Novel kedua author ❤️
Bacaan Romantis komedi. Awas senyum-senyum nggak jelas!!! Penuh keuwuan dan kebucinan.
Kimmora, gadis jutek yang sangat benci diatur, tiba-tiba terbangun dari pingsan dan harus menikahi laki-laki yang merupakan anak dari sopir papanya. Kimmy yang cantik dan kaya, tak ingin dunia tahu jika dia sudah menikah, apalagi Arsen jelas tidak selevel dengannya. Saat Kimmy masih membenci suaminya, cinta dari pria lain datang menghampirinya. Mampukah Arsen membuat Kimmy bertahan dan mencintainya?
Ketika mereka baru merasakan indahnya pernikahan, fakta masa lalu mereka mulai terungkap. Siapakah Kimmy dan Arsen yang sebenarnya?
follow ig penulis: @ittaharuka
Selamat membaca Sayang-sayangnya Kimmy-Arsen 😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
Arsen langsung mendekatkan wajahnya ke wajahku, hembusan napasnya yang hangat menyapu kedua pipiku. Hidungnya mulai menggesek hidungku. Lalu, bibir Arsen menempel kuat pada bibirku dan menyesap dengan lembut.
Bibir kenyal itu terus menyesap, tanpa ada niatan untuk melakukan lebih. Arsen hanya memainkan bibirku, tapi mengapa tubuhku meminta lebih? Tidak, aku dan Arsen tidak boleh melakukan ini.
Aku mencubit lengan Arsen, dan ternyata berhasil melepaskan bibirnya dari bibirku.
“Auw … sakit, Kimmora!” keluh Arsen setelah mendapat capitan di lengannya.
“Lagian kamu ngelunjak deh, aku kan cuma nyuruh kamu tidur di sini, kenapa cium-cium? Nggak tahu apa itu ciuman pertamaku.” Aku mengomel pada Arsen.
“Beneran?” Arsen kembali mendekatkan wajahnya.
“Beneran apanya?” tanyaku.
Apa yang dia maksud? Memang tadi aku bicara apa?
“Beneran aku yang pertama?” Arsen mengusap bibir bawahku dengan ibu jarinya.
“Lupain, udah sana, tidur!” perintahku.
“Ijinkan aku, sekali ini saja.” Arsen menatap mataku, seakan menginginkan sesuatu dariku.
“Apa?”
Jantungku berdegup kencang, dan aku yakin Arsen bisa merasakannya.
Arsen tersenyum begitu manis.
“Jantungmu berdebar-debar karena aku, ‘kan?”
Aku tersipu malu mendengar pertanyaan Arsen. Pipiku terasa begitu panas terkena napas Arsen yang memburu cepat.
“Ijinkan aku menciummu, sekali ini saja!” pintanya, mata Arsen seolah mengatakan permohonan padaku.
Entah setan atau malaikat yang berbisik di telingaku, hingga aku pun mengangguk tanda setuju.
Arsen kembali menempelkan bibirnya di bibirku. Aroma obat kumur begitu segar menguar di sekitar hidung. Arsen tak lagi menyesap, kini dia mulai memasukkan lidahnya ke dalam mulutku. Manis, rasa bibirnya begitu manis. Sementara bibirnya bekerja, tangan Arsen mengusap rambutku dengan penuh perasaan. Aku terbuai dalam keadaan ini, hingga aku pun melingkarkan kedua tanganku pada leher Arsen.
Tuhan, otakku terasa mendidih karena perlakuan Arsen. Semakin dia mel*m*at, semakin mendidih seluruh tubuhku. Hawa panas begitu terasa di kamar ini. Apa aku bodoh? Apa aku wanita murahan? Masa bodoh lah, karena ini rasanya sangat nikmat.
Aku merasa seakan melambung tinggi, Bibir Arsen yang awalnya menyesap lembut, mendadak jadi buas seiring dengan rasa nikmat yang kian mendera.
Aku melepaskan tanganku yang mengalungi leher Arsen, lalu kudorong pelan dadanya saat napasku mulai tersengal-sengal.
Arsen melepaskan tautan bibir kami, lalu menatap wajahku.
Aku melihat mata Arsen tampak berbeda, seakan mata indah itu diselimuti kabut tebal yang membuatnya terlihat lain.
“Terima kasih,” ucapnya sambil tersenyum.
Napas kami masih tersengal-sengal, aku berusaha menetralkan detak jantungku yang seakan tengah berlari kencang.
Demi apapun, ciuman ini adalah kejahatan paling indah yang pernah aku lakukan bersama laki-laki. Bahkan, saat aku pacaran dengan mantan-mantanku dulu, aku tidak pernah melakukan lebih dari sekedar pegangan tangan dan pelukan. Namun, mengapa saat bersama Arsen aku merasakan yang lain.
