Kumpulan Kisah Misteri

Sejak malam kelam itu—hilangnya Teungku Bide, Mutia, dan putranya Dino—nama Lambide tak lagi hanya bisikan, tapi berubah menjadi legenda yang hidup di tengah masyarakat.

Orang-orang percaya, roh mereka bertiga telah larut dalam kegelapan Laut Tawar:

Teungku Bide sebagai jiwa sesat yang membuka jalan kutukan.

Dino sebagai tumbal pertama dari penunggu air,

Mutia sebagai ibu yang tenggelam karena putus asa.

Konon, ketiganya kini menjadi bagian dari Lambide, penguasa gaib danau.

Sejak saat itu, Laut Tawar bukan lagi sekedar tempat mencari ikan atau mandi dan bermain air. Ia menjadi wilayah keramat penuh pantangan. Orang tua melarang anak-anak bermain terlalu jauh. Nelayan tak berani melaut saat senja. Dan setiap tahun, selalu ada kabar korban—orang hilang, perahu terbalik, atau tubuh terapung di permukaan air.

Warga meyakini, itu semua adalah tumbal yang diminta Sang Penunggu Laut Tawar.

Sesepuh desa sering memperingatkan:

“Jangan pernah melanggar pantangan di Laut Tawar. Jangan berenang saat senja, jangan terbuai oleh benda aneh yang tampak di air, dan jangan sekali-kali menantang suara-suara dari danau. Sebab Lembide selalu mengintai… menunggu tumbal berikutnya.”

Dan hingga kini, di malam-malam tertentu ketika kabut turun tebal di permukaan Laut Tawar, orang-orang masih mendengar suara samar-samar: suara panggilan aneh dari danau yang menyimpan misteri.

Jeritan itu datang dari tengah danau, seolah mengingatkan bahwa kutukan Lembide tak pernah berakhir… dan akan terus menagih korban, selama masih ada manusia yang berani menantang rahasia Laut Tawar.

*****

Kembali ke masa kini.

Waktu bergulir ratusan tahun, tapi kisah kelam itu tak pernah padam. Di Tanah Gayo, nama Lembide tetap bergaung sebagai peringatan yang menakutkan.

Seorang sesepuh tua di kampung dekat Laut Tawar bercerita dengan suara parau:

“Kutukan itu tidak pernah berakhir. Lembide akan selalu meminta korban… terutama dari kalangan pendatang yang tak tahu pantangan. Sejak dulu, setiap tahun, pasti ada yang hilang di danau.”

Dan benar saja, kutukan itu kembali menelan korban.

Beberapa waktu lalu, seorang remaja berusia 13 tahun bernama Adrian datang bersama keluarganya untuk berlibur. Mereka tak tahu kisah keramat Laut Tawar, mereka hanya melihatnya sebagai danau indah yang dikelilingi bukit hijau.

Adrian, yang ceria dan penuh rasa ingin tahu, berenang terlalu jauh ke tengah danau. Awalnya semua terlihat biasa. Tapi ketika sore tiba dan kabut turun, ia melihat sesuatu mengapung di permukaan—seperti tikar indah yang terbentang, berkilau diterpa cahaya senja.

Tanpa ragu, Adrian berenang mendekat. Saat itulah terulang lagi sejarah kelam ratusan tahun lalu. Tikar itu bergetar, berubah wujud menjadi lele raksasa sebesar kerbau, matanya merah menyala.

Teriakan Adrian terdengar sebentar, sebelum tubuhnya terseret ke dalam pusaran air. Dalam sekejap, permukaan danau kembali tenang.

Pencarian besar-besaran pun dilakukan. Penyelam dikerahkan, warga membantu mencari, tapi tubuh Adrian tak pernah ditemukan.

Sesepuh desa hanya menggeleng pelan.

“Anak itu sudah diambil Lembide. Sama seperti Dino dulu, ia kini menjadi bagian dari penunggu Laut Tawar.”

Keluarga Adrian menangis pilu, warga desa kembali dicekam ketakutan. Legenda lama seakan hidup lagi di depan mata.

Dan sekali lagi, kutukan Lambide membuktikan bahwa ia tak pernah tidur—selalu menunggu korban baru, terutama dari mereka yang datang tanpa tahu cerita lama.

EPILOG

RAMAI pemberitaan di media massa atau kabar dari mulut kemulut tentang Danau Laut Tawar yang memakan korban nyawa. Hari pertama tahun 2012, warga Gayo digemparkan oleh  tenggelamnya 1 (satu) unit perahu (boat) wisata di kawasan Mepar Kecamatan Kebayakan.

Saat itu warga tumpah ruah di semua lokasi wisata di Danau Laut Tawar. Naas, boat yang ditumpangi puluhan orang terbalik dan 4 orang diantaranya baru berhasil ditemukan keesokan harinya oleh tim penyelam dari Gayo Diving Club (GDC) dan sejumlah penyelam dari Badan SAR Aceh.

