Love And Revenge

Jacob melangkah masuk dengan mata tajam yang menyapu sekitar, penuh kewaspadaan. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti saat Rose menodongkan senjata ke arahnya.

"Mau apa kau kemari?" tanyanya dingin, dengan tatapan yang tajam, namun, tubuhnya tidak bisa berbohong, saat terlihat ujung pistol itu sedikit bergetar

Jacob hanya menaikkan sebelah alis, sudut bibirnya terangkat membentuk senyum tipis. Ia lalu memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya, menganggap seolah ancaman di depannya bukan hal yang berarti.

"Baiklah, aku tidak akan berbasa-basi. Aku hanya ingin tahu, di mana Evelyn?" tanya Jacob.

Rose mendengus pelan. "Cih, jika aku tahu dimana dia sekarang, aku tidak akan memberitahumu."

"Benarkah?" Jacob melangkah maju perlahan, langkahnya begitu tenang tapi, penuh tekanan.

 Rose mengikuti setiap gerakannya, jarinya menempel pada pelatuk, siap menembak kapan saja. Namun, ucapan Jacob berikutnya membuat tubuhnya menegang.

"Kenapa kau tidak mau memberitahuku? Kau ingin membunuhnya sendiri? Atau ... kau ingin melindunginya?"

Tatapan Rose berubah. Sesaat, keraguan melintas di matanya. Rasa waspada yang tadi begitu kuat, perlahan menurun. Hal itu tidak di sia-siakan oleh Jacob. Dia terus melangkah maju, melirik sekilas besi kecil ya g tergeletak di lantai yang kotor.

"Apa kau juga ingin membunuhnya?" Pertanyaan itu lolos begitu saja dari bibir Rose. Mengingat jika Jacob begitu membenci LV, ia menduga jika tujuan pria itu menanyakan keberadaan Evelyn adalah untuk membunuhnya.

Jika itu benar, bukankah dia bisa memanfaatkan nya?

"Ya, kau benar. Aku sangat ingin membunuhnya." Jacob berhenti, tepat di dekat besi di bawahnya. "Tapi, itu dulu." Tanpa aba-aba, ia mengangkat kakinya ke belakang, lalu menendang besi kecil di lantai dengan keras. Besi itu melesat cepat, menghantam dahi Rose dengan presisi sempurna.

"Aargh!" Rose menjerit kesakitan, tubuhnya refleks mundur, dengan tangan yang terangkat memegangi dahinya. Namun, dalam sepersekian detik, Jacob sudah bergerak. Ia meraih pergelangan tangan Rose, lalu, memutar gagang pistol, hingga berpindah arah dengan moncong pistol yang menempel di dahi wanita itu.

"Kau ... "

"Sekarang, kita bisa berbicara dengan santai," seru Jacob, rendah namun tajam.

Rose melirik moncong pistol yang ada di dahinya dengan nafas memburu. Kedua tangannya mengepal erat, mencoba untuk tetap tenang. Namun, sorot mata tajam Jacob berhasil meruntuhkan keberaniannya.

"A-aku benar-benar tidak tahu, dimana Evelyn berada," seru Rose.

Jacob menatapnya lama, mencoba menilai kebenaran dari ucapan itu. "Kau pikir, aku akan percaya begitu saja?"

Rose tidak menjawab. Hanya diam, mencoba menatap balik dengan sorot mata yang sulit diartikan.

Jacob memutar bola matanya sejenak, lalu mengalihkan pandangan ke sekeliling. Ruangan itu kosong, tidak ada tanda-tanda orang lain di sana, selain mereka berdua.

Jacob menarik napas panjang dan menaikkan sudut bibirnya. "Sepertinya, Evelyn berhasil balas dendam."

Lagi-lagi, Rose tidak menjawab. Dia hanya menunduk dengan rahang yang mengeras.

Jacob terdiam, memperhatikan perubahan kecil itu. Ia menurunkan pistol perlahan, dan mundur beberapa langkah.

"Baiklah. Aku anggap, kau benar-benar tidak tahu di mana dia sekarang. Tapi, aku masih ingin tahu satu hal. Kenapa kau menyamar sebagai LV dan menyerang Evelyn? Bukankah kalian dulu teman?"

Rose mendengus pelan, dengan tawa yang terdengar getir. "Heh ... teman? Mana ada teman yang membiarkan temannya sendiri terluka, bahkan nyaris mati, sementara dia memilih pergi dan hidup nyaman."

