Wilona Anastasia adalah seorang gadis yang dibesarkan di desa. namun Wilona memiliki otak yang sangat jenius. ia memenangkan beberapa olimpiade dan mendapatkan medali emas sedari SMP. dia berniat untuk menjadi seorang dokter yang sukses agar bisa memberikan pengobatan secara gratis di desa tempat ia tinggal. Lastri adalah orang tua Wilona lebih tepatnya adalah orang tua angkat karena Lastri mengadopsi Wilona setelah Putri satu-satunya meninggal karena sakit. namun suatu hari ada satu keluarga yang mengatakan jika mereka sudah dari kecil kehilangan keponakan mereka, yang mana kakak Wijaya tinggal cukup lama di desa itu hingga meninggal. dan ternyata yang mereka cari adalah Wilona..
Wilona pun dibawa ke kota namun ternyata Wilona hanya dimanfaatkan agar keluarga tersebut dapat menguasai harta peninggalan sang kakek Wilona yang diwariskan hanya kepada Wilona...
mampukah Wilona menemukan kebahagiaan dan mampukah ia mempertahankan kekayaan sang kakek dari keluarga kandungnya sendiri...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Call Me Nunna_Re, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
Sudah lewat tengah malam ketika Wilona Kusuma duduk sendirian di ruang kerjanya.
Ruangan itu gelap, hanya diterangi oleh cahaya biru dari layar monitor yang menampilkan barisan angka, grafik saham, dan lalu lintas data server.
Di hadapannya, tertera logo Wijaya Kusuma Corporation perusahaan yang selama ini menjadi kebanggaan keluarga besar Kusuma.
Namun bagi Wilona, itu bukan lagi simbol kejayaan… melainkan simbol pengkhianatan.
Beberapa minggu terakhir, Wilona akhirnya tahu bahwa Wijaya, paman nya, mencoba memanipulasi warisan kakeknya, bahkan berusaha menikung Wilona dengan memanfaatkan identitasnya sebagai cucu sah Kusuma. Ia berpura-pura baik, memberi perhatian, bahkan membawa nya ke kota. Tapi ternyata itu hanya untuk ambisinya. namun di balik semua itu ia menyiapkan rencana jahat
memanfaatkan nama Wilona untuk mengamankan aset warisan yang seharusnya menjadi milik gadis itu.
“Mereka pikir aku anak kecil yang bisa dipermainkan,” ucap Wilona dengan tatapan dingin.
“Dia nggak tahu, darah Kusuma yang sesungguhnya nggak pernah tunduk pada orang licik dan serakah.”
Dengan tenang, Wilona membuka folder bertuliskan “PROJECT K". Di dalamnya tersimpan kode enkripsi buatan tangannya sendiri, sebuah sistem infiltrasi siber yang bisa menembus jaringan keuangan perusahaan tanpa terdeteksi oleh hacker handal sekalipun.
“Perusahaan cangkang sudah siap, tinggal arahkan dana cadangan ke rekening baru. Kenapa ini terasa menyenangkan ya." gumam nya tersenyum puas.
Ia mengetik dengan cepat, jari-jarinya menari di atas keyboard. Satu per satu akses masuk ke server utama keuangan Wijaya Kusuma Corp terbuka, lalu Wilona mulai mengalihkan dana investasi dan portofolio saham ke sebuah perusahaan cangkang bernama “WLTech Global.”
"Done!!"
Dan sejauh ini semuanya berjalan mulus.
Tak ada sistem yang menyadari penyusupan itu, karena Wilona sendiri yang menciptakan bug nya beberapa minggu yang lalu saat ia diam-diam mengunjungi perusahaan itu.
*
*
*
Pagi harinya, ruang direksi Wijaya Kusuma Corp berubah menjadi medan perang. Sirene peringatan server berbunyi, grafik saham anjlok drastis, dan semua sistem keamanan keuangan menunjukkan anomali masif.
“Pak Wijaya! Sistem kita diretas!, Dana cadangan 400 miliar hilang dalam waktu tiga menit!”
Wijaya berlari ke ruang pusat data dengan wajah panik.
“APA KALIAN NGGAK BISA HENTIKAN INI?!”
Salah satu staf IT berteriak,
“Nggak bisa, Pak! Semua akses sudah dikunci oleh server eksternal! Kami bahkan nggak tahu dari mana asalnya!”
Dalam hitungan detik, saham perusahaan mulai jatuh, media mulai menulis berita tentang “anomali keuangan besar-besaran di konglomerasi Kusuma.” yanh menyebabkam semua Investor panik. Partner asing menarik diri. Dan di salah satu Mansion mewah di pusat kota, Wilona menatap semua itu lewat layar monitor dengan senyum tipis.
“Ini baru permulaan, Pamanku tersayang…” katanya pelan.
“Uang ratusan miliar itu bukan milikmu, itu cuma aku ambil kembali. Karena itu Hak Alm.Mamaku."
Perusahaan cangkang milik Wilona WLTech Global ia dirikan secara anonim, menggunakan identitas dan server luar negeri dengan sistem enkripsi berlapis. Bahkan jejak digitalnya tersembunyi di balik jaringan blockchain pribadi yang tidak bisa dilacak oleh sistem keamanan manapun di Indonesia. Semua dana yang dialihkan akan ia gunakan untuk menghidupkan kembali perusahaan lama milik kakeknya, yang dulu sengaja dimatikan oleh Wijaya demi menguasai nama besar Kusuma.
“Kakek… aku janji, semua yang jadi milik keluarga kita bakal aku rebut kembali.
