Follow IG mommy : @Mommy_Ar29
Daniella Larasati, seorang gadis cantik yang terpaksa harus menikah dengan seorang psychopat.
Mampukah Ella bertahan hidup dengan penuh ketakutan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Periksa
Kurang dari dua puluh menit, kini Jhon sudah tiba di rumah Stive dengan membawa seorang dokter yang sama sepertinya, terus mengumpat Stive dalam hati. Tentu saja dalam hati, ia masih memiliki rasa takut bila nyawanya melayang hanya gara gara ketahuan mengumpat Stive.
“Kenapa kau lama sekali!” satu kata pembuka yang di ucapkan Stive saat Jhon dan dokter Marcel membuka pintu kamar.
“Kau apakan dia sampai begini?” satu kata juga yang langsung dokter Marcel ungkapkan saat melihat wajah Ella yang begitu pucat.
“Mana ku tahu, cepatlah kau periksa dia,” kata Stive tanpa mau menyingkir dari sisi Ella.
“Kau menyingkir lah, biar aku bisa memeriksa nya,” ucap dokter Marcel menghela napas nya berat.
“Tidak, sekarang cepat periksa dia, jangan banyak bicara!” katanya datar, “EH, jangan buka selimut nya!” seru Stive saat Marcel hendak membuka selimut yang membungkus tubuh Ella.
“Lalu bagaimana aku memeriksa nya bila aku tidak membuka selimut nya! Aku harus mengecek denyut nadi dan jantung nya, mana bisa aku memeriksa bila tertutup selimut setebal ini!” ucap dokter Marcel menahan geram.
“Ya lihat saja dari wajah nya,” kata Stive asal, sambil mengalihkan pandangan nya ke arah lain.
“Yaaakkk! Kau pikir aku itu dukun atau paranormal yang bisa memeriksa pasien hanya dengan melihat wajah nya!” sungut dokter Marcel yang sudah tak bisa menahan kesal nya lagi.
Tampak Marcel begitu geram dan frustasi dengan laki-laki yang ada di depan nya ini. Sahabat sekaligus sepupu nya yang begitu lucknat dan tak pernah memikirkan siapapun, bila ada kesempatan dirinya sangat ingin membasmi laki laki tersebut agar tak selalu menyusahkan nya.
“Cepat periksa, apa kau tak melihat wajah nya yang sudah pucat hah!” bentak Stive saat melihat bibir Ella semakin membiru.
“Aaaaaaaaa!” Marcel pun langsung menjerit frustasi, kini dirinya tidak takut sama sekali pada Stive, ia sudah benar benar frustasi di buat nya.
“Lo pegang ini dan letakkan di dadaa nya, “ ujar dokter Marcel mengulurkan ujung stetoskop nya pada stive. Dan Stive yang mengerti pun langsung menuruti perintah Marcel.
“ke kanan sedikit, eh ke atas ya, geser sedikit ke kiri, yah disitu.” Kata dokter mencoba fokus mendengarkan detak jantung Ella, “Sekarang keluarkan tangan dia.”
“Boleh aku menyentuhnya? Karena kini tidak pakai alat seperti itu, dan indera perasa tak bisa di transfer,” cibir dokter Marcel membuat Stive langsung mendengus, sementara Jhon yang berada di ambang pintu berusaha menahan tawa nya melihat kekonyolan bos nya.
“Jhon, aku tak memberikan mu izin untuk tertawa!” kata Stive datar tanpa menatap sang empunya, membuat Jhon sedikit tersentak lalu ia segera menetralkan dirinya agar tak tertawa.
“Dia kelaparan dan kelelahan. Berapa kali kau habis menggempurnya semalam? Dan apakah kau sudah jatuh miskin sehingga tak sanggup memberikan nya makan? Kalau begitu biar aku yang mengurusnya, bagaimana?” tawar dokter Marcel membuat Stive langsung membulatkan matanya dengan sempurna.
“Langkahi dulu mayat ku baru kau bisa membawa nya, karena kau sudah berhasil mengalahkan ku maka berarti kau bisa menjaga nya melebihi aku.” Kata Stive dengan wajah datar nya.
“Cih, daripada anak orang kau siksa dan tak kau kasih makan. Stive, lihatlah betapa polos nya gadis ini. Mengapa kau masih tega menyiksa nya, bahkan kau sampai tak memberikan nya makan.” Dokter Marcel menghela napas nya berat, sementara Stive tampak acuh dan sedang berfikir mengapa Ella bisa kelaparan.
“Pintu keluar masih berada di tempat nya, Jhon antar makhluk ini kembali ke asal nya.” Ujar Stive datar tanpa menatap kedua manusia yang tak ia inginkan itu.
“Terimakasih!makhluk ini sangat terharu,” ucap Marcel menyindir lalu ia mengambil kasar tas nya dan segera berlalu meninggalkan kamar Stive dengan mulut yang terus mengeluarkan umpatan kasar.