Meninggal karena di jebak oleh musuh bebuyutannya membuat Kebo Iwa merasa menyesal seumur hidupnya karena telah meninggalkan cinta sejatinya demi wanita yang akhirnya membunuh dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masuk perangkap
"Halo Bar, aku sudah tahu siapa dalang dibalik penyergapan Markas Cobra Hitam. Temui aku di tempat biasa malam ini. Lo harus datang sendirian dan jangan beritahu siapapun tentang pertemuan kita ini. Sampai ketemu nanti malam,"
Bisma segera menyambar jaketnya dan bergegas pergi meninggalkan kamarnya.
"Kau mau kemana malam-malam begini?" tanya Refan
"Menemui Gilbert, dia ingin menemui ku untuk memberitahukan siapa dalang dibalik penyergapan Markas Cobra Hitam," jawab Baron
"Apa kau yakin dia benar-benar ingin menemuimu dan apa kau yakin akan menemuinya seorang diri?" tanya Refan mengkhawatirkannya
"Tentu saja, aku akan menemukannya seorang diri, lagipula ia memintaku datang sendirian," jawab Baron
"Aneh, bukankah kalian lebih suka berbagi informasi melalui ponsel. Lalu kenapa kalian harus bertemu jika ia tahu sangat berbahaya jika ia menemui lagi. Bukankah kau juga bilang dia tidak sudah memutuskan hubungannya dengan mu dan melarang mu untuk menemuinya lagi, so kenapa sekarang ia malah meminta bertemu. Aku yakin ini jebakan Bar," ujar Refan meyakinkannya
"Tidak mungkin aku sudah mengenal Gilbert sejak kami masih sama-sama di panti asuhan. Mustahil ia menjebak ku, kau juga tahu siapa dia bukan?" jawab Baron balik bertanya
"Dia mungkin tak menjebak dirimu tapi orang lain sengaja menggunakan kelemahannya untuk menjebak mu karena mereka tahu ia adalah satu-satunya kelemahan mu," jawab Refan
"Baiklah, kalau begitu kau boleh ikut denganku tapi menggunakan mobil terpisah. Anggap saja kau sedang mengawasi ku dari kejauhan. Aku tidak mau membuat Gilbert kecewa dengan membawamu terang-terangan,"
"Baiklah kalau begitu, Karena aku juga belum pulih maka Iwa akan mendampingi ku."
"Aku??" tanya Iwa mengernyitkan keningnya
"Tentu saja, sekarang aku tahu jika kau adalah seorang petarung handal, untuk itulah kali ini aku minta kau untuk melindungi satu-satunya rekan kerja yang sudah ku anggap sebagai aduk kandung kandungku sendiri Baron. Anggap saja sekarang kita bertiga adalah satu tim, jadi please bantu aku kali ini saja Rey," pinta Refan
"Baiklah, mulai sekarang kita adalah tim," jawab Iwa
Baron segera memasukan ponselnya kedalam saku celananya dan melangkah masuk kedalam sebuah Bar.
Hingar bingar suara dentuman musik dugem membuat lelaki itu tak mendengar bunyi ponselnya yang terus berdering. Ia terus melangkah masuk kedalam sebuah ruangan khusus tempat dimana ia akan menemui sahabatnya.
"Gimana?"
"Gak diangkat Fan," sahut Iwa
"Kalau begitu cepat masuk ke Bar itu dan cari Baron," tukas Refan
"Kenapa perasaanku tiba-tiba tidak enak, aku merasa jika Baron berada dalam bahaya." imbuhnya
"Baiklah, aku akan segera masuk kedalam. Kau juga harus hati-hati di sini. Ada pistol di dashboard, pakailah jika dalam keadaan darurat," jawab Iwa
"Kau tidak perlu mengajariku, apa kau lupa jika aku seorang ketua geng Cobra Hitam?" jawab Refan menyombongkan diri
"Dih Sombong!" cibir Iwa membuat Refan terkekeh mendengarnya
"Sekali-kali bolehlah aku menyombongkan diri," jawab Refan
"Iya-iya, kalau begitu aku pergi dulu,"
Iwa segera turun dari mobilnya dan berjalan memasuki sebuah Bar.
Ia terus melangkah memperhatikan satu persatu para pengunjung. Ia bahkan memeriksa setiap ruangan di bar itu untuk mencari Baron
"Maaf Tuan, dilarang menyalakan senter ponsel di ruangan ini," ucap seorang lelaki saat ia akan menyalakan senter ponselnya.
Ia kembali berjalan menuju ke lantai dua Bar, ia kembali memeriksa setiap pengunjung untuk menemukan Baron.
"Dimana dia, kenapa ponselnya juga tidak diangkat,"
Saat Iwa mencoba turun dari lantai dua tiba-tiba ia melihat beberapa orang polisi menggerebek tempat itu. Melihat banyaknya polisi yang datang ke tempat itu membuat Iwa merasa curiga.
