Maheswara merasakan sesuatu yang berdiri di bagian bawah tubuhnya ketika bersentuhan dengan wanita berhijab itu. Setelah delapan tahun dia tidak merasakan sensasi kelaki-laki-annya itu bangun. Maheswara pun mencari tahu sosok wanita berhijab pemilik senyum meneduhkan itu. Dan kenyataan yang Maheswara temukan ternyata di luar dugaannya. Membongkar sebuah masa lalu yang kalem. Menyembuhkan sekaligus membangkitkan luka baru yang lebih menganga.
Sebuah sajadah akan menjadi saksi pergulatan batin seorang dengan masa lalu kelam, melawan suara-suara dari kepalanya sendiri, melawan penghakiman sesama, dan memenangkan pertandingan batin itu dengan mendengar suara merdu dari Bali sajadahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caeli20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 : Demi Mbah
Maheswara menyodorkan hp nya.
"Kita selfie ya. Biar jadi kenang-kenangan. Kamu yang pegang hp nya,"
Hana melirik jam tangannya. Pergantian jam sebentar lagi jadi dia tidak ada waktu untuk berbantah dengan Maheswara. Dia segera mengambil hp itu.
Direntangkan tangannya dan tersenyum ke kamera. Dua kali jepretan dan dia mengembalikan hp nya pada Maheswara,
"Simpan nomor mu dulu di situ. Biar fotonya aku kirim lewat chat," ujar Maheswara.
Buru-buru Hana mengetik nomor dan namanya.
"Aku sudah harus masuk kelas," Hana menyodorkan hp Maheswara.
Maheswara menerimanya dengan sumringah.
"Aku telpon begitu tiba di sana ya,"
Hana mengangguk lalu keluar dari mobil.
Maheswara menatap nama kontak yang sudah tersimpan itu dan mengganti nama kontaknya menjadi 'Calon Istriku emoticon hati putih dua'.
"Begini kan lebih romantis,"
**
"Saya berterima kasih atas bantuannya, Bu Nyai. Nanti kalau buku tamu itu sudah ditemukan hubungi saya. Ini nomor baru saja. Nomor lama sudah tidak dipakai lagi. Kami semua ganti nomor setelah peristiwa itu," Ratna menyodorkan kartu namanya.
"Baik, Bu Ratna. Setelah ini saya segera cari. Saya juga akan kumpulkan informasi dari beberapa orang. Insyaallah, dapat titik terangnya,"
"Amin ya rabbal alamin," ujar Ratna seraya membuka pintu mobilnya.
**
Maheswara menatap layar tv mobilnya untuk melihat nama kontak yang menelponnya. TV nya terhubung dengan hp nya.
Maheswara mengerlingkan matanya. Lalu menekan 'jawab'.
"Halo,"
"Halo, Mahes, kata Mama kamu pulang hari ini ya?,"
"Hmmm,"
"Nanti aku tunggu di rumah ya,"
"Hmmm,"
"Kira-kira jam berapa kamu tiba? Supaya aku bisa siap-siap. Aku mau ke salon dulu ganti warna rambut,"
"Belum tahu,"
"Ya sudah, nanti telpon aku ya begitu sudah tiba,"
Maheswara mengakhiri panggilan.
Dasar tidak tahu diri. Percaya dirimu terlalu tinggi. Kamu pikir setelah kamu membuangku aku akan menerima mu kembali, jangan mimpi. (Maheswara).
FLASHBACK ON
Anggita memundurkan tubuhnya menjauh Maheswara yang saat itu bertelanjang dada.
"Aku sudah bilang, aku benar-benar tidak bisa," ujar Maheswara.
"Tapi kata Mama dokter di rumah sakit Malaysia itu bisa mengobati mu," bantah Anggita memakai atasanya kembali setelah tadi sempat dia buka karena ingin bermesraan dengan Maheswara.
