Aku adalah seorang gadis biasa-biasa saja. Aku tergila-gila pada seorang Super Model yang begitu tampan bagiku.
Keberuntungan membawaku kepadanya dan menjadikan ku asisten pribadinya. Namun keberuntungan itupula yang menjadi petaka bagiku ketika sosok mahluk tak berdosa tumbuh di rahimku akibat kebodohan ku. Aku membiarkan sosok Idolaku mengambil kesucianku. Dan menanamkan benih yang seharusnya tidak pernah hadir diantara kami.
NOTE : Buat Readers, tolong lah jangan di judge dulu tokoh cewek nya sebelum membaca ceritanya sampai habis.
Tokoh wanita yang bernama Ge, disini mendapatkan balasan yang setimpal akibat kebodohan nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aysha Siti Akmal Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemui Alessandro
"Nona, sebaiknya cepat! Kami takut kondisi anak anda akan semakin memburuk." sambung Dokter ketika melihat aku terdiam,
"Baik, Dokter!"
Tanpa pikir panjang, aku berlari menuju halaman depan Rumah Sakit. Aku mencari tumpangan dan akhirnya aku menemukan tukang ojek yang sedang mangkal dipinggir jalan disamping Rumah sakit tersebut.
Aku meminta salah satu tukang ojek untuk mengantarkan aku kerumah Tuan Alessandro. Siapa yang tidak mengenal Tuan Alessandro, sang Super Model. Tinggal sebut namanya, tukang ojek pun tahu jalan menuju rumah Tuan Alessandro.
Aku lupakan rasa malu dan benci ku kepada Tuan Alessandro. Yang paling penting sekarang adalah keselamatan Fariz ku. Kesembuhan bayi laki-laki ku.
Hingga akhirnya aku tiba didepan rumah Tuan Alessandro. Aku meminta si tukang ojek untuk menunggu ku karena aku akan kembali ke Rumah Sakit dengan nya pula.
Aku tatap rumah itu, aku kembali teringat kenangan-kenangan indah sekaligus memalukan yang terjadi disini.
Aku ketuk pintunya sambil meneriakkan nama Tuan Alessandro. Berharap lelaki itu segera keluar dan menemui ku. Namun berkali-kali aku memanggil dan mengetuk pintunya, tidak ada jawaban sekalipun dari dalam rumah.
Tiba-tiba seorang wanita paruh baya menghampiri ku. Mungkin dia adalah pelayan baru Tuan Alessandro.
"Maaf Nona, Tuan Alessandro sedang tidak ada dirumah. Dia ada jadwal pemotretan hari ini." sahutnya,
Ah! Rasanya aku ingin menjerit saat mendengar perkataan wanita paruh baya itu. Namun aku tidak boleh putus asa begitu saja, aku harus tetap semangat untuk kesembuhan Fariz.
Aku meminta Tukang ojek itu untuk kembali mengantarkan aku ke Studio, dimana aku bekerja dulu. Aku berdoa semoga aku menemukan Tuan Alessandro disana.
Disepanjang jalan, mulut ku ini tak hentinya berkomat-kamit. Biarlah si Tukang Ojek menyebut ku apa, aku tidak peduli.
Aku merasa, ini adalah perjalanan paling panjang dalam sejarah kehidupan ku. Karena perjalanan yang ditempuh dalam waktu lima menit terasa menjadi satu jam untukku.
Belum lagi kemacetan yang terjadi di jalan yang kami lalui. Karena lalu lintas saat ini sedang ramai-ramainya dengan kendaraan yang hilir mudik kesana kemari.
Tak terasa airmata ku kembali menetes, mengingat keadaan putra ku yang sedang terbaring lemah di Rumah Sakit. Ingin rasanya aku berlari menerobos kemacetan ini agar lebih cepat menuju Studio itu.
Setelah beberapa saat, akhirnya akupun kembali menginjakkan kakiku di Studio Pemotretan, tempat dimana aku pernah bekerja dulu.
"Pak, tunggu sebentar ya!" ucap ku kepada Tukang ojek,
"Ya, mbak!"
Beruntung sekali si Tukang Ojek bisa diajak kompromi. Kemudian aku segera berlari memasuki Studio itu. Namun sayang, para penjaga keamanan tidak memperbolehkan aku masuk.
"Anda mau kemana, Mbak?" tanya keamanan
"Saya ingin bertemu Tuan Alessandro!" ucap ku panik,
Bagaimana tidak panik, aku sudah sangat lama meninggalkan Fariz sendirian di Rumah Sakit. Dan sekarang para keamanan itu semakin memperlambat urusan ku.
"Anda sudah buat janji sama Tuan Alessandro?!"
Oh Astaga! Disaat nyawa anakku berada diujung tanduk, mereka masih mempertanyakan, apakah aku sudah membuat janji dengan lelaki itu?!
Aku tidak menjawab pertanyaan mereka, aku berlari dengan sangat cepat. Mereka mengejar ku layaknya aku seorang maling. Berteriak-teriak memerintahkan aku untuk berhenti. Berteriak lah sepuas hati kalian, aku tidak peduli.
