NovelToon NovelToon
MR.A Sang Pembalap

MR.A Sang Pembalap

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Romansa / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:93.1k
Nilai: 5
Nama Author: Pa'tam

Merasa bosan hidup di lingkungan istana. Alaric, putra tertua dari pasangan raja Carlos dan ratu Sofia, memutuskan untuk hidup mandiri di luar.

Alaric lebih memilih tinggal di Indonesia ketimbang hidup di istana bersama kedua orang tuanya.

Tanpa bantuan keluarganya, Alaric menjalani kehidupan dan menyembunyikan identitasnya sebagai seorang pangeran dan juga seorang pembalap.

Sementara sang ayah ingin Alaric menjadi penerus sebagai raja berikutnya. Namun, Alaric yang lebih suka balapan tidak ingin terkekang dan tidak punya ambisi untuk menjadi seorang raja.

Justru, Alaric malah meminta sang ayah untuk melantik adiknya, yaitu Alberich sebagai raja.

Penasaran? Baca yuk! Siapa tahu suka dengan cerita ini.

Ingat! Cerita keseluruhan dalam cerita ini hanyalah fiktif alias tidak nyata. Karena ini hasil karangan semata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 29

Sementara di tempat lain ...

Alberich yang mengantar Boni sudah tiba di rumahnya. Alberich mengantar Boni sampai rumah, walaupun mobil tidak bisa masuk sampai depan rumah Boni.

"Masuk dulu Nak Alaric," kata ibunya Boni.

"Aku bukan Alaric Bu, tapi Alberich," ujar Alberich dengan senyum manisnya.

"Eh, tapi kok ...." Ibunya Boni tidak meneruskan ucapannya. Dia sedikit kaget mendengarnya.

Apalagi wajah mereka benar-benar mirip. Saat mereka bersama, orang akan sulit membedakan mereka jika belum terbiasa.

"Aku adiknya Alaric, kami kembar Bu," ujar Alberich.

"Maaf, ibu keliru," ucap ibunya Boni.

Boni juga meminta Alberich untuk masuk. Boni tahu, Alberich sama dengan Alaric yang tidak sombong.

Tapi Alberich menolak karena dia ada urusan. Alberich dan Alderich akan kembali malam ini juga ke negaranya.

"Mirip banget, ibu jadi sulit bedakan," kata ibunya Boni setelah Alberich pergi.

"Iya Bu, ternyata Alaric punya saudara kembar, mereka kembar tiga lo Bu," ujar Boni.

Ibunya Boni tercengang mendengarnya. Kemudian Boni pun menyerahkan ikan bakar yang tadi di belikan oleh Alaric.

"Darimana kamu dapat uang untuk beli ikan? Ini harganya mahal," ujar ibunya Boni.

"Alaric yang belikan Bu, ternyata dia anak orang kaya," kata Boni.

Ibunya Boni menasehati Boni untuk tidak memanfaatkan kebaikan orang lain. Menurutnya, biar miskin asalkan jangan meminta-minta.

Boni pun mengangguk. "Tapi kalau ada orang yang ngasih bagaimana?"

"Tidak apa-apa, asalkan jangan kita yang mengemis meminta-minta. Selama kita masih di berikan kesehatan, kita bisa bekerja."

Sekali lagi Boni mengangguk. Dia akan lebih giat bekerja untuk menghidupi keluarganya. Apalagi Boni adalah harapan satu-satunya keluarga nya.

Di dalam mobil. Alberich menghubungi seseorang. Alberich meminta orang itu datang ke alamat rumah Boni.

Melihat keadaan Boni yang seperti itu, Alberich ingin membantunya tanpa di ketahui oleh Boni dan keluarganya.

"Ya Tuan muda, ada apa?"

"Kamu datang ke rumah seseorang, nanti aku kirim alamatnya. Bantu dia tanpa menyebutkan nama besar keluarga kami. Aku akan transfer uangnya ke rekening Paman."

"Baik Tuan muda, akan saya laksanakan."

Alberich menutup teleponnya. Kemudian mengirimkan sejumlah uang kepada orang tadi. Lalu mengirimkan alamat rumah Boni.

