🌻Bijaklah dalam membaca. Novel ini mengandung unsur 21+🌻
Siapa yang mau mengalami kegagalan di hari pernikahan? Pasti tidak ada yang menginginkannya.
Niranida Alifia, hampir saja mengalaminya. Kekasihnya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H.
Untunglah ada seorang pria yang mau menikah dengannya, dan acara pernikahan berjalan lancar. Tapi bagaimana jalan kisahnya kalau menikah bukan dengan pria pilihannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vivi We, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Tamu tak diundang
Nira dan Bayu masih berbincang di meja makan dengan canda tawa dari keduanya. Beberapa kali juga terlihat Nira menepuk lengan Bayu.
"Hahahaa, aku juga tidak tahu kenapa nasibku menikah dengan orang aneh itu." ujar Nira sambil tertawa lepas. "Apa kau tahu, Bay? Dia itu orang yang sangat-sangatlah menyebalkan. Untung saja dia tampan. Kalau bukan karena ketampanannya, sudah aku masukkan ke dalam karung dan aku lempar ke tengah laut." imbuh Nira dan tertawa terbahak-bahak lagi.
"Kenapa kau tidak memilihku saja sebagai pengganti saat itu?" tanpa sadar Bayu melontarkan pertanyaan itu.
Tawa Nira seketika berhenti dan menatap tajam Bayu.
"Bercanda! Serius banget." Bayu mengacak-acak rambut Nira.
"Ish, jangan mengacak-acak rambutku!" seru Nira yang paling tak suka kalau rambutnya diacak-acak. Dengan mulut manyun, Nira merapikan kembali rambutnya.
"Jangan cemberut dong!" Bayu mencubit pipi Nira.
"Aku juga tidak tahu, Bay. Kenapa Papa bisa secepat kilat mendapatkan laki-laki itu tanpa meminta pendapatku terlebih dahulu. Padahal papaku belum kenal dan tahu tentang sifatnya. Lagian kalau pun harus gagal menikah juga tidak apa-apa. Aku juga tidak akan bunuh diri." ujar Nira dengan senyum tipisnya.
Obrolan mereka terhenti saat mami Rita berjalan ke arahnya. Dan Bayu segera menjauh dan menjaga jarak dari Nira sebelum mendapat omelan dari nyonyanya.
"Nira, ada yang mencarimu." kata mami Rita.
Nira menautkan kedua alisnya karena tak tahu siapa yang dimaksud dengan maminya. Dan, siapa juga yang mencarinya pagi-pagi sekali? Karena dia tak memiliki janji dengan siapa pun.
"Siapa, Mi?" tanya Nira.
"Adalah. Ayo, temui dia." mami Rita menarik tangan Nira. Nira mengikuti langkah maminya menuju ruang tamu yang tak begitu jauh dari ruang makan.
"Memangnya sia,,,," ucapan Nira terhenti saat dia sudah sampai di ruang tamu, di mana orang yang mencarinya sedang menatapnya dengan tajam.
Glek.......
Nira menelan salivanya dengan sangat susah. Dia lalu menepuk pipinya sendiri dua kali untuk memastikan kalau yang dilihatnya bukan hanya bayangan.
"Ini nyata." gumamnya setelah merasakan sakit di pipinya.
Melihat yang berdiri di depannya memang sungguh Arka, tiba-tiba saja perasaannya jadi tak enak.
Oh, tidak! Jangan-jangan kedatangan Arka karena terjadi apa-apa pada Geo? batin Nira asal menebak-nebak. Dia pasti ke sini mau membawaku ke kantor polisi dan pasti mau memasukkan aku ke dalam penjara. Nira menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kau itu kenapa?" tanya maminya saat melihat Nira memejamkan mata sembari menggelengkan kepala.
"Ahaa,, tidak,, tidak apa-apa kok, Mi." jawab Nira.
"Ya sudah, Mami ke dalam dulu. Mami bisa maklum dengan pengantin baru seperti kalian. Baru semalam berpisah, pasti sudah kangen." goda mami Rita lalu melangkah pergi, tapi tangannya ditahan oleh Nira.
"Mami di sini saja temani aku." pinta Nira. Dia mau berjaga-jaga kalau Arka membawanya secara paksa.
"Tidak,, tidak! Mami tidak mau menunggu kalian yang mau mesra-mesraan." tolak mami Rita sambil berusaha melepaskan tangannya yang dipegang erat oleh Nira. "Nira, lepas! Malu ada suamimu."
"Please, Mi. Aku takut," rengek Nira dengan wajah memelasnya.
Mami Rita membuang nafasnya kasar. "Astaga, Nira. Apa yang kau takutkan?" tanya mami Rita heran. Masa iya, takut dengan suami yang setampan Arka.
"Takut dengan dia lah, Mi." Nira menunjuk Arka. "Mami tahu? Dia itu selalu menindasku." Nira mulai mengadu pada maminya.
"Oh ya? Menurut Mami, bagaimana cara suami menyikapi istri yang kabur tanpa berpamitan pada suaminya?" tanya Arka sambil menatap Nira dengan menyunggingkan senyum sinisnya.
Deg....
"Mati aku!" batin Nira.
Entah kenapa ada firasat buruk yang akan terjadi padanya mendengar pertanyaan Arka yang dilontarkan pada maminya.
Tidak,, tidak! Kenapa harus takut? Pintar sekali dia membolak-balikkan fakta. Bukannya dia yang mengurungku? Dia yang salah! Bukan aku! batin Nira.
Mami Rita mendengus kesal pada putrinya. Bisa-bisanya Nira mempermalukan keluarga dengan main kabur-kaburan.
"Apa benar yang dikatakan Arka, Nira? Kamu itu sudah dewasa! Kalau ada masalah selesaikan baik-baik! Jangan bisanya hanya kabur. Kabur tidak menyelesaikan masalah!" kata mami Rita yang termakan oleh hasutan Arka.
"Iya, Mi." jawab Nira dengan kepala tertunduk. Sekarang ini cukup iya kan saja, dari pada maminya akan ngomel tujuh hari tujuh malam. Mau menyangkal pun itu hanya percuma.
Tunggu! Tapi kenapa jadi aku yang salah di sini? Seharusnya dia yang disalahkan! gerutu Nira.
"Eh, tidak, Mi. Dia yang jahat padaku. Dia yang selalu menindasku." ucap Nira tak mau kalah.
Arka membisikkan sesuatu di telinga mami mertuanya.
"Bilang dong! Kalau manindas yang seperti itu, Mami sangat setuju. Kamu teruskan ya! Setiap hari juga lebih bagus." mami Rita menepuk-nepuk bahu Arka dengan senyum yang mengembang.
Nira hanya nyengir kuda. Bagaimana bisa seorang ibu justru mendukung kalau anaknya itu ditindas? Bahkan disuruh untuk melanjutkan, setiap hari lagi. Nira tak tahu lagi dengan jalan pikiran maminya itu.
kl dah begini byk x syaratnya....😞
but...ttp Semangat!!!
nyimak ya 🤝☺️💪
kasihan GEO ya ...
gmna nanti klo Arka tau klo Nira adlh adiknya Livia