Kedatangan polisi juga membuat semua pengunjung Bar panik dan berlarian meninggalkan tempat itu.
"Polisi??" Iwa segera mengikuti seorang polisi yang berjalan sendirian menuju ke sebuah ruang VIP.
"Gee, apa itu kau!" seru Baron memasuki ruangan itu gelap itu.
Baron segera menghampiri sesosok lelaki yang sedang duduk di sudut ruangan itu.
Karena ruangan begitu gelap Baron tidak bisa memastikan dengan pasti apa lelaki itu benar Gilbert atau bukan.
Ia segera duduk disampingnya tanpa curiga.
"Katakanlah apa yang ingin kau sampaikan," tukas Baron memulai perbincangannya
Lelaki itu hanya diam tanpa menjawab perkataan Baron.
"Gee, apa kau mendengar ku!" seru Baron menoleh kearahnya.
Saat itulah Baron baru sadar jika yang ditemuinya bukan Gilbert melainkan orang lain.
"Kau!!" seru Baron terkejut.
Saat ia berusaha meninggalkannya tiba-tiba lelaki itu segera melesat pukulan keras kerahnya.
"Sial!!" ucap Baron mengusap darah di sudut bibirnya.
Saat ia akan membalas serangan lelaki itu, tiba-tiba polisi langsung mendobrak pintu ruangan itu.
*Brakkk!!!
"Jangan bergerak!" seru seorang polisi memasuki ruangan itu sembari menodongkan pistol kearahnya.
"Sial!" Baron berusaha melarikan diri saat polisi hendak menangkapnya.
*Dor!
Suara letusan senjata api membuat Baron segera bersembunyi untuk menyelamatkan diri dari balik sofa.
"Cepat keluar dan serahkan dirimu sebelum kami menggunakan kekerasan!" seru Seorang anggota polisi memberikan peringatan.
Saat polisi mengendap-endap hendak menangkapnya, Tiba-tiba sebuah tendangan keras mendarat di punggung sang polisi membuat pistolnya terlepas dari tangannya.
Saat Iwa hendak menangkap senjata api itu, seorang lelaki dengan cepat menyambar pistol itu lebih dulu dan menodongkan kearahnya.
*Buuggghhh!!
Baron segera melepaskan tendangan kearah lelaki itu hingga ia sempoyongan dan hilang keseimbangan.
Melihat musuh lengah Iwa segera menarik lengan Baron dan mengajaknya melompat dari jendela untuk menyelamatkan diri.
*Prannggg!!!
"Kejar mereka!!" seru Seorang opsir polisi melongok keduanya dari jendela.
Iwa dan Baron segera bangun dan berlari meninggalkan Bar.
Namun di luar Bar , beberapa orang preman sudah menghadang mereka dengan baton di tangannya. Tidak ada pilihan lain untuk mereka berdua selain melawan para preman-preman itu. Pertarungan sengitpun tak bisa terelakkan lagi.
"Kita kalah jumlah, sebaiknya kita cari aman saja!" celetuk Iwa
"Caranya??" tanya Baron
"Lari!!" seru Iwa berlari sekencang-kencangnya meninggalkan para preman yang terus mengejarnya.
"Hiaaaa!!" teriak para preman-preman itu melompat menghadang laju langkah keduanya.
Iwa dan Baron saling bahu-membahu mengalahkan satu demi satu lawan-lawannya.
"Kita tak punya banyak waktu , cepat pergi dari sini. Biar aku yang akan menghadapi mereka!" seru Iwa
"Maaf aku tidak bisa membiarkan mu sendirian." sahut Baron
"Dasar brengsek!!" keluh Iwa kemudian kembali menghajar satu demi satu musuh - musuhnya.
"Polisi!" seru Baron saat melihat Polisi berlari kearahnya.
Tanpa membuang waktu keduanya langsung berlari menyelamatkan diri.
*Ciiittt!!
Beruntung Refan segera datang dan menghentikan mobilnya tepat di depan keduanya.
"Cepat naik!" seru Refan menghentikan mobilnya tepat di depan mereka. Keduanya segera naik kedalamnya dan Refan segera meluncur meninggalkan pelataran Bar.
Refan segera menginjak gas mobilnya, agar bisa meloloskan diri dari kejaran polisi.
"Syukurlah, akhirnya kita selamat!" seru Iwa
"Sepertinya Lo benar Fan, mereka hanya ingin menjebak ku. Entah kenapa mereka begitu ingin menangkap ku, aku benar-benar tidak tahu." ujar Baron
"Aku yakin ada seseorang yang bermain dibalik layar. Mereka sengaja menggunakan polisi untuk mempermudah menangkap dirimu jadi waspadalah...waspadalah, " jawab Refan