Seseorang mengatakan pernah berenang di danau dan bertemu makhluk mengerikan berwujud lintah sebesar manusia dan mempunyai banyak mulut dibagian muka mirip mulut lintah. Wallahu a’lam bisshawab.

Kejadian korban tenggelam terkadang seperti tak masuk akal karena tenggelam di air dangkal. Dari waktu kejadian, biasanya saat menjelang hari meugang Idul Fitri dan Idul Adha.

Danau Laut Tawar adalah anugerah Allah SWT yang diberikan kepada masyarakat Aceh Tengah khususnya, karena dengan eksistensinya sejak dari dulu - masyarakat sekitar Danau Laut Tawar dapat mengais rezeki dari danau tersebut.

Semua itu bisa dikatakan sebagai legenda dan cerita rakyat belaka, benar atau tidaknya kita tidak bisa buktikan, namun sebagai umat beragama yang beriman kepada yang ghaib, kita wajib percaya setiap tempat ada makhluk Allah termasuk Jin yang mendiami lembah dan lautan, tetapi tidak membesar-besarkan mitos dan cerita rakyat apalagi sampai kepada perbuatan syirik.

Walaupun sudah banyak penyelam di Danau Laut Tawar, tetapi tidak semua wilayah Danau Laut Tawar terselami, karena banyak alasannya, diantaranya sulitnya medan dan terbatasnya peralatan dan hal-hal lainnya.

Dijelaskan, pada dasarnya semua titik perairan pada Danau Laut Tawar bisa dimasuki untuk diselami atau berenang, namun khusus untuk orang yang tidak bisa berenang sebaiknya tidak berenang pada perairan yang melebihi kedalaman satu meter, wilayah danau yang memiliki pantai dan tidak banyak berlumpur lebih baik untuk tempat berenang, karena secara geologis danau Laut Tawar merupakan danau Vulkanis--yaitu danau yang terbentuk akibat letusan gunung berapi, salah satu cirinya adalah memiliki perairan yang dalam.

Menurut data dari Wikipedia tahun 2008 kedalaman maksimum danau Laut Tawar sampai dengan 80 meter, sementara kedalaman rata-rata 51,15 meter (Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah).

Bagian tepi Danau Laut Tawar banyak yang tidak memiliki pantai atau alias terjal, dan ada juga yang memiliki bidang pantai yang sempit dengan kemiringan yang curam, untuk daerah seperti ini sebaiknya jangan dimasuki untuk berenang, apalagi bagi pendatang yang belum mengenal lingkungan dan kondisi Danau Laut Tawar.

Disamping itu, di sarankan agar berhati-hati diwilayah yang memiliki pantai yang cukup landai dan dianggap cukup aman untuk berenang, sebab masih rawan sebagai penyebab kecelakaan tenggelam, karena banyak lumpur yang tidak diketahui persis berapa kedalamannya.

Wilayah yang banyak lumpur biasanya ditandai dengan banyaknya tumbuhan air seperti rumput air (Hydrilla verticilata), tumbuhan ini biasanya terdapat di kedalaman seperempat meter sampai dengan kedalaman enam meter, hal ini karena pengaruh sifat tumbuhan yang biasa melakukan fotosintesis dengan bantuan sinar matahari.

Tapi, ada sebahagian pendapat mengatakan, bahwa Lembide itu merupakan kumpulan plankton-plankton yang hidup di dalam danau itu. Kumpulan plankton-plankton itu bila bergerak bergulung-gulung membentuk seperti tembikar. Maka bila ada sebuah benda yang menghadang atau menyentuhnya maka plankton-plankton tersebut akan menariknya ke dasar danau tersebut. Wallahualam.

***TAMAT***

Demikianlah akhir dari kisah "Lembide: Penunggu Laut Tawar"

Bagi pembaca setia kisah "Kumpulan Kisah Misteri" Masih mengupas legenda dari propinsi Aceh, jangan lewatkan bab selanjutnya, yang bertajuk:

   "BURONG POCUT SITI"

Wanita yang meninggal tidak wajar ini menjelma menjadi makhluk halus dan menuntut pengadilan dengan caranya sendiri. Arwah wanita penasaran ini bergentayangan dan menjadi cerita legenda mirip kisah kuntilanak di kawasan yang kini menjadi Kabupaten Aceh Besar di bagian timur. 

Burong bisa diartikan sebagai burung. Kata burong juga dapat mengacu pada roh jahat atau hantu yang diyakini dapat membawa malapetaka.

Menurut cerita yang berkembang di masyarakat Aceh, burong merupakan roh dari sosok wanita yang meninggal tidak wajar, seperti meninggal saat melahirkan atau karena dibunuh. Konon, roh wanita tersebut tidak terima dengan kematian jasadnya, sehingga terus bergentayangan.