“Kimmy, kamu kenapa diam?” Arsen membelai rambutku. “Apa kamu menyesal?”
Menyesal? Menyesal karena apa? Apa yang dimaksud Arsen.
“Kenapa harus menyesal?” tanyaku.
“Tidak, aku pikir kamu akan marah.”
“Sudahlah, lupakan saja.”
Aku mengalihkan mataku dari tatapan Arsen, dan tak lama kemudian, Arsen memperbaiki posisinya. Aku memiringkan tubuh berusaha memejamkan mata.
“Aku ke kamar mandi sebentar ya,” kata Arsen.
Aku hanya berdeham lalu Arsen segera keluar dari kamar mandi.
...❤❤❤M.A.S.🚗🚗🚗...
Aku terbangun saat jam 7 pagi telah lewat. Setelah ciuman semalam, aku tidak bisa memejamkan mataku hingga malam semakin larut. Sepertinya Arsen juga merasakan hal yang sama. Entah jam berapa akhirnya kami bisa tertidur, yang jelas pagi ini aku terbangun dengan tangan Arsen yang memelukku dengan erat.
Aku melepas pelukan Arsen lalu membangunkannya.
“Arsen, bangun, udah siang.” Aku menggoyangkan lengannya yang kekar.
Arsen mengucek matanya, lalu segera bangun dari posisinya.
“Dion sama yang lain pasti udah nungguin kita.”
Aku teringat janji bersama Dion dan juga Nana kemarin.
“Yaudah, kamu mandi dulu, aku cari makan buat sarapan.”
Aku mengangguk, lalu segera membersihkan diri. Tak perlu mandi lama-lama karena aku sudah cantik sejak aku dilahirkan.
***
Dion dan Nana terus meneleponku, sama halnya dengan Yumna yang juga terus menelepon ponsel Arsen. Membuatku jengkel saja, walaupun Arsen mengabaikan panggilan dari Yumna.
Daripada membuatku kesal, aku membohongi Dion dan Nana dengana mengirim pesan bahwa aku dan Arsen sudah sampai di pantai, padahal saat ini aku dan Arsen masih sarapan.
Aku tertawa jahat di dalam hati, biarkan mereka kesal nanti, yang penting aku masih bisa makan dengan santai.
“Ayo, buruan, kita kan harus jalan ke depan,” ucap Arsen saat kami selesai makan.
“Udah, santai aja, mereka pasti nungguin, lagian kita nggak akan jalan ke depan, naik mobil aja.” Aku mengatakannya dengan santai, sambil mengeluarkan sandal jepit dari rak sepatu.
“Mau diparkir dimana?” tanya Arsen pasti tak paham.
“Udah deh, nggak usah bawel, semalam udah dikasih hadiah, ‘kan? Jadi, hari ini turutin apapun kemauanku,” perintahku.
Arsen tersenyum, lalu menuruti apa yang aku perintahkan. Kami menuju pantai dengan mobilku, cuaca panas pagi ini membuatku malas jika harus naik motor.
“Dion sama yang lain nggak jadi ke pantai? Terus Yumna gimana?” tanya Arsen yang kini tengah mengemudikan mobilku.
“Dia kan deket sama kamu, tanya aja langsung sama orangnya.” Aku melengos.
Namun, bodohnya Arsen malah benar-benar menelepon Yumna.
“Halo, gimana?” tanya Arsen pada mantan pacarnya itu.
“Aku sama Kimmy lagi jalan ke sana.”
Aku melirik ke arahnya.
“Siapa yang bilang?”
Arsen langsung memandangku.
“Ya udah, tungguin kita ya, kamu sama Dion dulu.”
Arsen memutus panggilan teleponnya.
“Kamu bohongin mereka?” tanya Arsen.
“Kalau iya kenapa? Kamu marah? Kamu kasihan sama Yumna?” Aku sewot karena Arsen yang begitu mengkhawatirkan Yumna.
Arsen hanya diam, lalu dia melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.
Apa dia benar-benar mengkhawatirkan Yumna, bukan aku? Aku menyesal Arsen. Aku sangat menyesal telah memberikan ciuman pertamaku padamu.
🌹🌹🌹
Nah, Bang Arsen marah kenapa tuh? Marah karena kamu ngerjain mereka kali Kim, bukan karena khawatir sama Yumna. Harusnya kamu tadi suruh telfon Dion bukan Yumna, salah sendiri lah 🤣🤣
Okay, ritual jejaknya jangan lupa. Like, Komen, Vote, dan Hadiahnya.
Thank you Gengs,
sampai ketemu lagi