NovelToon NovelToon
Cinta Di Dalam Cerita

Cinta Di Dalam Cerita

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta Beda Dunia / Mengubah Takdir / Romansa / Idola sekolah / Ruang Ajaib
Popularitas:177
Nilai: 5
Nama Author: Eireyynezkim

Alseana, penulis muda berbakat yang masih duduk di bangku SMA, tak pernah menyangka kehidupannya akan berubah hanya karena sebuah novel yang ia tulis. Cerita yang awalnya hanya fiksi tentang antagonis penuh obsesi, tiba-tiba menjelma nyata ketika Alseana terjebak ke dalam dunia ciptaannya dan menjadi salah satu tokoh yang berhubungan dengan tokoh antagonis. Saat Alseana masuk kedalam dunia ciptaannya sendiri dia menjadi Auryn Athaya Queensha. Lebih mengejutkan lagi, salah satu tokoh antagonis yang ia tulis menyadari rahasia besar: bahwa dirinya hanyalah karakter fiksi dengan akhir tragis. Demi melawan takdir kematian yang sudah ditentukan, tokoh itu mulai mengejar Alseana, bukan hanya sebagai karakter, tapi sebagai penulis yang mampu mengubah nasibnya. Kini, cinta, kebencian, dan obsesi bercampur menjadi satu, membuat Alseana tak tahu apakah ia sedang menulis cerita atau justru sedang hidup di dalamnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sesuai novel

"Sayang, kenapa kamu lama sekali diatas? Apa kamu sakit? Kata biAsihDira kamu tadi pagi kesiangan?"

Suara lembut dari seorang wanita itu menyapa telinga Auryn saat sudah sampai di ruang makan.

Auryn yang mendengar hal tersebut berusaha tidak canggung dan terlihat biasa saja.

Ia kemudian tersenyum pada wanita yang terlihat sangat muda tersebut bahkan ia kagum dengan kecantikan wanita itu yang tetap awet muda.

"Maaf ma, aku tadi ketiduran jadi lama turun ke bawah." Ucap Auryn dengan senyum manisnya.

"Tak apa sayang, ayo duduk dan segera kita mulai makan malamnya."

Auryn mengangguk dan langsung duduk di kursi sebelah mamanya tersebut.

Auryn mengingat jika nama wanita yang menjadi mamanya sekarang adalah Analise Cheveliary Queensha dan yang tadi hanya menatapnya dengan datar adalah papanya Marava Darsa Queensha.

Walaupun Auryn sedikit heran, apakah papa tubuh ini tak menyayangi anaknya? karena sikapnya sangat datar.

Namun Auryn berusaha tidak peduli, ia harus bisa memahami keadaan dengan cepat.

Makan malam pun segera dimulai dan tak ada percakapan yang berarti dimeja makan dan Auryn juga tidak terlalu nyaman berbicara sekarang karena perasaan yang asing di dalam keluarga ini.

Setelah selesai makan, Auryn segera ingin masuk ke dalam kamarnya sendiri.

"Auryn, ayo kita bicara di ruang keluarga." Itu suara mamanya yang mengajaknya untuk berbicara.

Auryn pun mengangguk mengerti dan mengikuti kedua orang tua itu untuk pergi ke ruang keluarga.

"Kau ingin acara ulang tahun ke delapan belas mu seperti apa? biar papa dan mama mempersiapkannya karena tinggal satu minggu lagi." Ucap mama Analise pada Auryn.

Auryn yang ditanya seperti tentu saja bingung dan tak terpikirkan, bahkan dulu ulang tahunnya saja sama sekali seumur hidup tak dirayakan dan sekarang ia harus memikirkan seperti apa ulang tahun yang ia inginkan.

"Aku masih bingung ma, sederhana saja aku juga tak banyak teman." Ucap Auryn seadanya karena memang benar jika ia tak banyak teman buktinya kontaknya saja hanya tiga orang dan murid di sekolahannya bahkan seakan tak menganggapnya ada karena hanya figuran.

Mama Analise pun mengangguk mengerti.

"Kau bisa merayakan disekolah, itu sekolahan milikmu kau bisa membuat acara mewah di sana."