"Nyatanya apa. Tidak ada dokter yang dapat menyembuhkan ku. Kalau memang kamu mencintai ku, kamu harus menerima kenyataan ini,"
Anggita melongos,
"Mahes, pernikahan itu seumur hidup. Seandainya aku mau menikahi mu dengan keadaan seperti ini, maka aku akan siap tidak menerima nafkah batin seumur hidup,"
"Lalu harus bagaimana, Anggi? Segala cara sudah aku coba. Tetap tidak bisa. Kamu pikir mudah bagiku menerima kenyataan ini? Kamu tahu sendiri bagaimana keadaan ku sebelum sakit. Kamu ingin berapa ronde pun aku ladeni. Tapi, ini aku yang sekarang,"
Anggita menggeleng,
"Tidak.. Tidak mungkin aku harus menderita seumur hidup, Mahes. Kita lebih baik mengakhiri dari sekarang daripada aku harus menderita seumur hidup,"
"Jadi, kau menyerah, Anggi? Kau menyerah terhadap keadaanku?,"
"Mau tidak mau, Mahes. Dan kamu pikir, ada wanita yang akan menerima keadaan mu ini? Tidak ada, tidak akan ada. Seks itu termasuk kebutuhan utama dalam rumah tangga,"
"Jadi kau melupakan semuanya, kenangan kita, masa-masa yang kita lalui bertahun-tahun, semua yang sudah aku berikan padamu, termasuk apartemen ini, hanya karena kelaki-laki-an ku tidak berfungsi lagi, iya?,"
"Jangan buat seolah-olah aku yang salah, Mahes. Kamu yang tidak mampu, terus aku yang disalahkan. Aku mau istirahat, lebih baik kamu pergi,"
Maheswara tersenyum getir. Maheswara mengambil kemejanya mengenakannya kembali. Dia meraih hp dan kunci mobilnya. Pergi dari apartemen itu.
Pertemuan itu menjadi pertemuan terakhir mereka berdua hingga Anggita mengirim undangan pertunangan nya pada Maheswara.
**
Ratna kembali melajukan mobilnya meninggalkan pesantren itu. Ada sedikit rasa lega di hatinya karena dia sudah berani mengungkap kan peristiwa itu pada Bu Nyai.
Ratna meratapi keegoisan nya saat itu ketika melarang Hana untuk melaporkan peristiwa itu pada Bu Nyai.
FLASHBACK ON
Ratna baru saja keluar dari ruang studio radio yang mengundangnya.
Dia baru saja akan mengatur nada deringnya ketika panggilan dari suaminya masuk.
"Assalamualaikum, Ayah,"
"Bunda dimana? Dari tadi ayah menelpon,"
"Baru selesai wawancara radio, kenapa ayah?,"
"Ayah di pesantren. Menjemput Hana,"
"Tadi dia menelpon bunda tapi lagi simposium. Dia juga minta dijemput tapi hari ini jadwal bunda padat,"
"Hana diperkosa orang, Bunda,"
"Hah? Apa Ayah? Bagaimana?,"
"Semalam Hana diperkosa,"
Ratna Dewi seperti disambar petir. Lututnya langsung lemas. Dadanya sesak. Semua perkataan suaminya sudah tak terdengar lagi di telinganya. Dia mencoba bertahan agar tidak pingsan dengan menyadarkan tubuhnya ke mobil lalu berusaha membuka pintu mobil.
Butuh beberapa menit bagi Ratna Dewi untuk bisa mengembalikan pikirannya,
"Bagaimana keadaan, Hana?," tanya Ratna disertai isakan.
"Dia mengunci dirinya di kamar. Dia berusaha tidak menangis kuat-kuat karena malu jika ada yang tahu. Dia sudah dengan ayah dalam mobil,"
"Bu Nyai tahu?,"
"Bu Nyai sedang keluar belanja bulanan dari pagi. Hana tidak berani cerita ke pengajar yang lain,"
Ratna berpikir sejenak,
"Ayah, apa kita akan lapor polisi?,"
"Ayah akan ke kantor polisi sekarang dan membawa Hana untuk divisum di rumah sakit terdekat,"
"Tapi Mbah-nya Hana sedang berjuang di rumah sakit. Kalau dia tahu Hana diperkosa dia akan syok berat. Hana itu cucu andalannya,"
"Jadi menurut Bunda kita akan biarkan laki-laki jahanam itu bebas?,"
"Bukan begitu, Ayah. Tapi bagaimana keadaan Mbah kalau tahu. Ayah dokter, ayah pasti tahu efeknya bagi Mbah. Lagipula, pesantren bisa-bisa ditutup kalau orang-orang tahu peristiwa itu. Mumpung belum ada yang tahu, ayah bawa Hana kembali ke rumah. Kita selesaikan di sini,"
Dokter Farid sangat tahu watak istrinya yang keras dan sulit dibantah. Jadi percuma saja dia berdebat.
Dokter Farid melirik Hana yang duduk di sampingnya,
"Hana, tenang dulu sayang. Hana sudah aman. Hana sudah dengan ayah," dokter Farid memegang tangan Hana yang gemetaran.
psikologi mix religi💪