NovelToon NovelToon
REINKARNASI SANG DEWA KEKAYAAN

REINKARNASI SANG DEWA KEKAYAAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Menjadi Pengusaha / Anak Lelaki/Pria Miskin / Romansa / Mengubah Takdir
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Khusus Game

Sinopsis

Arta, Dewa Kekayaan semesta, muak hanya dipuja karena harta dan kekuasaannya. Merasa dirinya hanya 'pelayan pembawa nampan emas', ia memutuskan menanggalkan keilahiannya dan menjatuhkan diri ke dunia fana.

Ia terperangkap dalam tubuh Bima, seorang pemuda miskin yang dibebani utang dan rasa lapar. Di tengah gubuk reot itu, Arta menemukan satu-satunya harta sejati yang tak terhitung: kasih sayang tulus adiknya, Dinda.

Kekuatan dewa Arta telah sirna. Bima kini hanya mengandalkan pikiran jeniusnya yang tajam dalam menganalisis nilai. Misinya adalah melindungi Dinda, melunasi utang, dan membuktikan bahwa kecerdasan adalah mata uang yang paling abadi.

Sanggupkah Dewa Kekayaan yang jatuh ini membangun kerajaan dari debu hanya dengan otaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 11

Bima membawa Dinda kembali ke rumah Risa, memastikan adiknya tetap aman dan nyaman bersama sepupunya. Sesampainya di sana, Dinda dengan antusias menunjukkan tas sekolah barunya kepada Risa, yang langsung menyambutnya dengan senyuman hangat. Setelah menitipkan Dinda dan berjanji akan segera kembali, Bima segera tancap gas kembali menuju toko barunya. Motor matic itu melesat membelah jalanan, membawa harapan besar di punggungnya.

Tiba di deretan ruko tua, Bima membuka gembok pada pintu besi yang kini menjadi gerbang masa depannya. Saat pintu itu berderit terbuka, debu tebal menyambutnya. Toko berukuran 3x4 meter itu tampak jauh lebih kecil dan kusam dari yang ia bayangkan sebelumnya. Hanya ada dinding beton polos dan satu lampu bohlam tunggal yang berkedip-kedip di plafon.

{Toko ini benar-benar nol. Markas operasional yang harus kugarap dari awal. Namun, inilah pusat gravitasi kekayaan yang akan kukendalikan penuh.}

Dengan cepat Bima mengambil sapu lidi yang sempat ia beli di warung terdekat. Ia mulai menyapu, membersihkan lapisan debu tebal yang menutupi lantai dan sudut-sudut ruangan. Listrik menyala, lampu berkedip, dan air dari kamar mandi kecil mengalir lancar. Itu sudah cukup untuk memulai.

Kemudian, ia duduk di tengah lantai yang kini sudah bersih, mengeluarkan ponsel, dan menghitung kembali situasi keuangannya.

{Total modal likuid kumiliki lima juta rupiah setelah penjualan aset terakhir. Setelah dipotong perlengkapan Dinda tiga ratus ribu rupiah dan sewa toko enam juta rupiah, secara akuntansi aku mengalami defisit satu juta tiga ratus ribu rupiah. Defisit itu akan ditutup oleh piutang dari Pak Jojo dan sisa aset rongsokan yang masih ada di gubuk, sekitar satu juta tiga ratus ribu rupiah. Artinya, aku kembali ke titik nol dalam hal modal kerja tunai.}

Pikiran Bima berputar cepat. Menyewa toko enam bulan adalah keputusan agresif yang telah mengunci sebagian besar modalnya. Ia tidak boleh membiarkan markas barunya ini kosong. Kredibilitasnya sebagai pedagang aset yang sedang naik daun harus dipertahankan. Oleh karena itu, langkah paling logis berikutnya adalah mengisi toko ini dengan inventaris dalam jumlah besar.

Ia segera menghubungi Tuan Banu, pemasok utamanya, yang sudah lama tidak ia kunjungi sejak membeli motor. Telepon berdering dua kali sebelum diangkat.

"Halo, Tuan Banu. Ini Bima," sapa Bima, suaranya dipenuhi ketenangan seorang pengusaha.