Suara dingin itu keluar dari papanya yang membuat Auryn melihat kearah pria tersebut.

"Itu terlalu berlebihan pa."

"Tidak, acara ulang tahunmu tetap dirayakan dengan megah!" Putus tuan Marava dengan mutlak dan langsung pergi dari ruang keluarga tersebut.

Auryn melihat papa tubuh ini dengan tatapan dalam.

"Sayang, benar katamu kau anak semata wayang keluarga Queensha. Tak mungkin mengadakan acara yang sederhana." Nyonya Analise berkata lembut pada putrinya tersebut.

"Tapi jangan di sekolah ma, aku tak ingin acara ulang tahun di sekolah. Karena pusat perhatian akan tertuju kepadaku." Ucapnya yang ia ucapkan dalam batinnya di akhir kalimat.

"Aku akan membicarakan ini pada papamu, okey? naiklah ke kamarmu dan istirahatlah jangan menonton film terlalu larut atau kau akan terlambat lagi besok." Nyonya Analise mengelus rambut Auryn dengan lembut.

Auryn pun segera naik ke atas dan masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu.

Auryn segera duduk di ranjangnya, ia menghapus air matanya yang menetes perlahan.

Ia jadi merindukan orang tua kandungnya yang ada di dunia lain, mendapatkan tatapan penuh kasih sayang dari mama tubuh ini membuat ia mengingat ibunya sendiri.

Bagaimana keadaan ibunya sekarang?

Apakah dia baik-baik saja?

Auryn menangis, ia merindukan rumahnya sendiri walaupun sederhana, ia menangis tak berhenti hingga ia tertidur dengan wajah sembabnya.

......................

Pagi hari menjelang, Auryn terbangun dari tidurnya dengan mata yang sangat berat.

Jam masih menunjukkan setengah enam pagi, ia tidak telat bangun hari ini. Ia segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Ia mulai dengan gosok gigi terlebih dahulu lalu mulai mandi. Setelah selesai dengan acara mandinya ia langsung pergi ke walk in closet dan mengambil seragam miliknya.

Seragam yang pas di tubuhnya tersebut membuat tampilannya sempurna, untuk menambah kesempurnaan ia berjalan menuju ke tempat rias dan memakai berbagai macam produk skincare disana dan menggunakan makeup tipis dan lipbalm agar bibirnya tidak kering.

"Sempurna." Ucapnya dengan puas.

"Oke, hari ini apakah adegan pertama pertemuan protagonis akan terjadi?" Gumamnya pada dirinya sendiri.

Ia mulai membuka ponsel miliknya dan membaca agar ia semakin ingat adegan demi adegan di bab awal mula.

"Oke, semangat Auryn. Sekarang Auryn adalah Rhea begitupun sebaliknya maka dari itu ayo cari tahu bagaimana aku bisa kembali dan memastikan adegan sesuai naskah agar plot cerita bisa aku tebak selanjutnya dan siapa tahu itu bisa membuatku kembali ke dunia asal."

Auryn optimis pada dirinya sendiri dan pasti ia akan menjadi penulis yang baik yang membuat tokoh protagonisnya akan mendapatkan kebahagiaannya.

Waktu sudah menunjukkan pukul enam lebih lima belas menit, waktunya Auryn turun. Ia akan sarapan bersama keluarga barunya sekarang.

"Pagi ma,pa!" Sapanya dengan ceria pada kedua orang tua tersebut.

"Pagi sayang."

"Hm."

Auryn sedikit paham dengan sikap papanya sekarang, mungkin dia tipe sugar daddy yang dingin tapi peduli dengan keluarganya, tapi entahlah ia juga tak tahu.

Ia segera duduk di kursi yang kemarin ia tempati.

"Kau mau sarapan pakai nasi goreng atau roti selai sayang?" Tanya Nyonya Analise pada putri semata wayangnya tersebut.

"Roti saja ma, perutku masih belum terlalu lapar." Ucap Auryn.

Nyonya Analise pun mengangguk dan segera mengambilkan roti tawar dan ia oleskan selai pada roti tersebut.

"Roti selai coklat, Right?"

