"Apa itu mahabbah?"
Ketika mendapat pertanyaan itu Khalisa tidak bisa mendapat jawabannya hanya dengan berpikir satu atau dua hari, meski telah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk memahami apa itu mahabbah ia tak akan bisa betul-betul mengerti.
Namun ada satu orang yang membuat Khalisa merasa jika dekat dengannya maka ia juga dekat dengan sang pencipta—dekat pula pada arti dari mahabbah.
Suatu hari di pertengahan bulan suci ramadhan, ia mengungkapkan perasaannya berharap mereka memiliki rasa yang sama dan mau menjalani ibadah paling lama yakni pernikahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mirna Samsiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
Mata Khalisa berbinar-binar melihat kaligrafi basmalah yang tampak begitu indah, tintanya memantulkan cahaya yang membuatnya semakin menakjubkan. Khalisa enggan mengalihkan pandangan dari kaligrafi itu, tadinya ia berniat memasangnya di ruang tamu tapi setelah melihatnya Khalisa berubah pikiran, ia akan memasangnya di dinding kamar. Allah menciptakan tangan Azfan dengan luar biasa hingga menghasilkan karya seindah ini.
"Kamu suka?"
Suara itu membuat Khalisa mengangkat wajah, pertanyaan macam apa itu. Jelas-jelas Khalisa sangat menyukainya tapi Azfan masih bertanya.
"Lebih dari suka, makasih banyak ya kamu udah bikin kaligrafi secantik ini." Mata Khalisa sampai berkaca-kaca membayangkan Azfan membuat kaligrafi itu di tengah aktivitasnya yang padat.
"Sama-sama, aku lega kalau kamu suka sama kaligrafi itu."
Khalisa memasukkan kembali kaligrafi itu ke dalam paper bag sebelum orang lain melihatnya. Entah kenapa ia tidak rela jika orang lain melihatnya karena kaligrafi itu hanya diberikan padanya.
"Sebentar lagi kamu tampil, siap-siap gih, aku duduk disitu." Khalisa menunjuk kursi di tengah-tengah pengunjung lain, Huma telah duduk disana untuk menjaga satu kursi agar tidak diduduki orang lain. "Semangat Azfan, tenang dan jangan grogi, anggap aja nggak ada yang lihat kamu di atas panggung supaya suara kamu lebih lepas."
"Iya makasih, Khalisa kalau nggak salah aku biasa denger kamu bicara bahasa mandarin sama Kak Levin-"
"Kami biasanya ngomong kamsia atau xie-xie." Timpal Khalisa, ia mengerti maksud Azfan kata terimakasih dalam bahasa hokkien yang biasa ia ucapkan saat mengobrol dengan Levin. Mungkin Azfan juga pernah mendengar Khalisa bicara dengan Ama nya dan bertanya-tanya maksud dari kata tersebut.
"Xie-xie?"
"Ya, kalau udah jago kamu bisa tuh ngobrol sama Ama pakai bahasa mandarin." Canda Khalisa.
Azfan tertawa, ia lebih jago bicara dalam bahasa jawa dan sepertinya Khalisa juga mahir menggunakan bahasa daerah tersebut meski ada perbedaan antara aksen Jawa Timur dan Jawa Tengah.
"Kalau gitu aku ke belakang dulu." Tukas Azfan setelah menghentikan tawanya, ia harus siap-siap karena sebentar lagi adalah gilirannya naik ke panggung. Mengobrol dengan Khalisa sebelum tampil membuat Azfan lebih rileks karena pembawaan Khalisa yang santai.
Khalisa mengangguk. Mereka berpisah disitu, Azfan berjalan menuju belakang panggung sementara Khalisa menghampiri Huma yang telah bersiap-siap merekam video Azfan ketika memulai membaca Alquran nanti. Mereka memang bisa menonton penampilan Azfan berulangkali di YouTube tapi Khalisa bersikeras membawa kamera sendiri untuk merekam Azfan.