Disini aku sebagai seorang Ibu! Yang memperjuangkan nyawa anakku.
Aku menaiki lift menuju lantai atas dimana ruangan Tuan Aley berada. Setibanya disana, aku kembali berlari menuju ruangannya.
Disaat aku memasuki ruangannya, semua mata tertuju padaku. Kulihat ada Mami Angel, Tuan Alessandro, Nona Sarra juga ada ditempat itu dan beberapa staff lainnya.
"Ge?!" Mami Angel membulatkan matanya ketika aku berada diruangan itu.
Aku tidak menjawab sapaan Mami, aku melangkah menuju Tuan Alessandro dan setelah aku berada dihadapan lelaki itu, aku bertekuk lutut padanya sambil menangis.
"Tolong aku, Tuan!" aku menangis sambil memegang celananya dan menengadah ke wajahnya.
Alessandro panik ketika melihat aku bertekuk lutut padanya. Dia berjongkok dan segera meraih tubuhku kemudian membangunkan ku tepat dihadapan nya. Dia menatap ku tajam,
"Ada apa, Ge?! Katakan!"
"Fariz... Anakku masuk kerumah sakit dan keadaannya sedang kritis. Dia butuh transfusi darah, dia butuh darah mu, Tuan!"
Aku menangis terisak saat itu, aku tidak peduli pendapat semua orang yang ada ditempat itu. Yang aku butuhkan hanya sedikit perhatian dari lelaki yang sedang berdiri dihadapan ku sekarang.
Tiba-tiba Nona Sarra menarik tubuhku dengan emosi berapi-api.
"Apa maksudmu?! Kenapa kamu meminta AL mendonorkan darahnya untuk anakmu? Bukankah dia punya Ayah, kenapa tidak meminta kepada Ayahnya, Michael?!"
Ingin sekali aku berteriak kalau sebenarnya Tuan Alessandro lah Ayahnya, bagaimana bisa aku meminta kepada Michael, yang memang bukan siapa-siapanya anakku.
"Jawab aku, Ge?!" Nona Sarra berteriak padaku sambil menggoyangkan tubuhku yang sudah lemah ini.
"Karena mereka adalah anak-anakku!!" sahut Tuan Alessandro dengan wajah tertunduk,
Aku langsung menatap Tuan Alessandro, aku tidak percaya dengan apa yang kudengar. Dia mengakui anak-anakku adalah miliknya. Dia mengakuinya dihadapan semua orang yang ada ditempat itu.
"APA?! Tidak! Ini tidak mungkin! Kamu pasti berbohong, kan?!" Nona Sarra histeris sambil mencengkeram lengan kekar Tuan Alessandro.
"Aku tidak berbohong, mereka adalah anak-anakku!" sahutnya sambil menatap Nona Sarra.
Nona Sarra meradang, dia benar-benar emosi saat ini. Dia menatapku dan Tuan Alessandro dengan penuh kebencian.
Mami Angel mendekati ku, merengkuh tubuhku sambil mengelus lembut kedua pundak ku untuk memberikan semangat.
"Tuan Alessandro, ku mohon ikutlah dengan ku ke Rumah Sakit dan lihat lah sebentar keadaan Fariz!"
Aku mendekatinya sambil terus memohon kepadanya. Namun Nona Sarra mendorong ku hingga aku terjengkang di lantai.
"Tidak! Aku tidak mengizinkannya! Sekarang kau pergi dari sini! Aku bilang pergi!!!"
Nona Sarra berteriak mengusir ku. Tepat disaat itu para keamanan yang tadi mengejar ku, tiba diruangan Tuan Alessandro.
"Kebetulan sekali! Keamanan seret wanita ini! Dia sudah mengganggu Tuan Alessandro!!!" ucapnya
"Tidak! Tidak! Aku mohon... Tuan Alessandro, selamat kan nyawa anakku, aku mohon..."
Aku benar-benar diseret oleh kedua keamanan yang tadi mengejar ku. Sebelum mereka menyeret ku, aku sempat melihat Tuan Alessandro ingin mengejar ku namun Nona Sarra mengancamnya,
"Jika kamu pergi membantu wanita itu, aku berjanji aku akan menuntut cerai dan ku sebar luaskan berita mu dengan mantan asisten mu yang ternyata punya hubungan gelap dan menghasilkan sepasang anak kembar!!!"
Setelah itu aku tidak tahu bagaimana reaksi Tuan Alessandro, aku sudah diseret jauh oleh para keamanan itu.
Sekarang aku pasrah menerima keadaan ku. Aku melangkah gontai dengan kedua tangan ditarik oleh kedua keamanan itu. Airmata ku tidak hentinya keluar, aku pesimis anakku akan bertahan. Aku yakin Tuan Alessandro akan memilih Nona Sarra dan karier nya sebagai seorang Super Model Ternama.
***