Auryn mengangguk sambil tersenyum.

Auryn segera memakan sarapannya dan setelah selesai ia meminum susu dengan segera.

"Auryn berangkat sekolah lebih dulu pa, ma." Ucapnya sambil menyalami tangan kedua orang tuanya tersebut.

Kemudian ia segera keluar mansion tersebut karena pak Adit sudah menunggunya di depan.

"Putri kita banyak berubah ya pa?" Ucap nyonya Analise pada suaminya tersebut.

"Ya, lebih ekspresif tidak seperti dulu."

"Syukurlah, aku sudah berdoa sedari lama karena aku lelah menghadapi dua kutub setiap harinya."

Tuan Marava melihat istrinya dengan datar, lalu minum kopi panasnya dengan tenang.

Di sisi Auryn ia sudah sampai di sekolahnya, hari ini cukup ramai karena bertepatan dengan para murid yang juga baru sampai ke sekolah ini.

"Non nanti dijemput seperti biasa?" Tanya pak Adit dalam mobil yang kacanya terbuka tersebut.

Auryn pun berbalik menatap pak Adit, ia ingin menjawab pertanyaan pak anton tapi seorang gadis langsung memotong ucapan yang akan keluar dari mulutnya.

"Pak Adit, Auryn nanti pulang sama aku yaa!"

Pak Adit langsung melihat orang yang berada di samping Auryn. Ia yang memang sudah mengenal gadis tersebut mengangguk mengerti lalu pergi dari area sekolah tersebut.

"Bye pak Adit!"

Gadis tersebut berteriak dengan kencang bahkan membuat pusat perhatian, Auryn yang mengenal gadis di sampingnya ini adalah Zamora. Ia malu pada teman tubuh yang ia tempati ini karena membuat pusat perhatian.

"Auryn ayo masuk! Kau pasti merindukan sahabatmu ini kan." Auryn hanya menggelengkan kepalanya pelan, sepertinya masa sekolahnya kali ini akan penuh dengan ocehan gadis ini.

Mereka berdua masuk ke dalam.

Bruk!

Suara orang jatuh ke lantai terdengar keras di telinga Auryn karena memang berada tepat di depan matanya.

Seorang gadis dengan seragam SMA biasa yang bukan dari sekolah ini jatuh ke lantai akibat menabrak seoran pria bertubuh tinggi dan tegak.

Auryn yang merasa familiar dengan adegan ini langsung mendongak dan benar saja ini adalah adegan pertemuan pertama tokoh utama.

"Buta mata lo!" Ucapan dingin dari Naren sangat menusuk di telinga gadis yang sedang terduduk di lantai akibat jatuh tersebut.

Gadis itu langsung bangkit dan menantang sang pangeran sekolah membuat semua warga sekolah kaget.

"Ya ini babak pertamanya!" Batin Auryn dengan senang.

"Yang buta mata lo ya! gua sudah jalan dengan hati-hati tapi lo yang jalan sambil liat hp. Yang buta lo bukan gua!" Ucap gadis tersebut dengan sewot.

Naren yang mendapatkan respon itu menaikkan alisnya, ia tersenyum miring.

"Ya! pasti Naren tertarik dengan Gisella adalah orang yang pertama kali yang berani berkata kasar dengannya tanpa terpesona oleh parasnya!" Auryn berbinar, adegan pertama novelnya berjalan dengan sukses.

"Besar juga nyali lo." Naren melihat dari atas sampai bawah tubuh gadis yang menabraknya tadi dengan pandangan dingin lalu berhenti sampai di name tag gadis itu.

"Gisella Zevandra Isadora. Lo anak baru kan? jangan harap hidup lo bakal tenang." Ucap Naren dengan senyum miringnya dan berlalu begitu saja.

Adegan pertama yang sudah selesai membuat Auryn merasa lega.

"Auryn ayo masuk kelas." Ajak Zamora pada Auryn.

Auryn mengangguk dan masuk ke dalam kelasnya.

Ia sudah cukup puas dengan hari ini karena setidaknya adegan hari ini sesuai dengan alur naskah yang dia buat walaupun sangat klise.

......................