Setelah semuanya beres, Alberich menjalankan mobilnya ke rumah kontrakan kakaknya.

"Kok baru sampai?" tanya Alaric saat adiknya baru tiba di rumah kontrakan nya.

"Tadi mengantar Boni duluan, habis itu ngobrol sebentar," jawab Alberich. "Kasihan banget ya hidupnya," tambah Alberich.

"Ya begitulah hidup. Ada kaya, ada miskin. Kalian berdua harus peka dengan penderitaan orang lain," kata Alaric.

Alderich mengatakan ingin menginap di sini, tapi Alberich mengatakan jika mereka akan pulang malam ini juga.

Kalau kembali malam ini, besok mereka sudah tiba di istana. Alderich tidak setuju, ia tetap ingin menginap bersama kakaknya.

"Eh, bulan depan ada balapan. Mungkin aku akan pulang untuk mengikuti balapan tersebut. Bagaimana menurut kalian? Apa aku harus ajak Indah?" tanya Alaric.

"Kak, kalau Kakak benar-benar suka dia bilang saja Kak. Nanti di embat orang nangis," jawab Alderich.

"Kalau Kakak nggak mau buat aku saja. Aku layan dia seperti ratu," kata Alberich.

Plak, plak. Alaric menampar pundak kedua adiknya. Alberich dan Alderich meringis setelah di tampar oleh Alaric.

"Kalian masih kecil tahu apa?" tanya Alaric kesal.

"Kak, kita seumuran. Bunda bilang, kita lahir hanya beda menit saja," jawab Alberich.

"Sebaiknya kalian pulang, jangan buat aku kesal di sini," usir Alaric.

Namun mereka tidak mau pulang. Alberich memutuskan untuk kembali besok. Ia kembali menghubungi pilot dan mengatakan jika malam ini batal untuk pulang.

Alaric menyuruh mereka untuk mandi. Ternyata keduanya sudah mempersiapkan pakaian ganti di dalam mobil.

Walaupun mereka kembar, namun soal pakaian, mereka tidak pernah tukaran satu sama lain.

Mereka pun bergantian untuk mandi. Alberich dan Alderich terpaksa membiasakan diri. Karena biasanya mereka kalau mandi tidak menggunakan gayung. Tapi di sini menggunakan gayung.

"Kita makan di luar, aku tidak bisa masak," kata Alaric. Mereka yang terbiasa di layani tentu tidak pernah belajar memasak.

"Pesan saja Kak," kata Alderich.

"Nggak, kita keluar cari makanan," kata Alaric.

Alberich menelepon Oma nya dan mengatakan jika mereka menginap di kontrakan kakaknya. Carlina tidak khawatir, karena cucunya sudah besar.

Setelah semuanya siap, mereka pun keluar untuk mencari makanan untuk makan malam. Alberich memberikan kunci mobil kepada Alaric memintanya untuk menyetir.

Dia ingin santai di kursi penumpang bagian belakang. Alaric mau saja. Lagipula apa susahnya menyetir? Dia juga sudah terbiasa.

"Mau makan di mana?" tanyanya pada kedua adiknya.

"Terserah deh," jawab Alderich. "Ralat, aku mau bakso," sambungnya.

Alaric menyetir mobil dengan kecepatan sedang. Lagipula mereka tidak terlalu terburu-buru. Sambil menikmati pemandangan malam hari.

Mereka mencari penjual bakso. Setelah bertemu pedagang bakso, Alaric tidak jadi karena terlalu ramai orang.

Mereka terus mencari, hingga melewati beberapa pedagang bakso. Namun pembelinya tetap ramai.

"Kenapa Kak? Sudah lima pedagang bakso yang kita lewati," tanya Alderich.

"Diam lah, kamu tidak lihat pengunjungnya ramai?" tanya Alberich.

Alaric mengingatkan untuk mencari pengunjungnya yang sedikit. Karena jika pembeli terlalu ramai, salah satunya akan antre lama.

Dan juga, bisa membantu pedagang yang jualannya kurang laris. Penjelasan Alaric membuat Alderich mengerti.

