Habis kontrak pernikahan dengan Tuan Muda Alfred, Nona Ariel menghilang bagai ditelan bumi tanpa meninggalkan pesan apapun.
Hubungan yang awalnya dianggap hanya sebatas perjanjian nyatanya lebih dari itu. Alfred mulai merasa ada yang hilang dari dirinya padahal dia sudah mendapatkan kembali apa yang menjadi tujuannya termasuk sang cinta pertama, Milea.
'Nona Ariel, dialah yang membawa separuh hidup tuan muda',
Tapi wanita itu menghilang tanpa jejak.
Hingga beberapa tahun kemudian, takdir membawa Alfred bertemu kembali dengan Ariel, tapi sudah ada laki-laki lain yang mengisi hati wanita itu.
Apa Alfred terlambat?
Note : Sangat disarankan untuk membaca (Perjanjian Dengan Tuan Muda) terlebih dahulu, karena ini sekuel dari cerita tersebut ✌🏻🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Tipu Daya
"Astaga... sepertinya aku mulai kehilangan keseimbangan untuk berdiri...aku benar-benar tidak kuat." Laki-laki itu mulai goyang, katanya ke-dua kakinya tidak kuat menopang bobot tubuhnya.
"Tuan, jangan main-main!" ucap Ariel, yang sebenarnya khawatir juga. Mungkin saja laki-laki itu belum sembuh total.
Alfred melirik, "Apa aku terlihat seperti sedang bermain? Kakiku benar-benar sakit... rasanya tulangku ingin copot....aaahh sakitnya..."
Dia bicara apa? Mana boleh seperti itu... Ariel mendekat, mulai meredam marahnya, "Apa sesakit itu? Aku menendangmu tidak terlalu kuat."
"Tidak terlalu kuat! Bahkan aku merasakan gemeretak di tulang kakiku."
Ais... mengerikan sekali....
Mana mungkin kali kecil bisa mencederai tulang kaki yang besar itu....
Ariel menghembuskan nafasnya, "Itu karena salahmu sendiri!"
"Sudah sakit masih juga disalahkan, sungguh tega sekali."
Drama sekali dia....
"Baiklah! Aku minta maaf, aku akan panggilkan ambulan, tapi aku harus ke luar dulu."
Keluar.... Alfred memicingkan matanya, dia berniat melarikan diri lagi....
"Tidak perlu ambulan atau dokter, aku hanya perlu meluruskan lakiku saja."
Kata-katanya selalu penuh maksud yang tidak bisa ditebak oleh siapapun, seharusnya kamu waspada Ariel....
"Kalau begitu berbaringlah!" sahut Ariel, dengan menunjuk sofa yang tidak jauh dari sana.
"Ini!" Alfred menunjuk sofa, "Kau pikir, kakiku sependek kakimu?"
Apa! Pendek! Benar-benar brengsek.... Umpat Ariel dalam hatinya.
"Lalu, kau mau berbaring dilantai?"
Alfred mengulurkan tangannya, "Antarkan aku ke kamar."
Kamar...... Haha... hati-hati Ariel, jangan sampai kau terperangkap untuk yang kedua kalinya.
"Ayo cepatlah sedikit! apa kau ingin melihat kakiku lepas terlebih dahulu!" Alfred kembali bersuara.
Arogan, sifat suka memerintahnya belum juga hilang! Aku pikir setelah 3 tahun dia sudah menjadi lebih baik ternyata sama saja seperti dulu....
"Kau bisa sendiri, 'kan?"
Aaaaaaa.... Saat disuruh berjalan sendiri, Alfred semakin meringis, "Aku tidak kuat! Tolonglah," sambungnya.
Ariel memutuskan untuk mengalah, sepertinya laki-laki itu benar-benar kesulitan dan kesakitan, "Dimana kamarnya?"
"Sebelah sana!" dengan semangat penuh Alfred menunjuk pintu yang terletak diujung ruangan.
"Aku akan membantumu, tapi setelah itu biarkan aku pergi." Sebelum melakukan sesuatu Ariel berusaha membuat kesepakatan.
"Akan aku pikirkan."
Ariel semakin mendekat dan mulai meraih tangan Alfred, dirasa aman karena lelaki itu tidak menunjukkan gerakan yang mencurigakan, Ariel memapahnya, "Astaga! Berat sekali. Aku yakin separuh dari berat badannya adalah dosa," gumam wanita ini, yang harus mengeluarkan seluruh tenaganya hanya untuk menuntun suaminya.
"Kau mengataiku!" yang disinggung, ternyata mendengar.
"Tidak!"
"Tidak...jelas aku mendengarnya."
"Sudah jangan dibahas, kau memang sangat berat! Aku bisa melepaskan sekarang"
Saat wanita itu sedikit berteriak, Alfred langsung menutup mulutnya, "Baik, maafkan aku, jangan lepas ya, aku tidak bisa berdiri tanpamu."
Dia sudah tua, tapi ucapannya seperti remaja....
Alfred membuka pintu kamarnya, tanpa ada rasa curiga. Ariel kembali melangkah, menuntun sang tuan muda memasuki kamar, "Sudah cukup!" kata Ariel yang ingin melepaskan pegangannya.
"Ranjangnya disebelah sana! kau ingin menggulingkan aku disini? Kakiku bisa patah!"
Ariel melihat ranjang berukuran besar itu, seperti tempat peristirahatan Titan.....
Masih tanpa diselipi rasa curiga, Ariel kembali menuntun Alfred menuju ranjang. Masih aman, Ariel membantu Alfred berbaring dan meluruskan kakinya.
"Bagaimana, sudah merasa baikan? Aku bisa pergi, 'kan?"
Alfred yang sudah berbaring, menyeringai dalam hati."