"Lo tadi ngapain dengan anak baru bos?" Orang yang yang bertanya adalah Angkasa. Mereka berada di tempat berkumpul sebelum masuk ke dalam kelas.

"Tadi anak baru? dia cukup cantik tapi berani sekali dia dengan bos kita." Rion menimpali.

Elang yang paling banyak bicara sekarang hanya diam mendengarkan sahabatnya bercerita karena ia tak tahu adegan Naren yang ditabrak seorang gadis karena sedang membeli cemilan.

"Memang siapa yang menabrak bos?" Tanya Elang sambil memasukkan keripik kentangnya dengan serius.

"Anak baru." Naren menjawab dengan sangat singkat.

"Buat saja perhitungan seperti biasanya." Ucap Haizar dengan santai, ia adalah orang yang paling hangat namun pikirannya hanya tentang penyiksaan setiap harinya.

"Benar tuh bos, beraninya gadis itu mengganggu lo." Elang ikut mengompori.

Naren hanya tersenyum miring mendengarkan itu semua.

"Hore! sepertinya kita akan punya pelayan baru nih." Ucap Elang dengan semangat karena tugasnya yang selalu disuruh sana sini akhirnya mendapatkan penggantinya dengan gadis yang berani menabrak bosnya tersebut.

Di sisi Gisella ia sedang menuju ruang TU untuk menanyakan ruang kelasnya karena ia merupakan seorang murid pindahan karena kedua orang tuanya yang pindah tugas di Jakarta.

"Permisi bu." Ucap Gisella sambil masuk ke dalam ruang TU tersebut.

"Oh Gisella ya? anak pindahan dari Bandungkan?" Tanya Ibu Rasti yang kebetulan berada di ruang TU tersebut.

"Iya bu, saya ingin bertanya dimana ruang kelas saya."

Bu Rasti mengangguk mengerti.

"Ikuti ibu, kebetulan hari ini Ibu mengajar di kelas yang akan kau masuki." Ucap Bu Rasti dengan Ramah.

"Dan ini seragam barumu, ayahmu terlalu mendadak memindahkanmu."

Gisella pun tersenyum manis dan menerima totebag berisi seragam sekolahnya yang baru, tak berapa lama bel tanda masuk kelas berbunyi nyaring.

"Karena sudah masuk kelas, ayo kita ke kelas ibu akan memperkenalkanmu pada teman sekelasmu hari ini."

Gisella mengikuti Ibu Rasti dengan patuh dan berjalan ke lantai tiga menggunakan lift.

"Selamat pagi anak-anak." Ucap bu Rasti pada murid kelasnya hari ini setelah masuk ke dalam kelas.

"Pagi bu!"

"Hari ini kalian mendapatkan teman baru, ayo nak masuk!"

Gisella yang dipanggil langsung berjalan masuk di depan kelas, ia menampilkan senyum terbaik miliknya.

"Ayo perkenalkan dirimu pada teman barumu."

Gisella mengangguk dan menghadap ke semua teman kelasnya.

"Halo, perkenalkan nama saya Gisella Zevandra Isadora pindahan dari Bandung. Salam kenal semuanya." Ucap Gisella dengan ramah melihat seluruh teman sekelasnya.

"Boss, bukannya dia yang menabrak boss tadi?" Bisik Angkasa yang memang satu bangku dengan Naren.

"Hm." Naren berdehem dan menatap dengan tatapan penuh dalam pada gadis di depannya itu dan bibir tersungging miring.

"Ada yang ingin ditanyakan lagi?" Tanya bu Rasti pada muridnya.

Elang dengan semangat mengangkat tangan.

"Sudah punya pacar belum?"

Rion yang satu bangku dengan Elang sedikit malu.

Gisella yang mendapatkan pertanyaan itu tak menjawab dan memilih tersenyum.

"Silahkan duduk saja nak." Ucap bu Rasti karena sudah paham betul dengan anak didiknya yang bernama Elang tersebut.

Gisella segera duduk di bangku yang kosong dengan tenang.

Auryn yang sejak tadi diam mengamati seluruh adegan hanya tersenyum.

"Misi sukses!" Batinnya dan mencentang tulisan yang berada di notebooknya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!