam.
Tapi keduanya sama-sama gagah.
Aku menyerahkan Gibran ke Mas Akta setelah mewanti-wanti Gibran untuk tidak nakal sebelum aku naik ke atas panggung.
•
•
•
#Akta
Rencana berhasil!
Kini aku sudah bersama dengan Gibran, yah aku, Bunda dan Ozan sudah mengatur rencana untuk perjumpaan Gea dan Ozan dan siapa sangka aku akan dapat bonus Gibran.
Pasti Ozan, akan sangat senang.
"Om, kita mau kemana?" tanya Gibran padaku.
Ya Allah manis sekali, benar-benar wajah dari Ozan, entah kenapa Ozan selama ini tidak ngeuh kalau wajah mereka berdua tuh benar-benar mirip.
"Ketemu Papa kamu," jawabku langsung.
"Papa?"
"Iya, itu dia," ujarku menunjuk Ozan yang duduk di sebuah kursi dipinggir jalan.
Aku langsung menurunkan Gibran, yang membuat Gibran berlari ke arah Ozan sambil berteriak Papa.
"Gibran?"
Ozan terkejut, dia tidak menyangka bisa bertemu Gibran, pertemuan anak dan ayah ini benar-benar emosional, Ozan langsung menggendong Gibran.
"Papa jahat! Papa katanya gamau ninggalin Gibran, tapi kok Papa gak ikut sih?"
Ozan tersenyum, ia tampaknya menangis terharu dia mendekap erat anaknya itu. "Maafin, Papa yah sayang, Maafin Papa, Papa ada urusan."
"Papa pembohong, Gibran tahu Papa sama Mama lagi berantem, Gibran capek," jawab Gibran membenamkan kepalanya di dada Ozan. "Gibran cuma mau lihat Mama sama Papa bahagia, itu aja kok, Gibran gak pernah benci Papa sama Mama kalau Papa sama Mama berantem, tapi Gibran bakal benci diri Gibran sendiri karena ngebiarin itu terjadi."
Ya Allah, demi apa aku punya keponakan seperti ini? Demi apa! Didikan keluarga Gea benar-benar fantastis untuk anak seusia Gibran yang didewasakan oleh keadaan.
Karena umur itu hanya angka, dan dewasa asalah pilihan.
"Maafin, Papa yah Maafin Papa, Papa janji, Papa gak bakal tinggalin Gibran lagi, Papa gak bakal tinggalin Mama, Papa janji," jawab Ozan pada Gibran.
"Gibran, sayang sama Papa."
"Papa, juga sayang kamu nak."
•
•
•
Assalamualaikum
Jangan Lupa Like
mengingat putra bungsuku bernama Akhta yg 4 lalu berpulang d usia 4 thn 4 bln😢
suka ngakak deh pas baca suara hatinya Gea..
lain di mulut lain di hati itu mah, wkwkwkwk..
Gea ini kriteria cewek yg dibaperin dikit udah meleyot, jadi gampang banget berubah haluan..
apalagi kalo Allah udah turun tangan, jadilah benci dan dendam berubah jadi cinta dan sayang.. hehe..
belum sampai hamil ceritanya, tapi it's okay..
oke deh dek othor, Terima kasih atas ceritanya yg bagus banget..
semoga sehat sehat selalu dan tetap semangat untuk terus berkarya..
semoga sukses selalu yah dan lancar untuk kuliahnya jg..
barokallahu fiik🙏
ada jg 1 na 2000 x thor...
mode emak2 menjeriittt...😲😲😲
😃😃😃
Gea nya kocak 😂😂😂😂👍👍👍👍