Tuan Muda Iblis Yang Memanjakanku

"Kamu ingin kita bercerai bukan?"

"Baiklah,"

Deg

Deg

Stevano terdiam .

Semua pelayan saling melempar pandang lalu berbisik-bisik, "Apa yang baru saja Nyonya katakan? Aku tidak salah dengar bukan."

Jason yang posisinya tidak jauh dari Tuan Mudanya tidak memfokuskan hal itu, dia memfokuskan pada apa yang terjadi pada Stevano. Dapat Jason lihat dengan jelas tangan Stevano masih terus saja bergetar, keringat dingin mulai muncul di seluruh wajahnya. Jason mendekat,

"Baiklah, jika itu yang kamu inginkan, maka aku tidak akan bercerai denganmu. Apa yang kamu inginkan aku akan melakukan sebaliknya, dengar itu baik-baik Stevano Anderson," teriak Jasmine sambil mendorong pelan dada Stevano , kemudian berlari secepatnya meninggalkan tempat itu dengan air mata yang terus mengalir di pipinya. Dia menghapus kasar air matanya yang tanpa ijin terus keluar dari kedua matanya.

"Akh" Stevano berteriak sambil memegang kepala yang terasa sakit luar biasa, dia terus mengerang kesakitan, seketika membuat kakinya melemah, dia jatuh terkulai di lantai.

"Tuan apa Anda baik-baik saja?" Yang Jason pikirkan akhirnya benar-benar terjadi. Stevano kini tidak sadarkan diri. 

"Cepat bantu aku bawa Tuan Muda ke kamarnya!" Perintah Jason pada pengawal yang sedari tadi berdiam diri di sana.

Jasmine menghentikan langkahnya saat melihat itu, dalam hati dia berkata "Apa aku tadi mendorongnya terlalu kencang? Tapi tidak mungkin jika tenaga sekuat itu. Sudahlah untuk apa aku peduli padanya," kemudian Jasmine melanjutkan langkah kembali menuju kamarnya.

Di dalam kamar Jasmine tetap saja merasa tidak tenang, dia ingin mengabaikan suaminya itu, dia mencoba tidak peduli tapi…

Pandangan Jasmine beralih pada pintu yang terbuka, di lihatlah Bunga masuk ke dalam kamarnya.

"Nyonya, kenapa Anda berbicara seperti itu kepada Tuan Muda?"

Bukannya menjawab Jasmine justru balik bertanya "Sebenarnya dia sakit apa? Kenapa dia selalu tiba-tiba tidak sadarkan diri? Semalam saat di acara itu, dia terlihat baik-baik saja, dia seperti orang sehat pada umumnya, bukankah kamu juga melihatnya sendiri, bahkan dia menggendongku dengan begitu gagahnya?"

"Bunga, aku lihat dia orang yang berbeda, aku salah mengatakan dirinya orang yang tidak punya hati, bagaimana mungkin orang yang tidak punya hati masih peduli pada orang lain. Aku lihat tangannya bergetar hebat setelah dia melepaskannya dari leherku, aku tahu karena mungkin dia menyesal. Aku melihat dia sebenarnya rapuh, tapi dia tidak menunjukkannya, dia bersikap kejam karena ingin menyembunyikan kelemahannya. Bunga, kenapa aku melihat dirinya tidak seperti yang orang-orang katakan selama ini," tambah Jasmine dengan tatapan kosong.

"Itu karena Anda melihatnya dengan cinta Nyonya, sehingga Anda melihat apa yang orang lain tidak bisa lihat. Nyonya, apa Anda tahu? Sebenarnya bukan hanya Anda yang merasa bosan dan muak tinggal di tempat seperti ini, Anda bahkan belum hitungan bulan sudah merasakan seperti itu, apalagi Tuan Muda yang sudah puluhan tahun dikurung di tempat ini".

Jasmine langsung menoleh, menatap Bunga ketika mendengar itu. "Apa maksudmu?

Bunga menerawang jauh ketika dia mendengar cerita ibunya. 

"Saat Tuan Muda berumur 3 tahun dia dibawa ke kediaman Anderson bersama Nyonya Besar. Saat itu Ibu Tuan muda baru saja kehilangan suaminya yang meninggal karena jadi korban tabrak lari, dia dibawa Tuan William dan diperkenalkan sebagai calon istrinya. Tuan William bilang jika mereka sudah punya anak dan harus segera menikah. Dan saat itulah Tuan muda diperkenalkan sebagai anaknya. Keluarganya setuju, karena bagaimanapun Tuan William harus bertanggung jawab atas anaknya. Apalagi keluarganya memang mengenal Nyonya Tiffani karena memang sebelumnya Tuan William sudah pernah memperkenalkan dia sebagai kekasihnya saat SMA. Tanpa mereka tahu jika Nyonya Tiffani memang sudah menjadi bagian dari keluarga itu, karena beliau adalah istri dari kakak kandung Tuan William, Tuan Steven. Mereka menikah tanpa sepengetahuan keluarga Anderson.

