"Tolong mas, jelaskan padaku tentang apa yang kamu lakukan tadi pada Sophi!" Renata berdiri menatap Fauzan dengan sorot dingin dan menuntut. Dadanya bergemuruh ngilu, saat sekelebat bayangan suaminya yang tengah memeluk Sophi dari belakang dengan mesra kembali menari-nari di kepalanya.
"Baiklah kalau tidak mau bicara, biar aku saja yang mencari tahu dengan caraku sendiri!" Seru Renata dengan sorot mata dingin. Keterdiaman Fauzan adalah sebuah jawaban, kalau antara suaminya dengan Sophia ada sesuatu yang telah terjadi tanpa sepengetahuannya.
Apa yang telah terjadi antara Fauzan dan Sophia?
Ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝐈𝐩𝐞𝐫'𝐒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 29
Adzan subuh berkumandang Renata mengerjap melihat ke sekeliling kamar dengan kedua alis yang saling bertautan. Seingatnya ia pulang kerja ah. Mas, ia menoleh samping seketika wajahnya langsung membentur dada Fauzan yang tak terbungkus apapun.
Sebagian permukaan kulitnya terasa dingin tersapu udara yang berasal dari pendingin ruangan. Baru sadar kalau dirinya tak mengenakan pakaian, Bajuku dimana? Perlahan Renata turun dari tempat tidur bersaman dengan perutnya yang keroncongan lapar. Kegilaan Fauzan membuatnya melewatkan makan malam namun ia bahagia, pikirannya yang selalu menduga-duga dipatahkan langsung Fauzan yang membuktikan kalau laki-laki itu sangat mencintai dan menginginkannya.
.
.
.
"Sayang kerjanya mas yang antar jemput, mas ke kantor cuma sebentar buat laporan saja." Fauzan menduduki kursi kemudian menyesap kopinya yang masih mengepulkan uap panas.
"Iya kah?" Renata menatap Fauzan, binar bahagia terpancar jelas di wajahnya. "Besok gimana? Mm apa masih libur?" Tanya nya penasaran, ada harapan yang terpancar dalam sorot matanya.
"Besok juga iya, makanya mas berharap kamu besok libur juga dan kita bisa liburan."
"Serius mas?" Renata mencondongkan tubuh memastikan yang ia dengar adalah kebenaran. Dan ternyata Fauzan menganggukkan kepala dengan sambil menaikkan kedua alisnya.
"Yeay! Sabtu minggu aku libur dan Seninnya libur lepas." Renata membuka ponsel yang sedari tadi hanya tergeletak di atas meja makan lalu ia memeriksa jadwal liburnya buat memastikan. "Mm.. Mas masih ingat janji kemarin kan?"
"Janji apa?" Fauzan menghentikan kunyahan nya menatap Renata.
"Janji yang mau ke Solo, gimana kalau nanti malam saja sepulang aku kerja biar disana bisa tiga hari. Minggu sore baru pulang kesini." Renata kembali menatap Fauzan, berharap suaminya itu akan menyetujuinya.
"Nanti sore naik apa?"
"Kereta saja, buat mengenang masa-masa pacaran kita."
"Besok pagi saja, kita naik pesawat. Kalau berangkat nanti sore kita pasti terburu-buru, kita harus belanja dulu buat oleh-oleh." Pungkas Fauzan memutuskan untuk berangkat besok pagi. "Mas nanti nyari penerbangan sebelum jam sembilan pagi ya."
Renata menganggukkan kepala, sarapan yang diselingi obrolan membuat waktu tak terasa berputar dengan cepat hingga ia harus segera siap-siap berangkat bekerja.
.
.
.
Matahari mulai tenggelam saat Sony sampai di kediamannya, pria yang berstatus duda itu melangkahkan kakinya memasuki rumah seraya mengucap salam. Namun tak ada sahutan sama sekali, hanya suara percakapan dari arah dapur yang masuk ke pendengarannya. Tak ada raut penasaran karena ia sudah bisa menebaknya dari kabar yang di sampaikan sang mama tadi malam Clara dan tante Ambar.
"Papiii!!" Lengkingan suara Mentari menghentikan langkah Sony, pun dengan para perempuan yang tengah sibuk meracik makanan seketika mengalihkan perhatiannya.
"Hai, i Miss you so much!" Dokter Sony mengangkat tubuh Mentari lalu men-ciumnya penuh kasih. Lelah yang merongrong seketika menguap kala tangan mungil itu mendekap erat lehernya.
"Son, baru pulang?"
"Mas!"
Clara dan Ambar menghampiri Sony bersamaan dengan Embun yang baru pulang dari les renangnya. "Pi, Assalamualaikum." Dengan cepat remaja dua belas tahun itu mengalihkan perhatian sang papi dari jabat tangan Clara yg hendak melakukan cipika-cipiki.
Meski terlihat tidak nyaman dengan sikap Embun, namun dengan cepat Clara melempar senyum manisnya. "Eh ini Embun ya? Masih ingat enggak sama aunty?" Ucapnya seraya mengusap punggung Embun.
"Kak salim dulu sama aunty Clara nak." Sony mengarahkan Embun dengan anggukan kepala. Tanpa berucap sedikitpun Embun langsung mengikuti perintah sang papi mencium tangan Clara dan Ambar bergantian berakhir pada sang Oma.
"Pi, aku ada tugas dari sekolah. Bisa enggak papi temenin aku soalnya belum paham." Ujarnya dengan tatapan lurus pada Sony seolah tak melihat orang-orang yang berdiri di sekelilingnya.
"Ayo! Tapi papi ke kamar dulu sebentar, okay!"
"Mas! Aku bikin sup asparagus kepiting, cobain dulu takutnya enggak cocok sama selera mas."
"Iya Cla, nanti saja." Sony melangkah mengikuti Embun dengan Mentari yang berada dalam gendongannya diikuti tatapan Clara yang seketika raut wajahnya berubah.
hahaha ketawa jahat
emang makin agak agak ini bumer satu ini😤😤
biar neng Rena bisa punya alasan kalau mau pisah sama Fauzan 🤩🤩🤩🤩