Sore harinya, Wilona menghadiri rapat darurat direksi itu atas permintaan Ferdinan selaku kuasa hukum Kusuma. Wijaya menatapnya dengan ekspresi penuh tekanan dan kecurigaan.
“Kamu pasti tahu siapa dalangnya di balik semua ini, Wilona! Makanya kamu bisa terlihat tenang seperti itu di saat uang perusahaan Lenyap entah kemana.” bentaknya.
“Kamu hanya anak kecil,jangan ikut campur urusan orang dewasa!” lanjut Kusuma mencoba untuk mengintimidasi Wilona.
Wilona menatapnya tajam, dengan senyum dingin di ujung bibir.
“Saya cuma seorang anak yang belajar dari orang-orang licik, Paman. Kadang… untuk mengerti permainan, kita harus jadi pemain juga.”
"Apa maksud kamu?."
"Bukanya aku dimata paman hanya anak kecil, masa paman gak ngerti ucapan anak kecil." ujar Wilo membuat Wijaya membeku.
Suasana ruangan hening.
Hanya suara langkah Wilona yang terdengar ketika ia berdiri dan berjalan keluar dengan anggun. Wijaya menatap punggungnya dengan tatapan ngeri, seolah baru menyadari bahwa gadis itu bukan lagi anak kecil yang bisa ia kendalikan.
Malam itu, Wilona menatap kota Jakarta dari jendela kamarnya. Lampu-lampu gedung memantul di matanya yang tajam dan dingin.
“Dulu aku cuma ingin tahu asal-usulku…
Tapi sekarang aku tahu, dunia ini nggak akan kasih aku keadilan kalau aku nggak merebutnya sendiri.”
Ia menekan satu tombol di laptopnya.
Di layar, data keuangan Wijaya Kusuma Corp terus menurun, dan logo perusahaan perlahan menghilang dari sistem.
“Selamat malam, Paman…Anggap ini pelajaran kecil dari keponakanmu yang dulu kamu remehkan.”
Wijaya tidak bisa tidur semalaman. Saat ini ia masih berada di perusahaan nya. Layar ponselnya penuh notifikasi, laporan anjloknya saham, email kawat darurat dari dewan direksi, pesan dari partner luar negeri yang mempertanyakan kredibilitas perusahaan. Di balik wajahnya yang mulai pucat, tumbuh rasa malu yang cepat berubah jadi kemarahan.
“Apa kita tidak bisa lacak saja siapa yang melakukan ini?” geramnya pada salah satu stafnya. “Siapa pun yang melakukan ini harus dibawa ke meja hijau!”
Staf itu menatapnya cemas. “Pak, kami sudah coba beberapa jalur. Kami panggil tim forensik cyber. Seorang ahli independen juga akan datang, orang yang saya kenal dengan pengalaman nya yang luas dalam hal cyber. Mereka berpengalaman menangani kasus korporasi besar.”
"Baiklah."
Beberapa jam kemudian seorang pria bertampang tegas dan berpenampilan rapi memasuki ruang rapat.
Dia adalah Ario, hacker profesional yang dikenal bekerja untuk klien-klien kaya di belahan abu-abu hukum. Ia duduk, menyalakan laptopnya dengan tenang, dan menatap layar setumpuk laporan yang diberikan staf IT.
“Pak Wijaya, beri saya akses penuh,” katanya singkat. “Saya akan telusuri sumbernya.”
Wijaya mengangguk, begitu juga staf IT yang menyerahkan beberapa file. Ario mulai bekerja, pandangnya fokus, jari-jarinya menekan keyboard, sesekali berdiri untuk berbicara dengan tim. Wajahnya menunjukkan percaya diri yang menenangkan, setidaknya pada awalnya.
Empat jam pun berlalu. Ario mengerucutkan kening, memanggil staf satu per satu.
“Jejak digitalnya sudah dihapus rapi. Pelakunya paham benar bagaimana menutupi langkahnya. Ini bukan kerjaan seorang amatir.” Suaranya masih tenang, tapi ada nada tidak nyaman yang terselip.
Dia mencoba jalur demi jalur penelusuran log, sinkronisasi waktu server, analisis lalu lintas jaringan, pengecekan titik keluar internasional. Semua itu menghasilkan satu kesimpulan yang membuat ruangan menegang, jejak yang seharusnya mengarahkan ke pelaku sudah dihaluskan, sumber dana dialihkan melalui rantai entitas yang saling terkait di beberapa yurisdiksi, dan server pemberi perintah berada di lokasi yang sulit diakses secara hukum.
Ario menghela napas panjang.
“Ini bukan sekadar peretas iseng. Ini usaha yang disusun oleh seorang profesional, punya lapisan-lapisan perlindungan yang kuat. Kalau saya tetap di sini, kemungkinan besar saya bisa menemukan sesuatu, tapi saya butuh waktu, sumber daya, dan izin yang lebih luas. Semua itu berarti waktu—waktu yang tidak dimiliki perusahaan saat ini.”
Wijaya menatapnya seperti ingin menerkam. “Kau habiskan saja waktu itu. Aku bayar mahal. Temukan namanya.”
Ario menatap kembali, lalu berkata jujur, “Pak Wijaya, saya tidak bisa menjamin. Pelakunya sengaja meninggalkan sedikit jejak agar terlihat seperti pihak ketiga, mereka ingin kita menghabiskan energi mengejar bayangan. Jika saya harus menebak, dalangnya ingin mempermalukan Anda, bukan sekadar menguras aset. Mereka tahu betul sistem Anda.”
"APAAA???."