NovelToon NovelToon
Anak Pembawa Berkat

Anak Pembawa Berkat

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Wanita / Cintapertama
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rachel Imelda

Gracia Natahania seorang gadis cantik berusia 17 tahun memiliki tinggi badan 160cm, berkulit putih, berambut hitam lurus sepinggang. Lahir dalam keluarga sederhana di sebuah desa yang asri jauh dari keramaian kota. Bertekad untuk bisa membahagiakan kedua orang tua dan kedua orang adiknya. Karena itu segala daya upaya ia lakukan untuk bisa mewujudkan mimpinya itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rachel Imelda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lebih Dari Lotre

Cia tahu, Akari sedang menyinggung urusan hatinya. "Iya, aku janji."

"Bagus." Akari mengangguk pelan. "Fokus. Disini, nilai dan jaringanmu adalah segalanya. Setelah kamu mapan secara akademis, baru kamu bisa memikirkan hal lain."

Setelah makan siang, Akari mengajak Cia berkeliling, mereka menemukan ruang loker, photocopy center dan perpustakaan yang lebih kecil di gedung 19. Cia mulai merasa bahwa kampus yang tadinya seperti labirin, kini perlahan mulai terasa familiar.

Malam itu Cia tidak kembali ke asramanya sendirian. Setelah makan siang, ia mengajak Akari ke Waseda International Student Residence, dan Akari setuju untuk membantunya di sana. Kamar asramanya Cia yang mungil, mendadak terasa hangat dengan kehadiran seorang teman. Mereka duduk di lantai beralaskan dua selimut tipis yang dibeli Cia, dikelilingi buku-buku tebal.

"Jadi intinya, sistem politik Jepang menggunakan model Parlementer, berbeda dengan Indonesia yang presidential, tapi keduanya menghadapi tantangan yang mirip dalam desentralisasi kekuasaan," Akari menjelaskan dengan sabar, menunjuk pada diagram yang dia buat di buku catatan Cia.

Cia mengangguk, matanya kini lebih fokus. "Oh, aku mengerti. Jadi ketika Profesor Tanaka menyebut tentang (Diet) parlemen Jepang, Dia membandingkan denga Dewan Perwakilan Rakyat kita, bukan sekedar makanan diet."

Akari tertawa kecil, suara tawanya yang halus seperti dentingan lonceng angin.

"Benar sekali, Cia-san. Kamu hanya perlu menyesuaikan kosakata kata. Jangan takut. Bahasa Akademik itu seperti bahasa baru lagi."

Mereka belajar selama hampir tiga jam. Awalnya, Cia merasa otaknya beku, frustrasi karena merasa bodoh. Tetapi berkat kesabaran Akari, perlahan kabut di kepalanya mulai sirna. Logika politik dan ekonomi yang rumit mulai terurai menjadi konsep yang dapat dipahami.

Saat Cia berhasil menjelaskan kembali salah satu konsep Komparatif tanpa bantuan catatan, senyum lebar terukir di wajahnya. Itu adalah senyum yang jauh lebih tulus dari senyum bangga saat mendapatkan Misso Ramen. Ini adalah senyum pencapaian akademis.

"Aku berhasil, Akari-san! Aku mengerti!" Seru Cia, nadanya penuh sukacita, tanpa sadar mengepalkan tangannya di udara.

Akari tersenyum, menutup buku catatannya,."Tentu saja kamu bisa, Cua -san. Aku tahu kamu pintar. Kamu cuma butuh teman untuk menjelaskan petanya. Ini adalah Hanabi (kembang api) pertamamu di Waseda. Kamu sudah menancapkan akarmu, sekarang kamu sudah mulai berbunga."

"Terima kasih banyak, Akari-san. Kalau bukan karena kamu, aku mungkin sudah nangis di pojokan." kata Cia tulus.

"Kamu benar-benar malaikat penolongmu. Aku merasa lega sekali. Beban yang tadi pagi kurasakan, sekarang hilang."

"Tidak perlu berlebihan. Kita adalah teman. Sekarang, mari kita rayakan kemenangan kecil ini. Aku lapar, dan aku dengar ada kedai okonomiyaki yang enak di dekat sini." ajak Akari.

