"Aku mencintaimu, Hayeon-ah. Mungkin caraku mencintai salah, kacau, dan penuh racun. Tapi itu nyata." Jin Seung Jo.
PERINGATAN PEMBACA:
Cr. pic: Pinterest / X
⚠️ DISCLAIMER:
· KARYA MURNI SAYA SENDIRI. Cerita, karakter, alur, dan dialog adalah hasil kreasi orisinal saya. DILARANG KERAS mengcopy, menjiplak, atau menyalin seluruh maupun sebagian isi cerita tanpa izin.
· GENRE: Dark Romance, Psychological, Tragedy, Supernatural.
· INI BUKAN BXB (Boy Love). Ini adalah BxOC (Boy x Original Female Character).
· Pembaca diharapkan telah dewasa secara mental dan legal.
©isaalyn
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon isagoingon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Arwah yang Terus Berpapasan
Dipagi hari yang cerah, cahaya masuk lewat jendela perpustakaan. Di balik kilau megah perpustakaan yang memantulkan cahaya, dua jiwa terjebak dalam drama tanpa akhir—seolah-olah mereka terputus dari kedamaian yang seharusnya menjadi milik mereka.
Bayangan Sang Ratu Roti...
Hayeon, sosok yang paling sering terasa—seperti aroma vanilla dan mentega yang tiba-tiba mengisi udara, terutama saat sore menjelang. Di bekas dapur mansion yang sunyi dan ruang baca anak-anak, kehadirannya seolah menghidupkan kembali kenangan manis. Anak-anak bercerita tentang "Kakak Penjaga Buku" yang berwajah lembut, dengan mata bulat yang cerah, membantu mereka menemukan petualangan dalam lembaran cerita—lalu, secepat itu, dia menghilang.
Namun, ketenangan ini selalu terancam. Setiap kali aroma strawberry busuk dan bau besi tua—seperti bau darah—menyebar dari sudut mansion, Hayeon bergetar, matanya yang lembut seketika dipenuhi ketakutan. Dia terjebak dalam momen teror terakhirnya: terpeleset, rasa sakit yang menusuk, dan keputusasaan yang mencekam. Jeritan kesakitan yang terngiang di telinga pustakawan adalah gema dari masa lalu yang tak pernah pudar. Arwahnya terkurung dalam siklus trauma, tak mampu melarikan diri.
Amukan Sang Raja Mafia...
Seung Jo, di sisi lain, membawa kegelapan dan amarah yang lebih dalam. Dia sering kali terasa—seperti bayangan yang melintas—di bekas ruang kerjanya, di lorong menuju kamar Hayeon, dan terutama di dapur yang kini sunyi. Suara lemari buku yang jatuh, pintu yang membanting, dan amukan samar adalah manifestasi dari kemarahan yang tak kunjung padam.
Tapi amarah itu kini berbalik pada dirinya sendiri. Arwahnya terjebak dalam penyesalan dan rasa bersalah yang menyakitkan. Dia terus-menerus menyaksikan ulang saat-saat kejamnya: mendorong Hayeon, kata-kata tajam yang melukai, tatapan ketakutan di matanya.
Teriakan "SEMUANYA KARENA KAU!" yang terperangkap dalam alat EVP adalah jeritan batinnya, teriakan yang ditujukan pada dirinya sendiri.
Dia ingin mendekati Hayeon, ingin memohon maaf—tapi setiap kali dia mencoba, aura keputusasaan Hayeon mengusirnya. Kehadirannya justru menambah penderitaan Hayeon. Dia terkutuk untuk menyaksikan derita yang ditimbulkannya, tak berdaya untuk mengubah apa pun.
Sebuah Tarian Bayangan yang Tragis...
Mereka seperti dua kutub magnet yang saling menjauh. Seung Jo berusaha mencari penebusan, tetapi kehadirannya hanya memperburuk keadaan Hayeon, yang terperangkap dalam kenangan kelam. Hayeon, yang secara naluriah mencari kedamaian dan kehangatan—terwujud dalam interaksi dengan anak-anak dan aroma kue—terus dihantui oleh bayangan Seung Jo.
Mereka adalah hantu bagi satu sama lain, terkurung dalam mansion yang sama, mengulang bagian terburuk dari hidup dan kematian mereka, tak pernah bisa bertemu dengan damai, dan tak pernah bisa benar-benar berpisah.
Beberapa pengunjung yang peka kadang merasakan kesedihan tanpa sebab saat berada di perpustakaan itu. Itu adalah gema dari kesedihan abadi kedua arwah ini—sebuah kisah cinta yang beracun dan penyesalan yang dalam, energinya meresap ke dalam dinding batu mansion, menjadi bagian tak terpisahkan dari tempat itu.
Ada beberapa anak nangis ketakutan atau bahkan biasa saja, ada yang tidak mendengar, beberapa remaja yang cepat-cepat meminjam buku yang diinginkan dan berlari pulang, dan sebagainya.
Mereka bukan hantu yang menakut-nakuti orang hidup. Mereka hanya... tersesat. Terjebak selamanya dalam tarian bayangan mereka yang menyedihkan, menunggu keajaiban yang mungkin takkan pernah datang, untuk membebaskan mereka dari lingkaran siksaan yang mereka ciptakan sendiri.