Azura Claire Morea, seorang dokter muda yang terpaksa membuat suatu kesepakatan bersama seseorang yang masih berstatus pria beristri.
Ya, dia Regan Adiaksa Putro, seorang kapten TNI AD. demi kesembuhan dan pengobatan sang ibu Azura terpaksa menerima tawaran sang kapten sebagai istri simpanan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penapianoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIMPANAN KAPTEN 28
Ibu azura yang bertanya-tanya dalam benaknya Darimana anak-anak ini, mengapa mereka bisa bersama-sama dengan azura.
Pertanyaan itu segera terjawab, setelah azura memperkenalkan mereka dan tujuan mereka hanya untuk menemani ibunya nanti di rumah.
Sebelumnya, azura sudah mewanti-wanti Helen agar tidak menceritakan perihal dirinya yang adalah istri Kapten regan. Dengan alasan yang akhirnya di mengerti oleh Hellen.
Dan untuk rumah keluarga azura, azura sudah mengecek ke sana. Namun, kata para tetangga nazirah dan ayahnya serta istri baru ayahnya, sedang berlibur ke kampung halaman istrinya, di Semarang.
Rumahnya kosong dan terkunci. Akhirnya azura memutuskan untuk mengontrak rumah.
Sejak awal, azura juga sudah tidak ingin tinggal bersama mereka. Setelah menjelaskan keinginannya untuk tinggal sendiri, ternyata ibunya itu tidak keberatan. Alhasil, kini mereka tinggal sendiri.
Setelah pulang ke rumah, ibunya terlihat lebih bahagia. Ia masih bisa, melakukan segalanya sendiri. Ia bahkan memasak untuk makan malam mereka.
"Besok, kakak dokter mau kembali kerja, malam ini, kita rayakan dengan makan apa? Kalian mau makan apa? Biar ibu masakin." ujar ibu azura.
Akhirnya Semua sepakat, untuk dimasakin semur daging, bebek goreng dan capcay. ibu juga membuat klepon, kue kesukaan putrinya. Mereka melakukan bersama-sama, sehingga suasana sangat gaduh namun menyenangkan.
***
Setelah malam harinya, semua sudah terlelap. azura duduk sendiri di pinggir jendela kamar. Menatap gelap malam, sambil merindukan suaminya yang entah sedang apa saat ini.
Perbedaan waktu dua jam dengan Papua, pria itu mungkin saja telah terlelap dalam mimpinya.
"Mas... Aku kangen, aku gak bisa bohong, aku kangen banget sama kamu. kenapa kamu ninggalin aku seperti ini!"
Azura segera meraih handphonenya dan menekan nomor regan. Ia segera memanggil pria itu. Namun, nomor regan lagi-lagi tidak dapat dihubungin.
Azura meletakkan kembali handphonenya dan menatap kembali ke luar jendela.
Tiba-tiba terpikirkan olehnya, untuk menelpon regan, dengan menggunakan handphone ibunya. Ia segera meraih handphone itu dari atas nakas dan kembali ke tempat duduknya di dekat jendela.
Ia segera memasukkan nomor regan dan memanggilnya. Detik kemudian azura membelalakkan matanya yang seketika berubah merah dan berkaca-kaca.
Dadanya terasa penuh sesak.
"Mas, ternyata kecurigaanku benar. Kau telah memblokir nomorku," ucap azura lirih.
Tiba-tiba terdengar suara dari seberang sana.
"Hallo!"
"Jahat kamu, Mas!"
"Raa..."
Hati azura bergemuruh, saat mengetahui bahwa panggilan teleponnya ternyata tersambung.
Regan yang sedang berjaga malam di pos, tersentak kaget dengan getaran handphonenya. Ia segera merogoh sakunya dan mengeluarkan benda pipih itu.
Ia menatap layar handphonenya selama beberapa detik dan kemudian menggeser fitur hijau disana untuk menjawab panggilan itu.
Dirinya tidak mengetahui bahwa itu adalah nomor telepon Ibunya azura. Dan hal tak terduga pun terjadi. Ia harus mendengarkan suara wanita yang sangat Ia rindukan diseberang sana.
"Jahat kamu, Mas!" Suara bergetar menahan tangis itu, begitu menusuk hatinya. Ia sangat mengenali suara itu.
"Raa!?" ujar Regan sambil menutup mata, menahan gejolak rindu yang bagaikan gelombang besar, yang siap meluluh lantakkan hatinya.
Ia berusaha menahan diri untuk tidak menghubungi dan berhubungan dengan wanita itu karena sebuah alasan.
Namun, kini rasanya sakit setelah mendengar perkataan wanita itu yang kini pasti sedang terisak diseberang sana.
"Raa... Hey," bisik Regan dari seberang sana.
Namun azura, Ia terus saja menangis. Hatinya sakit, karena ditinggalkan tanpa alasan yang jelas.
"Jahat kamu, Mas! Kamu ninggalin aku tanpa penjelasan. Aku gak akan marah sama kamu, Mas! Aku cukup tau diri." ujar azura sembari terus terisak.
"Aku tau, sejak awal, kamu memang gak pernah cinta sama aku. Tapi aku gak papa. Aku cinta sama kamu karena kamu suami aku! Aku gak akan maksa kamu, Mas!"