"Aku ikut," jawab Cia bersemangat.

Malam itu Akari dan Cia menghabiskan waktu dengan tawa dan obrolan ringan di kedai okonomiyaki yang ramai. Untuk pertama kalinya sejak tiba di Tokyo, Cia benar-benar melupakan sejenak tentang Juna, tentang Dani dan tentang kerinduannya pada rumah. Ia hanya fokus pada kegembiraan sederhana mendapatkan seorang teman baik dan meraih kemajuan dalam studinya.

"Urusan hati bisa menunggu," batin Cia, sambil menyesap ocha hangatnya. "Aku datang ke sini untuk hal ini. Dan aku akan berhasil."

Tiga hari kemudian....

Dani duduk.dengan angkuh di kursi kelas satu pesawat Garuda Indonesia, mengenakan kemeja sutra mahal, dan kacamata mata hitam yang tidak perlu di dalam kabin. Di sebelahnya Nyonya Sinta tampak sibuk menyesap sampanye.

"Lihatlah ini, Dani. Inilah yang namanya berkelas. Sebentar lagi kamu akan tiba di Tokyo, sebagai seorang pengusaha muda yang sukses," bisik Nyonya Sinta, suaranya sesikit bangga.

Dani tersenyum penuh kemenangan. Wawancara Visa yaang membosankan berhasil dilewatinya berkat persiapan matang dari agen perjalanan.. Dia bahkan berhasil menghafal nama perusahaan Nippon Kaihafsu dengan benar, meskipun ia sama.sekali.tidak tahu apa bisnis perusahaan itu.

"Tentu saja bu. Cia pasti kaget melihatku. Dia pasti berpikir aku hanya pemuda desa. Aku akan menunjukkan padanya bahwa aku bisa menyusulnya, bahkan dengan cara yang lebih keren," kata Dani penuh percaya diri, membayangkan adegan reuni romantis yang sudah ia susun di kepalanya. Dia sama sekali tidak memikirkan cara bagaimana menemukan Cia di kota sebesar Tokyo, atau apa yang dia lakukan setelah berhasil 'menjemput' gadis itu. Yang penting dia sudah bergerak.

Di tangannya, ia memegang selembar alamat; Waseda International Student Residence. Informasi itu dia.dapatkan dari Rina dengan sedikit paksaan.

"Tokyo, tunggu kedatanganku pangeranmu," bisik Dani pada dirinya sendiri, menyandarkan kepalanya dengan angkuh.

Sementara Dani melayang di ibaratnya, Juna menekan tombol 'simpan' pada file desainnya. Di layar laptopnya terpampang gambar render 3D sebuah rumah bergaya modern tropis yang elegan, lengkap dengan taman dalam yang luas dan studio seni yang cerah.

Juna telah selesai. Desain Rumah Matahari Terbit itu selesai tepat pada hari ketiga sejak Cia memintanya menunggu.

Dia memandang ponselnya. Belum ada notifikasi. Cia masih memiliki empat hari lagi sebelum batas waktu seminggu yang dia minta.

Juna menghela napas. Dia sudah berjanji pada Papanya untuk fokus, dan ia telah membuktikannya. Namun, kini setelah proyek pentingnya selesai, kekhawatiran itu kembali merayap.

Aku harus mengirimnya pesan," gumam Juna. "Bukan untuk menanyakan jawaban, tetapi hanya untuk memastikan dia baik-baik saja.

Dia mengambil ponselnya, jarinya ragu di atas aplikasi pesan. Dia mengetik, menghapus, mengetik lagi.

Akhirnya, dia mengirim pesan yang singkat:

"Semoga hari pertamamu di kampus lancar, Sayang. Aku percaya kamu pasti bisa. Jangan lupa makan."

Juna meletakkan ponselnya, jantungnya kembali berdebar. Dia tahu itu bukan pesan yang profesional, melainkan pengakuan rindu yang terselubung.

Di Tokyo, saat pesawat Juna masuk, Cia sedang berdiri di depan mesin cuci koin asrama, mengawasi putaran pakaiannya. Sudah jamnya 09.00 malam, dan ia baru saja selesai mempersiapkan tugas kecil untuk kelasnya besok.