"Belajar dari hal kecil untuk menghargai orang lain," kata Alaric menasehati adiknya.

Akhirnya mereka tiba di tempat penjual bakso yang tidak banyak pembeli. Hanya ada beberapa orang saja yang datang.

Saat melihat mereka bertiga mendekat, penjual bakso itu tersenyum ramah. Lalu menawarkan dagangannya.

Alaric memesan tiga porsi untuk mereka. Dengan cepat penjual itu melayani mereka bertiga.

Alaric melihat sekeliling tempat itu. Walaupun malam hari, tapi dapat di lihat dengan jelas. Matanya tertuju pada dua orang yang berada di seberang jalan.

"Kenapa Kak?" tanya Alberich.

"Lihat anak dan ibu itu, sepertinya mereka ingin membeli bakso," jawab Alaric.

"Mungkin mau nyebrang Kak," kata Alderich.

"Pak, tolong bungkus kan empat porsi. Kemudian berikan kepada anak dan ibu itu," kata Alaric.

"Baik Mas," ujar pria itu. Alaric meminta penjual bakso untuk mendahulukan ibu dan anak itu. Baru setelah itu untuk mereka bertiga.

Sebelum pria itu mengantarkan baksonya. Alaric menyerahkan beberapa lembar uang dan memasukkan nya ke dalam plastik. Pria itu tersenyum

Kemudian berlari kecil menyeberang jalan. Lalu menyerahkan kantong plastik yang berisi bakso kepada wanita itu.

"Maaf Pak, aku tidak memesan," kata wanita itu. "Lagipula aku tidak punya uang untuk membayarnya," imbuhnya.

"Tenang Bu, pemuda itu sudah membayarnya untuk ibu," kata pria itu menunjuk ke arah Alaric dan saudaranya.

"Kalau begitu, sampaikan rasa terima kasihku kepada pemuda itu," kata wanita itu.

Pria itu tersenyum dan mengangguk. Kemudian ia kembali ke tempat jualannya. Baru setelah itu pria itu melayani Alaric dan saudaranya.

1
Sani Srimulyani
ayo Arsy kasi pelajaran berharga untuk dokter gadungan itu.
Sani Srimulyani
wiiihhhh keluarga Henderson emang ga kaleng2.
Leny Wijaya
Akhirnya perang selesai😄Indah akan dilamar oleh Alaric
semngat thor💪terimakasih hari ini 2bab bisa di baca😄🤭🤭
Rohana Omar: terima kasih thor 2 bab.....💪💪💪💪💪💪💪
total 1 replies
Soraya
lanjut
kaylla salsabella
lanjut Thor
Nanin Rahayu
hati indah berbunga"
Astuti tutik2022
Kenapa bilang "JANGAN" harusny kau berterima kasih dan bersyukur karena kau jga akan merasakan di bedah tanpa obat bius, seperti para korbanmu yg sdah meninggal karena perbuatanmu.
Karsa Sanjaya
ternyata anak mafia
kaylla salsabella
rasain kau dokter bedah 🤣🤣🤣
Leny Wijaya
seenaknya bedah orang ambil organ tubuhnya sekali mau di bedah ketakutan😃😃mknya jgan mau di perintah oleh matias, dan skrg matias akan musnah juga sekalian klan mafia nya😃😃
anknya bukan ank kandung berarti bisa jodoh dgn Denzel😃😃😃
Zea Rahmat
masih keren aja zio sm arsy
Nanin Rahayu
wah kejam Mathias hrs d kasih pelajaran seperti dokter bedah😏
kaylla salsabella
tuh ganti mafia dan anak buah nya yang di jual 🤭🤭
Astuti tutik2022
Waaah mantaaap
StAr 1086
next
Zea Rahmat
kaget dedi. klo semua keluarga Anderson dtg🤭😂
Soraya
oke lanjut lagi
Soraya
maksudnya seratus orang lebih kli bukan seratus lebih orang thor
Zea Rahmat
alice ka🤭
Pa'tam: Ah iya, malah nyasar ke Alexis pula. 🙏🙏🙏
total 1 replies
Nanin Rahayu
semoga double up🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!