"Dari sekian banyak peserta kenapa kita cuma rekam Azfan aja?" Huma melihat Khalisa yang duduk di sampingnya.
"Karena kita bisa nonton peserta lain di YouTube."
"Begitu juga dengan Azfan."
"Udah lah biar aku ada alasan buat pakai ini kamera, dari pada rusak nggak dipakai." Khalisa meletakkan kaligrafi pemberian Azfan di pangkuannya, ia tak bisa berhenti tersenyum mendapatkan benda tersebut. Bagaimana jika bibirnya kram gara-gara kebanyakan tersenyum tapi itu tidak mungkin karena senyum juga ibadah.
"Khalisa, jujur aja sama aku, kamu suka kan sama Azfan?" Huma menyipitkan matanya melihat perubahan ekspresi Khalisa saat ia menanyakan hal itu. Untuk orang yang tidak pernah jatuh cinta seperti Khalisa, pasti akan langsung terlihat jika ia sedang menyukai seseorang contohnya seperti sekarang.
"Enggak." Khalisa menggeleng, ia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas untuk memeriksa beberapa pesan.
"Jangan bohong, bohong itu dosa lo bahkan menggunakan kebohongan untuk bercanda aja dosa loh." Huma mendesak Khalisa karena meskipun sahabatnya itu terkenal baik dan ramah pada semua orang tapi ia merasa Khalisa memperlakukan Azfan dengan berbeda.
"Aku udah kasih kamu jawaban yang jujur tapi kenapa masih nggak percaya." Khalisa membuka satu pesan dari Rindang.
Khalisa, tolong aku dikurung di dalam gudang deket basemen, dia orang yang selama ini gedor apartemenku.
Khalisa terkejut membaca pesan dari Rindang, akhirnya mereka menemukan seseorang yang telah menggedor apartemen Rindang tiap tengah malam dan bahkan mengirim tulisan H-1 kemarin. Berarti ia memang telah berencana menculik Rindang.
"Eh, Azfan keluar tuh siap-siap terhipnotis sama suara calon imam kamu." Huma menepuk-nepuk bahu Khalisa saat melihat Azfan naik ke atas panggung dan duduk di atas kursi yang telah disediakan.
"Aku balik ke apartemen dulu, Rindang SMS barusan katanya butuh sesuatu." Khalisa beranjak dari duduknya, ia tidak bisa menceritakan detailnya pada Huma karena harus segera menolong Rindang.
"Loh kok balik sih bukannya kamu nungguin Azfan." Huma melihat Khalisa terlihat buru-buru meninggalkan tempat itu. Huma bertanya-tanya apakah ada sesuatu yang mendesak sampai Khalisa buru-buru pergi.
Sebelum membaca Al-Quran di hadapannya Azfan mengedarkan pandangan ke kursi penonton mencari sosok Khalisa tapi ia tidak menemukannya padahal ia yakin beberapa menit yang lalu Khalisa masih berada di samping Huma tapi dimana gadis itu sekarang.
"Silakan Azfan Khuffa Ameezan untuk memulai bacaannya."
Azfan mengangguk, sekali lagi ia melihat ke arah kursi Khalisa yang kini kosong. Raut wajahnya menyiratkan kekecewaan tapi ia harus tetap menampilkan yang terbaik karena tak ada kesempatan untuk mundur. Azfan menarik napas dalam sebelum membaca ta'awudz.
******
Rindang menghentikan mobilnya di tempat parkir UII yang penuh dengan mobil-mobil lain, beruntung tadi siang ia meminjam gamis milik Khalisa lengkap dengan jilbabnya demi menonton lomba MTQ lebih tepatnya ia ingin melihat penampilan Azfan. Rindang berharap ia tidak terlambat karena Khalisa bilang Azfan akan tampil sekitar pukul 9.