Ponselnya bergetar, Cia mengambilnya dengan enggan, tujuannya adalah mematikan notifikasi agar ia bisa tidur nyenyak.

Namun ketika ia melihat nama Juna, darahnya berdesir.

Ia membaca pesan itu. Jantungnya, yang baru saja ia yakinkan untuk fokus pada studinya, kembali berdebar kencang. Kata "Sayang" itu selalu berhasil membuat jantungnya olah raga.

"Ya ampun, Tuhan. Kenapa dengan jantungku? Rasanya dia sedang berolahraga di dalam sana." bisik Cia.

Cia menatap layar ponselnya. Ia merasakan kehangatan di dadanya. Itu adalah dukungan yang tulus, bukan paksaan. Dukungan dari seseorang yang berjarak ribuan kilometer, namun terasa sangat dekat.

Ia teringat pada janjinya pada dirinya sendiri: Fokus pada masa depan.

Namun ia juga tahu, ia tidak bisa mengabaikan kebaikan dan ketulusan Juna. Ia tidak perlu menunggu seminggu penuh untuk memberikan sedikit kepastian.

Cia membalas, mengetik dengan cepat. Tangannya gemetar:

"Makasih ya, Mas. Hari pertamaku lancar. Aku sudah janji pada diriku sendiri untuk fokus kuliah. Tapi aku juga sudah janji untuk memikirkan jawaban untuk Mas Juna dengan baik. Aku akan kabari Mas segera. Jangan khawatirkan aku, ya. Aku baik-baik saja."

Cua menekan kirim, lalu mematikan segera mematikan ponselnya dan kembali fokus pada mesin cuci yang berputar.

Ia baru saja mengambil langkah kecil yang sangat besar. Ia belum menerima atau menolak, tetapi ia telah memberikan harapan- harapan yang cukup untuk membuat Juna di Indonesia segera melompat dari kursinya.

Di Indonesia...

Juna sedang menyiapkan secangkir kopi di dapurnya, ketika ponselnya bergetar di meja. Dia nyaris menjatuhkan cangkir saat melihat notifikasi dari Cia.

Dia membaca pesan itu, "Aku juga sudah janji untuk memikirkan jawaban untuk Mas Juna dengan baik."

Wajah Juna langsung bersinar. Senyumnya begitu lebar hingga nyaris membuat rahangnya kaku. Bukan, itu bukan jawaban ya, tapi itu adalah konfirmasi bahwa dia masih ada di pikirannya, bahwa dia serius.

" Dia baik-baik saja. Dia sudah di Waseda." Juna bergumam penuh sukacita. Seperti mendapatkan kontrak multi-miliar.

Ia segera membalas.

"Oke, Aku akan menunggu. Fokus dulu sama kuliahmu. Aku akan dukung kamu dari sini sayang. Aku akan selalu ada di sini untuk menunggumu."

Setelah mengirim pesan itu, Juna tidak bisa menahan diri. Dia melompat kegirangan, berputar-putar di dapur sampai Mbok Lia, yang sedang menyapu, menatapnya aneh.

"Mas Juna kenapa? Kayak dapat lotre?" tanya Mbok Lia heran.

"Lebih dari Lotre, Mbok. Juna dapat lampu hijau!" Seru Juna sambil tertawa bahagia. "Aku akan tunggu dia, Mbok. Aku harus bekerja keras sekarang."

Mbok Lia cuma bengong melihat kelakuan anak majikannya. Kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya.

Juna kembali ke ruang kerjanya dengan penuh semangat. Dia tidak lagi merasa muram. Ia sekarang memiliki dua hal yang ia yakini: Cintanya pada Cia dan Karya arsitekturnya yang ambisius. Dia akan menyiapkan segalanya untuk hari Cia kembali nanti.

Bersambung....

1
Afifah Aliana
lanjutkan semangat tor
Professor Ochanomizu
Asik banget!
Rachel Imelda: Makasih....
total 1 replies
Rachel Imelda
Makasih loh🙏. Sabar ya...
AteneaRU.
Gua setia nungguin update lo, thor! jangan bikin gua kecewa 😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!