Jacob menyipitkan mata. "Apa maksudmu?"

Rose menatapnya, kali ini dengan mata yang berkilat oleh emosi yang lama terpendam.

"Kau pasti sudah tahu siapa Evelyn, bukan? Dia mantan anggota Avernos, salah satu yang paling disegani. Bisa dibilang, dialah yang membuat nama organisasi itu dikenal dan ditakuti."

"Tapi, saat dia memutuskan untuk keluar, dengan alasan ingin hidup normal, semuanya berubah. Musuh menyerang dari segala arah. Banyak dari kami yang mati, Jacob."

Jacob diam. Hanya suara napas Rose yang terdengar di antara jarak mereka.

"Aku tidak menyalahkannya waktu itu,".lanjut Rose, matanya menatap kosong ke bawah. "Tapi, setelah tahu dia bergabung dengan Jack ... aku mulai membencinya. Hanya karena pria itu menyelamatkannya, dia rela mengikuti Jack dan melupakan semua orang yang dulu bertarung bersamanya."

"Hanya karena itu?" Jacob berseru tajam.

Rose menatapnya dengan mata membara. "Hanya? Karena dia keluar, banyak anggota Avernos yang tewas. Sementara, dia justru bersenang-senang dengan Jack. Dan, kau masih bilang hanya?"

Jacob terdiam sejenak, lalu tertawa getir. Tawanya menggema, penuh sarkas, sebelum akhirnya perlahan mereda. "Dia mempunyai pilihan. Keluar dari organisasi adalah haknya. Kalian tidak bisa terus menahannya demi kepentingan kalian, " seru Jacob dengan mata yang tajam.

"Apa kau tidak tahu? Evelyn ditipu oleh Jack," lanjut Jacob.

Wajah Rose menegang. "Apa maksudmu?"

Jacob menarik nafas panjang dan menghembuskan nya perlahan. "Kau pikir, Evelyn melakukan semua itu tanpa alasan, hah? Tidak. Dia hanya ingin hidup normal. Dan, dia percaya, Jack bisa memberikan hal itu. Tapi, bajingan itu justru memanfaatkannya, membohonginya, dan juga ... mengkhianatinya."

Jacob mendengus, matanya tajam menatap Rose yang mulai kehilangan kata. "Jadi menurutmu, siapa yang paling terluka di sini?"

Jacob berhenti di depan Rose, menatap lurus ke arahnya. "Teman-temanmu mati bukan karena Evelyn," ujarnya dingin. "Mereka mati karena kalian terlalu bergantung padanya."

Ucapan Jacob seolah menghantam kesadaran Rose. Wajahnya perlahan berubah pucat. Satu per satu kenangan berputar di benaknya, saat ia menatap Evelyn dengan amarah membara, saat tangannya sendiri melukai Evelyn, yang sudah ia anggap sebagai keluarga.

Lalu, kalimat itu ... suara Evelyn yang tegas masih terngiang jelas di telinganya.

"Dulu, aku menganggap mu adikku sendiri. Tapi, sekarang tidak lagi. Dengan darah ini, aku memutuskan hubungan denganmu. Kita sudah tidak mempunyai ikatan apapun lagi."

Dada Rose terasa sesak. Napasnya berat. "Evelyn! Kak Evelyn." lirihnya, matanya mulai berkaca.

Jacob menatapnya dingin. "Penyesalanmu tidak akan mengubah apa pun." Ia mengangkat pistolnya, menodongkannya tepat ke arah Rose.

"Evelyn mungkin melepaskan mu," ujarnya pelan, namun penuh tekanan. "Tapi, tidak untuk ku."

Rose menatap Jacob dengan mata pasrah, air matanya jatuh tanpa suara.

"Kau sudah berani membuat kekacauan di tempatku. Jadi, terimalah akibatnya." Jacob menekan pelatuk, di susul suara letusan yang terdengar keras saat peluru melesat cepat, menembus tubuh Rose.

Wanita itu terhuyung, lalu jatuh berlutut sebelum akhirnya tergeletak tidak berdaya di lantai yang mulai basah oleh darahnya sendiri.

Jacob memandangi wanita itu yang terkapar tanpa ekspresi. Lalu kemudian, ia membalikkan, meninggalkan tempat itu dan bertemu Dean yang berlari dengan tergesa.

"Bereskan!" perintah Jacob.

"Baik, tuan."