NovelToon NovelToon
Bukan Boneka Biasa

Bukan Boneka Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Mata Batin
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Abdul Rizqi

menceritakan kisah seorang pemuda dekil yang sering di hina dan di rendahkan karena penampilannya yang tak rupawan dan sering di anggap remeh hanya karena manusia biasa.

Namun siapa sangka di balik penampilannya yang sederhana pemuda itu ternyata memiliki kekuatan tidak terkalahkan bahkan pemuda tersebut memiliki ribuan Boneka yang terbuat dari mayat tokoh tokoh kuat zaman dahulu, namun pemuda itu sendiri sama sekali tidak menyadari kelebihannya entah itu kekuatan Tidak terkalahkan miliknya maupun boneka boneka miliknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

pesan terakhir

Kemudian Nadya menendang perut petugas tersebut hingga petugas tersebut terpental dan tidak sadarkan diri di atas tanah..

Seketika itu juga keheningan langsung menyelimuti tempat ini, seorang pria gendut yang sedang duduk di kursi terlihat mencengkeram pegangan kursi dengan tegang.

Dia adalah Darman, salah satu anggota rendahan dari Organisasi Mayat Darah, sekaligus mafia yang menyetorkan narkoba kepada Angga untuk di jual ke masyarakat umum.

Matanya sedikit bergetar menatap Nadya, "si-- siapa sebenarnya kamu?" Tanyanya sebagai anggota rendahan memang dia tidak mengetahui siapa pemimpin organisasi Mayat Darah.

Karena pemimpin organisasi ini di kenal sangat misterius, Darman hanya mengetahui mantan pemimpin organisasi Mayat Darah yang merupakan seorang kakek tua yang kini sudah tiada, dia sama sekali tidak menyadari bahwa Nadya adalah pemimpinnya yang baru.

Bola mata Nadya menyapu ke setiap para petugas, kemudian bola matanya berhenti ketika menatap Darman.

"Akan aku tunjukan perbedaan antara aku dengan cecenguk seperti kalian." Ucap Nadya dingin dan dengan wajah datar.

Semua petugas terlihat terdiam termenung, mereka sedikit ragu ingin menyerang.

"Apa yang kalian lakukan? Mengapa diam saja! Cepat habisi bajingan ini! Jangan perdulikan dia adalah wanita!" Teriak Darman.

Siapa sangka setelah Darman mengucapkan hal ini sebuah mobil mewah tiba dan langsung terparkir di halaman parkir.

Seorang pemuda dengan tampang pas pasan dan dua wanita cantik dengan rok mini muncul.

Mereka bertiga tidak lain tidak bukan adalah Angga dan dua istrinya yang bernama Irma dan Bunga.

"Apa yang terjadi saat ini?" Tanya angga dengan bingung, kemudian Angga menatap Darman, "Tuan Darman, apa yang terjadi saat ini?"

Jantung Nadya berpacu lebih cepat dari seharusnya, kengerian yang di pancarkan oleh Nadya juga menghilang begitu saja. Tubuhnya yang tegap dan siap bertarung tiba tiba lunglai, darah yang tadi mendidih karena amarah kini membeku dalam nadinya.

Matanya yang sempat tajam seperti harimau betina kini, terpaku pada seorang pemuda yang di gandeng dua wanita cantik di kanan kirinya.

"Angga, ini aku Nadya!" Ucap Nadya kepada Angga.

Sontak Angga menghentikan langkah kakinya, dia menatap Nadya, "Nadya?" Ulangnya..

Irma dan Bunga menyipitkan matanya dengan ekspresi tidak senang.

"Oh jadi kamu yang bernama Nadya? Adik tiri Mas Angga.... dahulu." Ucap Bunga sembari memeluk tangan kanan Angga.

"Benar Bunga, dia adalah Nadya. Tidak kusangka, sekarang dia kembali bukannya menjadi lebih baik setelah merantau namun kini malah semakin dekil!" Ucap Irma dia juga memeluk tangan kiri Angga.

Mata Nadya melebar kaget, "tu--tunggu, Irma? Dan siapa kamu? Mengapa kalian--" Nadya tidak bisa melanjutkan kalimatnya saking terkejutnya dirinya.

Alih alih menolak Angga malah menikmati pelukan kedua wanita cantik itu, dia semakin menekankan lengannya ke dada Irma dan Bunga.

Mata Nadya bergetar, pemandangan ini bagaikan tusukan belati yang menghujam jantungnya.

"Sayang tangannya jangan nakal nakal ah! Di sini banyak orang!" Ucap Bunga.

"Hehe, biar semuanya tahu bahwa kamu adalah milikku, termasuk agar dia tahu!" Ucap Angga dengan senyum miring menatap Nadya.

Dunia di sekitar Nadya seolah terdiam, suara Angga, Irma dan Bunga yang tertawa menjadi redup, seperti radio yang di setel tidak pada frekuensinya. Dia bisa mendengar detak jantung sendiri yang berdetak dan hancur berkeping keping.

Tangannya yang biasanya mantap memegang pusaka kini gemetar tidak terkendali, udara di paru parunya terasa sesak seolah habis, pemuda itu benar Angga. Tapi itu bukan Angga yang dahulu dia kenal.

"Sa--sayang?" Suara Nadya terdengar gemetar, tanpa di sadari Nadya setetes air mata jatuh dan membasahi pipinya.

