NovelToon NovelToon
Basmara

Basmara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa
Popularitas:126
Nilai: 5
Nama Author: keisar

Basmara, dalam bahasa sansekerta yang berarti cinta dan tertarik. Seperti Irma Nurairini di mata Gervasius Andara Germanota, sebagai siswa anak kelas 11 yang terkenal Playboy menjadi sebuah keajaiban dimana ia bisa tertarik dan penuh kecintaan.

Namun apalah daya, untuk pertama kalinya Andra kalah dalam mendapatkan hati seseorang, Irma sudah ada kekasih, Andrew, seorang ketua OSIS yang terkenal sempurna, pintar, kaya, dan berbakat dalam non akademi.

Saat terpuruk, Andra mendapat fakta, bahwa Irma menjalani hubungan itu tanpa kemauannya sendiri. Andra bangkit dan memerjuangkan Irma agar sang kakak kelas dapat bahagia kembali.

Apakah Andra berhasil memerjuangkan Irma atau malah perjuangan ini sia-sia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keisar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 2: Janeth?

Kini seorang siswi dengan rambut hitam sebahu, siswi bernama Irma itu menggandeng tangan kekasihnya, mereka berjalan menuju kelas Irma.

Didepan pintu kelas, terlihat tiga orang siswi menunggu, salah satunya, siswi berkulit eksotis tersenyum seperti menggoda Irma. "Cielah, mentang-mentang udah jadian, dianter sampe kelas."

"Apaan sih Le!" kesal Irma pada Lea, sahabatnya itu selalu saja membuatnya tersipu malu.

"Namanya juga pacar, masa nggak dianter sampe ke kelasnya?" sahut Andrew, kekasih Irma itu tersenyum, netra biru lautnya itu menatap wajah manis Irma. "Aku ke kelas ya."

"Iya," Irma tersenyum manis. "Semangat belajarnya ya."

Andrew mengangguk dan berjalan menuju kelasnya yang berbeda 3 kelas dari kelas Irma, menyembunyikan wajahnya yang memerah.

Irma mendengus kesal melihat tatapan mengejek dari teman-temannya. "Udah-udah, jangan kayak gitu. Eh btw, si Eca kemana?"

"Biasa bucin," sahut Leona, tak lama telunjuk lentiknya menunjuk ke belakang Irma. "Tuh anaknya, panjang umur."

Irma berbalik badan, terlihat Eca, siswi dengan wajah imut dilengkapi rambut kuncir dua, dari caranya berjalan dan senyumannya di wajahnya, terlihat sedang bahagia.

"Buset Ca, bahagia banget keliatannya, kenapa dah?" tanya Naya.

Eca terkekeh, ia mengeluarkan sebuah gantungan kunci, terlihat dirinya sedang menyandarkan kepalanya ke pundak sang kekasih, Bagas dalam bentuk gambar chubby. "Liat! Lucu kan?"

"Iya Ca," ucap mereka serempak.

"Eh Ma, katanya lu pacaran sama ketos, si Andrew, itu beneran?" tanya Eca.

"Iyalah! Makanya, jangan bucin mulu, liat grup kita, oon," Lea menoyor kepala Eca.

"Kasian dong si Andra," ucap Eca dengan raut wajah sedih. "Perjuangannya selama ini sia-sia."

Lea memutar bola matanya malas. "Yaelah Ca, palingan selama ini, si Andra ngelakuin karena kalah taruhan sama temen-temennya."

"Udah ayo masuk, males gua ngomongin Andra," ajak Naya, mereka berlima pun masuk ke kelas.

...............

Kini jam istirahat pertama, Andra dkk sedang bermain basket di gedung olahraga, sedangkan Debrong hanya melihat di pinggir.

Debrong mendengus kesal. "Hei! Kalian lama kali, udah lapar aku!"

Mereka pun akhirnya berhenti bermain, karena 15 menit lagi jam istirahat akan berakhir, berbeda dengan teman-temannya yang langsung minum, Andra hanya duduk dan menatap kosong ke depan.

"Dra, ayo ke kantin," ajak Farel, membuyarkan lamunannya.

Andra tersenyum kecil. "Kalian duluan aja, gua mau disini bentar."

Farel menepuk pundak Andra dan berbisik tepat di dekat telinganya. "Gua tau kesedihan lu, tapi jangan terlalu larut, gua merasa gagal jadi sahabat kalo lu gini terus."

Andra mengangguk. "Iya Rel."

Sahabat-sahabatnya berjalan meninggalkan Andra sendirian di gedung olahraga, karena mereka tahu, Andra sedang ingin sendiri.

Setelah memastikan mereka semua pergi, Andra pun tersenyum getir. "Lucu banget gua dah, gara-gara cewek doang, rasa sedihnya sama kayak waktu papa meninggal."

Andra menunduk ke lantai lapangan, mengingat kembali perjuangannya demi mendapat hati Irma, mulai dari menggombalinya, mengasih bunga, bahkan menolongnya dari godaan preman, tapi Irma tampak tak luluh, ia malah mengembalikan atau membalas kebaikan Andra dengan wajah datar.

"Hai," suara seorang perempuan terdengar lembut menyapa, Andra menengok terlihat siswi dengan rok abu-abu panjang, dan atasan putih lengan pendek.

Siswi itu menyibak rambut hitam sebahunya itu ke kebelakang telinganya dan menghadap Andra, membuat mereka saling bertatapan, dan Andra bisa melihat lebih jelas wajah siswi itu, kulitnya sawo matang, dari sorot matanya tampak dingin.

Siswi itu tampak tak kuat bertatapan dengan Andra lebih lama, akhirnya ia duluan yang memutus aksi tatap-tatapan itu. "Tumben sendirian, biasanya sama sahabat-sahabat lu."