Melihat jika Nyonya Tiffa sangat menyayangi dan selalu memberi perhatian lebih pada anak dari kakaknya itu, Tuan William marah besar, dia tidak terima, hingga akhirnya dia memisahkan Nyonya Tiffa dan Tuan Muda. Padahal sebenarnya hal itu wajar bukan jika seorang ibu menyayangi putranya sendiri. Hingga kemudian Tuan William membawa Tuan Muda ke tempat ini. Tempat yang dibangun oleh kakaknya, Tuan Steven. Karena Tuan Muda masih kecil saat itu, akhirnya Nyonya Tiffa memohon pada Tuan William agar menugaskan pelayan untuk merawatnya. Dan beliau adalah Bibi Lu, orang yang merawat Tuan Muda sejak kecil.

Anda bisa bayangkan bukan bagaimana bosannya Tuan Muda di tempat ini bahkan dari dia kecil? Dan itu juga kenapa Tuan Muda tidak pandai berinteraksi dengan orang lain.

Nyonya, kenapa Tuan Muda sering pingsan, itu karena Tuan Muda sangat trauma dengan kecelakaan yang pernah menimpanya dulu. Karena itu semua orang berbicara buruk tentangnya, semua orang bilang jika beliau sengaja membuat adiknya meninggal, mereka semua tidak hanya berbicara di belakang bahkan langsung terang-terangan di depannya. Dan sejak saat itu, jika Tuan Muda tanpa sengaja menyakiti orang-orang yang beliau sayangi, tiba-tiba beliau menjerit, berteriak bahkan kadang sampai menyakiti dirinya sendiri, beliau bilang itu karena beliau mendengar suara-suara yang mengatakan dirinya monster yang bisa kapan saja menyakiti orang lain bahkan keluarganya sendiri" ucap Bunga menjelaskan.

"Kau mendengar cerita itu dari ibumu? Kenapa ibumu tahu sebanyak itu? Siapa dia?" Tanya Jasmine penasaran.

"Ibuku adalah Bibi Arum, dia pelayan pribadi Nyonya Besar.

Jujur setelah mendengar fakta yang diungkapkan Bunga, seakan Jasmine merasakan apa yang dirasakan suaminya selama ini, dia yakin jika selama ini pasti suaminya merasa kesepian.

"Bunga, aku harus menemuinya sekarang! aku harus melihat kondisinya!" Ucap Jasmine khawatir.

"Tapi Nyonya kondisi Tuan Muda sedang tidak baik-baik saja."

Tanpa memperdulikan ucapan Bunga, Jasmine berlari keluar dari kamarnya. Begitu sampai di depan kamar suaminya, Jasmine melihat banyak pengawal dan pelayan yang berdiri di depan pintu kayu tersebut.

Semua menunduk memberi hormat pada Jasmine yang melewatinya, Jasmine hanya tersenyum "Bukankah aku seperti ratu di dalam drama yang sering aku tonton," bangga Jasmine dalam hati.

Begitu dia akan membuka pintu salah satu pengawal menghalanginya, "Maaf Nyonya, untuk saat ini Anda tidak diperbolehkan masuk!"

"Siapa kau berani menghalangiku! Minggir aku mau masuk, aku ingin melihat keadaan Suamiku!"

"Maaf Nyonya"

Pelayan berbisik-bisik, "Sepertinya Nyonya Muda sudah tertular suaminya!" 

"Minggir atau aku akan menggedor pintu ini!"

Pengawal yang tadi berbicara seketika langsung merentangkan tangannya di depan pintu.

"Jadi kau berani menantangku!" Kesal Jasmine.

Mendengar ribut-ribut di luar Jason yang berada di dalam kamar pun akhirnya keluar.

"Ada apa ini? Kenapa ribut sekali? Kalian bisa mengganggu istirahat Tuan Muda! Tegas Jason.

"Ini Nyo---

Ucapan pengawal itu terpotong ketika Jasmine menyingkirkan pengawal di hadapannya.

"Aku mau melihat Suamiku"

"Maaf Nyonya sebaiknya Anda kembali ke kamar Anda. Tuan Muda sedang istirahat, kemudian Jasmine menarik baju Jason, sampai Jason yang hendak masuk pun mengurungkan niatnya.

"Kau bilang Suamiku sedang istirahat, kenapa kau masuk kembali ha?"

"Aku sedang mengganti bajunya Nyonya. Jadi sebaiknya Anda kembali sekarang!"

"Siapa kau berani melarang aku melihat Suamiku? asal kau tahu aku lebih berhak daripada dirimu, aku Istrinya."

"Tapi Nyonya..

"Sebenarnya pernikahan apa yang aku jalani, kenapa hanya untuk melihat dan menemui Suamiku sendiri, semua orang melarangnya!" Teriak Jasmine marah.

"Baiklah Nyonya, tapi jangan pernah lepaskan ikatan pada tangan dan kakinya," ucap Jason memperingati.

"Kenapa tidak dari tadi, apa aku harus marah dan berteriak dulu baru mereka menuruti perintahku," gerutu Jasmine.

Begitu masuk, Jasmine teringat akan dirinya yang baru pertama masuk kesini. Keadaannya sama, barang-barang pecah dan berantakan dimana-mana. Dia melihat ke arah ranjang, hatinya begitu sakit untuk kedua kalinya dia mendapati suaminya dalam keadaan terikat seperti itu.

Jasmine mendekat dan naik ke atas ranjang, kemudian duduk di samping suaminya yang terbaring tidak sadarkan diri. Dia melepas tali yang mengikat pada tangan dan kaki suaminya, kemudian dia membuka kancing kemeja suaminya satu persatu. Hingga tiba-tiba...