"Bima? Lama tak dengar kabarmu! Kudengar kau sudah beli motor. Wah, hebat anak muda," jawab Tuan Banu dari seberang, nadanya terdengar ramah.

"Terima kasih, Tuan. Motor itu sangat membantu efisiensiku. Justru karena efisiensi itulah, aku sekarang butuh aset dalam skala yang jauh lebih besar."

Bima menarik napas, lalu melontarkan tawaran terbesarnya. "Aku baru saja menyewa sebuah toko permanen di dekat area elektronik. Aku butuh inventaris yang bisa mengisi ruangan 3x4 meter itu setidaknya sampai penuh. Semua jenis barang rongsokan yang memiliki potensi restorasi tinggi, berapapun itu, aku akan beli. Aku bisa siapkan modal tunai satu juta rupiah sekarang, dan sisanya kubayar saat aset itu selesai kurestorasi dan terjual dalam waktu dua minggu."

Di seberang telepon, Tuan Banu terdengar terdiam sejenak. Permintaan inventaris dalam volume besar dengan pembayaran bertahap seperti itu belum pernah dia dengar dari Bima sebelumnya.

{Aku mempertaruhkan satu juta rupiah tunai yang kumiliki untuk membeli inventaris minimal dua atau tiga kali lipat. Kekayaan tidak akan tumbuh jika hanya menumpuk uang tunai; ia harus diubah menjadi aset yang dapat menciptakan nilai.}

"Satu juta rupiah tunai di awal, lalu sisanya dua minggu setelah terjual? Itu perjanjian yang berisiko, Bima," ujar Tuan Banu, menyuarakan keraguan.

"Ini bukan janji, Tuan Banu, ini adalah kepastian. Toko permanenku adalah jaminan kredibilitas. Aku ingin membangun kemitraan skala besar dengan Tuan. Bagaimana? Aku akan menjemput barangnya dengan motor maticku sekarang juga," balas Bima, menekan kata 'toko permanen' untuk menggarisbawahi posisinya saat ini.

Keberanian dan keseriusan Bima akhirnya meluluhkan hati Tuan Banu. "Baiklah, Bima. Tunjukkan toko barumu. Aku akan menyiapkan satu truk kecil penuh barang rongsokan terbaikku. Jika kau berhasil melunasi semuanya dalam dua minggu, kemitraan kita akan naik tingkat."

Bima segera mengakhiri panggilan. Ia mengepalkan tangan sejenak. Ia baru saja menggunakan satu-satunya modal likuid tunainya untuk membiayai inventaris yang masih harus diubahnya menjadi uang. Ini adalah perjudian finansial yang diperhitungkan dengan cermat, didorong oleh kebutuhan mendesak untuk mengisi markas baru. Langkah selanjutnya adalah mempersiapkan diri untuk menerima dan merestorasi aset rongsokan dalam volume yang belum pernah ia tangani sebelumnya.

Setelah sambungan telepon terputus, Bima menyimpan kembali ponselnya. Dia segera mengeluarkan uang tunai satu juta rupiah dari ranselnya; uang itu adalah sisa modal kerjanya setelah membayar sewa toko. Pengeluaran ini mengubah statusnya dari pedagang bermodal minim menjadi pengusaha dengan utang jangka pendek.

{Waktu dua minggu adalah batas yang ketat. Aku tidak hanya harus merestorasi, tetapi juga menjual aset-aset ini dengan kecepatan likuiditas tertinggi. Jika aku gagal, kredibilitas Tuan Banu akan hilang selamanya.}

Sambil menunggu Tuan Banu tiba, Bima mengatur tata letak toko kecil itu. Dia membagi ruangan menjadi tiga zona fungsional: satu sudut untuk inventaris mentah yang baru datang, area tengah sebagai meja kerja restorasi cepat, dan bagian depan dekat pintu sebagai etalase sementara untuk barang yang siap jual. Ini adalah optimalisasi ruang yang sederhana, tetapi sangat penting untuk efisiensi kerja.

Tidak lama kemudian, suara mesin diesel yang menderu terdengar di luar ruko. Sebuah pickup tua berwarna biru tua, yang diisi penuh dengan tumpukan barang rongsokan, berhenti tepat di depan tokonya. Tuan Banu keluar dari kursi pengemudi, wajahnya menyiratkan perpaduan antara rasa ingin tahu dan kekaguman.