Azura menepuk dadanya yang terasa sakit.
"Aku akan menjauh dari kamu, seperti yang kamu inginkan. Mulai hari ini, kamu gak usah khawatir, aku gak akan hubungin kamu lagi, Mas!"
"Makasih banyak, tanpa kamu mungkin aku gak ada disini temenin ibu yang lagi sakit. Mungkin aku sudah mati di hutan Papua. Aku gak akan lupakan itu. Makasih untuk semuanya, aku gak bisa balas kebaikan kamu, Mas! biar Tuhan yang balas semua kebaikanmu."
"Heyy... Sayang! Kamu gak bisa lepas dari aku, kamu tetap azura Morea milik Kakak Regann. Jangan berfikir untuk ninggalin aku, Raa!"
"Kamu yang ninggalin aku, Mas! Bukan aku yang ninggalin kamu."
Regan menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Ia menutup mata, dan berusaha mengeraskan suaranya, agar tidak terdengar bergetar.
"Raa, mungkin kamu lupa. Sejak awal, hubungan kita hanya partner ranjang. Tanpa melibatkan perasaan."
Regan berusaha menekan dadanya, Dia tahu kata-katanya ini, akan sangat melukai wanitanya.
"Dan kau tidak perlu terus menggangguku dengan menanyakan segala hal. Kau cukup mempersiapkan dirimu, saat aku butuhkan. Selebihnya, kita hanya dua orang yang akan saling memuaskan tanpa menggunakan perasaan. Jadi berhenti menghubungiku, kau sangat mengganggu!"
Airmata regan akhirnya menetes.
Perkataan kasarnya untuk azura, nyatanya justru melukai hatinya sendiri. Ia mengepalkan tangannya yang bergetar hebat, mendengar isakan wanita itu.
"Maafkan aku, Mas! Aku sudah sangat lancang dan tidak tahu diri. Aku tidak akan mengganggumu lagi. Selamat malam."
Tut...tut...
Mendengar azura segera memutuskan panggilan itu, hati Regan seperti tertusuk tombak besar. Sakit tapi tak berdarah.
"Apa aku sudah jatuh cinta padanya? Mengapa sesakit ini!" batin Regan.
"Kapten, ada apa?" tanya Sertu Bima yang melihat Regan terduduk lesu sembari meremas benda pipih ditangannya.
"Aku berusaha menghindar, aku tidak sanggup untuk menyakiti hatinya, namun pada akhirnya, aku sudah melakukannya. Bim, apa aku salah? Aku melakukan ini untuk kebaikannya. Apa aku salah?"
Bima mengusap punggung pria gagah itu yang terlihat sangat rapuh saat ini.
"Ancaman Nyonya adiaksa, jangan dianggap remeh, Boss! Kasihan wanita itu. Menjadi Dokter adalah impiannya, kalau dia kehilangannya, aku rasa itu seperti kehilangan seluruh hidupnya."
"Apa aku tak seberharga itu?" lirih Regan.
"Kau melakukannya karena kau mencintainya Kapten. Entah kau sadari atau tidak. Kau sering murung akhir-akhir ini, sejak kepergian dokter azura."
"Kau tahu pasti Dokter azura mencintaimu, dia mungkin akan mengambil resikonya, agar tetap bersamamu. Jadi... Bukan tentang kau berharga buatnya atau tidak. Tapi tentang dukungan seorang suami yang sangat mencintai istrinya. Dia ingin istrinya berhasil. Meskipun tindakan sepihak nya ini, pada akhirnya dianggap jahat oleh sang istri. Tapi, dia memilih tersiksa, daripada harus melihat wanitanya kehilangan sesuatu yang berharga, yakni karir dan cita-citanya untuk menjadi seorang Dokter hebat."
Sertu Bima berusaha menguatkan hati Regan. Sebab, Bossnya itu sangat yakin, kalau azura akan benar-benar hilang dari hidupnya.
"Bim, kenapa harus dia yang digunakan untuk mengancam diriku. Kenapa tidak hal lain saja. Dari sekian banyak hal, mengapa ibuku harus memilih azura untuk memaksaku, mengikuti kemauannya."
Regan meremas rambutnya kuat-kuat.
"Sioo cinta ee... Za bisa gila karena pikir ko saja, dokter azura... Kakak Regan pu love patah, sayang."
Regan terus saja mengatakan hal-hal yang membuat Bima tak tahu harus bereaksi seperti apa.
Namun, melihat Regan tertawa karena kata-katanya sendiri, Sertu Bima pun tak kuasa menahan tawa.
Mereka akhirnya tertawa terbahak-bahak, untuk menutupi rasa frustasi yang dirasakan sang Kapten tampan itu.
***
Sementara itu, azura terduduk di lantai kamarnya sembari memeluk kedua lututnya.
Hatinya hancur berkeping-keping, mendengar perkataan tajam Regan.
"Mas, tolong jelaskan sama aku, kalau kau hanya berbohong kan?! Mas!"
Azura berusaha menahan isakannya, agar ibunya tidak mendengarkannya.
Dia terpaku menatap gelap malam di luar sana.
Sllu nunggu ka othor up
bab super mewek..
ayo zura jgn putus asa..
ceritanya makin seru