"Iya nih, entah kenapa, sekarang gua mau sendiri dulu," jawab Andra. "Btw kita belum kenalan, gua Andra, kalo lu."

Siswi itu menatap Andra dan tersenyum manis. "Janeth."

Janeth kembali mengalihkan pandangannya setelah mereka bertatapan cukup lama. "Lu pasti sedih ya gara-gara Irma udah punya pacar."

"Kok lu bisa tau?" tanya Andra.

"Iyalah, kan satu sekolah ini tau kalo lu selalu ngejar-ngejar dia, dan pasti, kalo Irma punya pacar, lu pasti sedih kayak sekarang," jawab Janeth.

"Bener juga..." Andra menggantungkan ucapannya. "Menurut lu, gua tolol nggak? Gua merasa tolol, gara-gara satu orang, gua jadi nggak peduliin orang lain."

"Nggak kok, menurut gua lu keren, berani mengejar dan nunjukin kalo lu cinta sama dia, dibandingin gua, yang selama ini cuman bisa mengagumi dari jauh," ucap Janeth, sorot matanya, susah diartikan.

Andra menatap Janeth sejenak. "Gua gak tau siapa yang lu suka, tapi coba aja, gak ada noda, gak belajar."

Janeth mengulum bibirnya. "Eum, nanti malem lu free nggak? Kalo lu mau, gua pengen ajak lu jalan-jalan, siapa tau ini bisa nyenengin lu."

Andra melipat kedua tangan di dada dan terdiam sejenak. "Hmm... boleh."

Janeth tersenyum, memperlihatkan gigi putihnya serta lesung pipi yang tidak begitu jelas. "Kalo gitu, gua boleh minta nomor lu?"

Andra mengangguk, ia memberikan telapak tangan, seolah meminta ponsel Janeth, dan Janeth dengan sigap mengeluarkan barang pipih itu dari rok abu-abu panjangnya. "Nih," Andra mengembalikan ponsel Janeth setelah mengisi nomornya.

"Thanks," Janeth menaruh ponselnya kembali ke kantong roknya. "Mau ke kantin? Kalo mau sekalian sama gua."

Andra mengangguk, mereka pun keluar dari gedung olahraga menuju kantin yang memang cukup dekat.

........

Kantin

Baru saja Andra menaruh pantatnya di kursi, langsung mendapat tatapan penuh tanda tanya dari sahabat-sahabatnya, namun ia tidak peduli dan makan dengan hikmat.

"Kok lu bisa bareng kak Janeth?" tanya Indra sembari makan.

"Kak? Dia kakak kelas?" bingung Andra, karena memang Janeth bilang kalau ia kakak kelasnya.

"Lah emang, dia kan ketua tim basket cewek, iya nggak Gas?" tanya Farel pada Bagas yang makan di sampingnya.

Indra menepuk tangan ke tengah meja, membuat sahabat-sahabatnya menatapnya. "Jawab pertanyaan sama gua AnJing."

"Dia nyamperin gua di gedung olga, setelah tukeran nomor, dia ngajak ke kantin bareng," jawab Andra.

"Eh penasaran kali aku, bukannya kak Janeth itu sebelas dua belas sama Bagas, tapi kali ini aku liat auranya cerah kali," ucap Debrong.

"Dia kayaknya suka sama lu nggak sih?" tebak Farel dan hanya disahuti angkat bahu oleh Andra. "Lu lupa Dra? Kan kalo kita nyamperin Bagas latihan basket, dia pasti ngelirik kita."

"Menurut kau gimana gas, ada nggak dia cerita sesuatu sama kau?" tanya Debrong.

Bagas terdiam sejenak, seperti berpikir sesuatu. "Mungkin," Bagas kembali makan.

“Mungkin? Omaygat apakah ‘mungkin’ sudah masuk dalam kamus Kanjeng Raden Bagaskoro Diponegoro?” ledek Indra, wajar karena saudara tirinya itu baru pertama kalinya mengucapkan kata mungkin seumur hidupnya.

Bagas memutar bola matanya malas. “Dia nggak pernah cerita apa-apa.”

Indra melirik ke Mora yang sedari tadi dengan damai menyantap nasi gorengnya. "Lu nimbrung napa mor!"

Mora hanya meliriknya. "Gua gak tau siapa si Janeth itu, ngapain gua nimbrung."

"Makanya, hidup lu jangan lempeng-lempeng banget, kalo nggak belajar, makan, boker, mabok, seks bebas, perbarui dikit napa," ucap Indra.

"Astaghfirullah!" ucap Andra heboh. "Susah emang Islam cuman di kartu keluarga."

Farel terkekeh. "Nah gini dong, jangan ga—"

Brak!

Andra menggebrak meja, tatapannya tajam, wajahnya memerah, menandakan ia sedang kesal. "Bangsat," lirihnya.

Mereka langsung menoleh kearah yang di tatap Andra, terlihatlah Irma dan Andrew, mereka duduk bersebelahan, Irma memeluk tangan Andrew, nampaknya siswi itu sudah selesai makan dan menunggu kekasihnya itu.

"Kau masih cinta ya sama kak Irma," bisik Debrong. "Perjuangan kan lagi, karena selama jalur kuning melengkung dan para saksi bilang saksi."

"Walaupun tak pernah nunjukin, dia pasti ada sedikit rasa sama kau, seperti pepatah jawa, witing tresno jalaran suko kulino."

Andra menatap Debrong. "Kok lu dukung gua?"

"Taruhan aku, kalau kau masih suka dan ngejar kak Irma, bisa menang banyak," jawab Debrong.

"Babi kau!"

TBC

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!