"Jadi ini markas barumu, Bima?" tanya Tuan Banu sambil mengamati pintu besi yang baru dicat Bima. "Kau benar-benar serius. Aku kira kau hanya bercanda."

"Aku tidak pernah bercanda tentang kekayaan, Tuan," jawab Bima tenang. Dia segera membuka gembok dan mempersilakan Tuan Banu melihat ke dalam toko yang hampir kosong itu. "Ruangannya memang kecil, tetapi ini akan menjadi pusat rotasi aset paling cepat di kota ini."

Tuan Banu tertawa kecil. "Baiklah. Aku membawa tumpukan terbaik yang kumiliki. Totalnya ada 34 unit, termasuk monitor LED, beberapa unit CPU, empat printer laser, dan beberapa spare part berharga tinggi. Aku memberikannya dengan harga mitra, yaitu tiga juta lima ratus ribu rupiah."

Bima mengangguk. Dia mengeluarkan tumpukan uang satu juta rupiah itu dan menyerahkannya kepada Tuan Banu.

"Ini pembayaran pertama, Tuan. Sisanya dua juta lima ratus ribu rupiah akan lunas dalam waktu dua minggu," janji Bima, matanya memancarkan ketegasan yang tak terbantahkan.

Tuan Banu menerima uang itu. "Aku percaya padamu, Nak. Toko ini adalah jaminannya. Jangan kecewakan aku."

Mereka berdua mulai membongkar muatan. Barang-barang rongsokan itu segera memenuhi hampir sepertiga toko. Tumpukan aset mentah itu kini tampak seperti gunung perak di mata Bima. Setelah semua aset diturunkan, Tuan Banu meninggalkan Bima sendirian, kembali melaju dengan pickup tuanya.

Bima segera mengunci pintu toko dan kembali ke "gunung" aset barunya. Dia mengeluarkan senter kecil dan mulai melakukan triage inventaris.

{Tiga puluh empat unit, dua juta lima ratus ribu rupiah utang yang harus dilunasi dalam empat belas hari. Ini adalah tantangan yang sempurna.}

Bima melihat enam unit monitor LED bekas dengan layar yang tampak gelap. Monitor LED jauh lebih mudah dijual dan memiliki margin likuiditas yang sangat tinggi dibandingkan dengan monitor tabung. Dia menggeser unit-unit itu ke area kerja restorasi.

{Monitor LED: Quick-flip. Kemungkinan hanya butuh penggantian kapasitor kecil atau perbaikan inverter yang murah. Mereka akan menjadi mesin cetak uang untuk melunasi utang awal.}

Dia juga melihat empat printer laser. Printer laser cenderung lebih mahal saat diperbaiki, tetapi harga jualnya tinggi.

{Printer laser: Margin tinggi, tetapi risiko waktu lebih besar. Ini adalah investasi jangka menengah untuk menstabilkan modal kerja setelah utang lunas.}

Di tumpukan paling bawah, Bima menemukan sebuah casing CPU besar yang dipenuhi debu. Saat ia membukanya, dia terkejut melihat sebuah kartu grafis besar yang masih terpasang. Meskipun model lama, kartu grafis tersebut memiliki nilai jual yang signifikan.

{Sebuah aset tersembunyi! Kartu grafis ini saja bisa menutupi sepertiga dari sisa utangku. Tuan Banu benar-benar memberikan aset terbaik. Ini adalah bonus kekayaan ilahi dalam wujud barang rongsokan.}

Malam itu, Bima tidak membuang waktu. Dia menyalakan lampu bohlam, mengambil kotak peralatannya, dan memulai restorasi besar-besaran di tengah markas operasional barunya. Fokus pertamanya adalah monitor LED. Dia harus mengubah aset mentah ini menjadi kas tunai secepat mungkin untuk membuktikan kredibilitasnya.

1
Dewiendahsetiowati
ceritanya bikin nagih baca terus
Dewiendahsetiowati
hadir thor
Khusus Game: halo, ka. selamat membaca, sorry ya baru cek komen🙏😄
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!