Angga menatap rendah Nadya, walaupun Nadya sangat cantik dan anggun namun bagi Angga Irma dan Bunga lebih cantik.

"aku sama sekali tidak menyangka kamu akan kembali lagi Nadya, bukankah kamu berjanji kembali dalam keadaan sukses? Lihatlah dirimu yang sekarang, pakaian lusuh rok sederhana dan sendal jepit biasa, Irma dan Bunga memberikanku kenyamanan bukan janji kosong di sungai kecil! Andai saja kamu tidak merantau dan pergi ke jakarta, mungkin kamu sekarang sudah menjadi istri pertamaku kemudian Irma dan Bunga!" Ucap Angga dengan senyum miring yang semakin miring, menghancurkan sisa sisa harapan Nadya menjadi debu.

"Tidak Angga! Tidak! Ini tidak seperti apa yang kamu lihat! Aku sudah sukses, aku memiliki segalanya! Tinggalkan Mereka Angga! Aku akan memenuhi semua janjiku sewaktu kita kecil dahulu!" Ucap Nadya.

Sewaktu kecil memang Nadya sempat berjanji kepada Angga akan menjadi wanita yang sukses dan mandiri, kemudian membangun rumah tangga dengan Angga.

Nadya teringat betul janji itu, janji ketika mereka berdua sedang bermain di sungai kecil itu.

"Huft!" Angga mendengus kesal, "apakah kamu kira aku adalah orang bodoh, Nadya? Bagaimana mungkin kamu sudah sukses sementara kamu tampak seperti gelandangan!"

Mata Nadya semakin berkaca kaca ketika mendengar ucapan Angga yang seperti bukan orang yang ia kenal, matanya yang berkaca kaca tak lagi melihat Angga yang dahulu yang sering membelanya ketika Nadya di bully oleh teman temannya.

Namun Nadya kini melihat Angga seperti pembully itu sendiri. Sungguh ironis, orang yang Nadya kira adalah pahlawan yang selalu membelanya kini malah menjadi musuh terbesarnya.

"Tidak Angga, aku tidak bohong, aku yang memiliki semua ini termasuk mereka! mereka adalah anak buahku! Aku adalah Pemimpin mereka!"

Lutut Nadya tidak mampu menahan berat Tubuhnya, lututnya kemudian jatuh ke tanah begitu saja saking syoknya Nadya melihat kenyataan ini.

Ketika kalimat itu terucap sontak Darman, angga, Irma, bunga dan para petugas abal abal itu langsung tertawa terbahak bahak.

"Hahaha!" Tawa semuanya.

"Tuan Darman, lihatlah bajingan ini! Dia benar benar menghayal." Ucap Angga.

"Benar! Bisa bisanya dia mengaku sebagai pemimpin kita!" Ucap Darman.

"Mungkin otaknya agak miring, bisa bisanya dia mengaku sebagai pemimpin misterius organisasi Mayat Darah?" Ejek Irma.

Semua orang yang ada di tempat ini menertawakan Nadya. Nadya menundukan kepalanya matanya menatap tanah.

Seketika itu juga dia teringat tentang pesan kakek tua mantan pemimpin organisasi Mayat Darah.

Sebelum meninggal kakek tua tersebut berpesan, "kamu sekarang adalah Pemimpin organisasi besar, nduk. Organisasi yang sangat besar, akan sangat memungkinkan jika ada banyak orang yang berkhianat entah itu anggota yang paling rendah atau mungkin petingginya....

Kamu harus bisa bersikap tegas, ketika menghadapi penghianat, karena penghianatan adalah dosa besar! Mereka yang berkhianat adalah pengecut yang sesungguhnya. Siapkan mentalmu dari sekarang untuk bisa menerima penghianatan itu, dan bertindak tegaslah layaknya pemimpin besar!"

Darman memberikan kode tangan kepada salah satu petugas, sontak petugas tersebut menganggukan kepalanya.

Dia mengambil balok kayu dan mengendap endap hendak memukul tengkuk Nadya yang menunduk.

Bang!

Balok kayu itu menghantam keras tengkuk Nadya, namun bukannya tumbang justru Nadya perlahan lahan bangkit, membuat semua mata melebar menatapnya.

Wajah Nadya tertutupi rambut hitamnya, tatapan matanya yang sebelum ini sayu dan penuh air mata kini lenyap di gantikan tatapan tajam yang siap membunuh.

"Bersikap tegaslah layaknya pemimpin besar!" Nadya mengulangi kalimat terakhir kakek tua mantan pemimpin organisasi Mayat Darah.

1
Ilham
BG up nya jangan gantung gantung lah bg
☕︎⃝anakkucing⧗⃟ᷢʷ
mantap
☕︎⃝anakkucing⧗⃟ᷢʷ
sangat kren
Arman Jaya
lanjuuutttt👍
Ilham
lanjut
Ilham
up Thor aku ketawa baca nya dari novel awal🤣🤣🤣
☕︎⃝anakkucing⧗⃟ᷢʷ
up ka thor😍
Arman Jaya
asal konsisten aja thor....
jgn nanggung lg ceritanya.../Pray//Pray//Ok//Good/
☕︎⃝anakkucing⧗⃟ᷢʷ
upnya ka thor
Y. Haryadi
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!