Rindang bingung mencari keberadaan Khalisa di antara ratusan penonton lain. Mereka terlihat sama dari belakang. Indra pendengaran Rindang menangkap suara merdu dan menenangkan dari atas panggung. Rindang melangkah lebih dekat dan duduk di salah satu bangku penonton yang kosong agar tidak menghalangi orang-orang di belakang.
"Wah bener kata Khalisa, suara Azfan lebih dari bagus."
"Loh Rindang." Seseorang menepuk punggung Rindang dari samping. Ia ragu-ragu saat melihat gadis di sampingnya itu. Biasanya Huma langsung bisa mengenali Rindang tapi sekarang gadis itu mengenakan jilbab hingga membuatnya ragu.
Rindang menoleh, ia yakin itu bukan suara Khalisa tapi siapa lagi yang mengenalnya di kampus ini jika bukan Khalisa.
"Huma." Rindang melihat ke sekitar, "Khalisa kemana?" Tanyanya karena dari tadi tidak melihat keberadaan Khalisa. Jangan bilang Khalisa juga ikut lomba itu.
"Katanya kamu butuh sesuatu makanya Khalisa pulang, baru aja dia pergi." Huma bingung melihat Rindang justru berada disini padahal 5 menit yang lalu Khalisa bilang harus segera kembali ke apartemen karena Rindang membutuhkan bantuan. "Jadi barusan Khalisa lihat pesan di hp nya, bukannya kamu yang SMS dia?"
Dada Rindang memanas, apakah ia lupa memberitahu Khalisa kalau ponselnya hilang dari kemarin itu alasannya ia menghubungi Khalisa dengan nomor Jason. Perasaan Rindang tidak enak, ia pikir dengan dirinya pergi kesini untuk menemani Khalisa maka semuanya akan baik-baik saja tapi ia salah. Ah kenapa Rindang lupa memberitahu Khalisa bahwa ia kehilangan ponsel dan sedang mengurusnya ke kepolisian untuk menemukan ponsel tersebut.
"Rindang, kamu nggak lagi ngerjain Khalisa karena hari ini dia ulang tahun kan?" Meski Huma ragu jika Rindang akan melakukan hal seperti itu pada Khalisa tapi ia tetap menanyakannya karena bisa saja Rindang ingin memberi kejutan.
"Aku sama sekali nggak SMS Khalisa, lagi pula aku nggak mungkin bohongin dia cuma karena mau ngasih kejutan kamu tahu sendiri kan Khalisa paling nggak suka kalau ada yang bohongin dia, lagi pula kamu juga tahu Khalisa nggak pernah memperingati hari lahirnya."
"Terus siapa yang SMS Khalisa?"
"Kamu yakin Khalisa bilang mau pulang apartemen?" Tanya Rindang.
"Iya." Huma mengangguk yakin, ia tidak mungkin salah dengar meski suasana disitu cukup ramai.
"Huma, ayo ikut aku." Rindang menarik tangan Huma agar ikut dengannya ke apartemen. Lebih banyak orang lebih baik untuk membantunya menangkap seseorang yang telah meneror Khalisa dan dirinya selama ini.
"Bentar-bentar." Huma mematikan rekaman video dan membereskan tripod serta kamera milik Khalisa, kebetulan Azfan juga telah turun dari panggung setelah menyelesaikan bacaan surat Hud ayat 6 yang menjelaskan tentang rezeki dari Allah untuk semua makhluk di bumi.
Mereka bergegas menuju tempat parkir dimana mobil Rindang berada. Rindang jadi menyesal karena telah membawa mobil kesini. Itu membuatnya lebih lama untuk keluar karena ada banyak orang yang berlalu-lalang di sekitar sini.
makasih jg udah kasih kita bacaan yg positif bgt.. aku tunggu karyamu yg lain kak.. sukses terus kaka sayang...😘😘
q bakal kangen ma mereka pasti..😥