"Hai Om, ganteng banget sih. mana lucu, gemesin lagi."
"Odel. a-ah, maaf tuan. teman saya tipsy."
Niccole Odelia jatuh cinta pada pandangan pertama pada seseorang pria dewasa yang ditemuinya di bar. meski mabuk, dia masih menginggat dengan baik pria tampan itu.
Edgar Lysander, seorang pengusaha yang tampan dan kaya. dia tertarik pada Odelia yang terus menggodanya. namun dibalik sikap romantisnya, ada sesuatu yang dia sembunyikan dari Odelia.
Akankah cinta mereka semulus perkiraan Odelia? atau Odelia akan kecewa dan meninggalkan Edgar saat mengetahui fakta yang disembunyikan Edgar?
ikuti terus kisah cinta mereka. jangan lupa follow akun Atuhor.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addryuli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 29
Edgar membolak balik halaman berkas yang ada ditanganya. Dia tersenyum miring saat membaca setiap kata yang tertulis disana serta beberapa foto yabg tercetak juga.
Edgar menutup berkas itu kemudian memutar kursinya hingga menghadap ke depan. Dia melemparkan berkas itu ke meja lalu menatap Theodore dan kuasa hukumnya.
"Kirimkan surat cerai itu ke rumah papa mertua saya, saya yakin Alysa sedang berada disana." ucap Edgar tegas.
"Siap tuan." ucap Theodore.
"Dan anda, pastikan perceraian ini segera diurus setelah Alysa menandatangai surat itu."
"Baik tuan Edgar, saya pastikan kali ini tak ada lagi kendala apapun." jawab kuasa hukum Edgar.
Edgar tersenyum miring sambil menyandarkan tubunnya ke kursi.
"Sebantar lagi aku akan terbebas dari ikatan pernikahan bisnis ini." batin Edgar.
"Kalau gitu kami pamit undur diri tuan Edgar." ucap kuasa hukumnya.
Theodore mengambil berkasnya, dia serta kuasa hukum Edgar keluar dari ruangan Edgar, mereka menuju mobil Theo kemudian melaju meninggalkan perusahaan menuju kediaman Anton yang merupakan orang tua dari Alysa.
"Bagaimana jika nyonya Alysa menolak menandatangani lagi asisten Theo?"
Theo tersenyum miring. "Kali ini mereka tidak akan berkutik lagi tuan."
Beberapa menit kemudian mobil mereka sampai di masion orang tua Alysa. Theodore dan kuasa hukum Edgar keluar dari mobil
Tok.
Tok.
Ceklek.
Pintu mansion terbuka lebar, seorang asisten rumah tangga keluar. Dia terkejut melihat asisten suami dari anak majikannya.
"Apa nyonya Alysa ada?" tanya Theodore.
"A-ada perlu apa ya tuan mencari nona Alysa?" tanya asisten rumah tangga sedikit gugup.
"Siapa bik?"
Tap.
Tap.
Bunyi high hills beradu dengan lantai terdengar mendekat, Siska tak kalah terkejutnya saat melihat Theodore datang ke kediamannya.
"Ada apa Theo? Dimana menantuku?" tanya Siska, mama Alysa.
"Boleh kami masuk?" tanya Theodore.
Siska mengangguk, dia sedikit menyingkir dari pintu lalu membiarkan Theodore dan seseorang entah siapa masuk ke dalam.
"Gawat, siapa yang datang bersama Theo?" gumam Siska takut.
Dia segera menghampiri Theo dan satu pria itu duduk disofa ruang tamu. Siska menatap Theo takut, pasalnya hari ini suaminya sedang pergi ke luar kota.
Bruk.
Theodore meletakkan dua berkas dengan map berbeda ke atas meja.
"Apa ini Theo?" tanya Siska.
"Anda bisa melihatnya sendiri nyonya Siska yang terhormat."
Siska mendengus sebal, dia mengambil salah satu map kemudian membukanya. Matanya terbelak sempurna saat melihat surat gugatan cerai yang sudah lengkap dengan tanda tangan Edgar disana.
"Apa-apaan ini?" marah Siska.
"Beberapa minggu lalu tuan Edgar Lysander mendaftarkan perceraian di pengadilan. Surat pertama tidak berhasil ditandatangani oleh pihak tergugat. Maka hari ini kami kirimkan kembali surat kedua, mohon kerja samanya nyonya." ucap kuasa hukum Edgar.
Siska menatap tajam surat gugatan itu, dia tak percaya Edgar seniat itu untuk menceraikan putrinya.
"Mah, mamah dimana sih? Alysa laper nih."
Mereka bertiga yang tengah duduk di sofa kompak menoleh ke arah tangga, dimana Alysa turun sambil memegangi perutnya.
"Sial, anak itu benar-benar." batin Siska kesal.
Sampai di bawah Alysa tak kalah terkejutnya saat melihat Theo dan seorang yang dia ketahui kuasa hukum suaminya.
"Kebetulan bertemu anda nyonya Alysa. Kedatangan kami kemari untuk mengantarkan surat gugatan cerai dari tuan Edgar Lysander." ucap kuasa hukum.
"Nggak, sampai kapan pun aku nggak mau cerai dari Edgar." seru Alysa.
Theodore tersenyum miring. "Baiklah, jika anda menolak berarti saya hanya tinggal memberikan ini pada beberapa wartawan."
Siska merebut sebuah map yang dipegang Theo, dia mulai membuka map itu.
"Tidak mungkin." gumam Siska terkejut.
Siska membaca beberapa bukti kecurangan perusahaan suaminya saat bekerja sama dengan beberapa perusahaan. Bahakan disana tertulis siapa-siapa saja yang berhasil suaminya singkirkan dari perusahaan. Bahkan yang lebih mengejutkan lagi adalah bukti foto-foto saat suaminya dan anak buahnya tengah melenyapkan seseorang.
Siskan membalik lagi halaman kertas itu, seketika dia merasa mual saat melihat foto kelakuan putrinya yang tengah berhubungan badan dengan seorang pria namun bukan Edgar.
Brak.
Siska melemparkan berkas itu dengan kasar.
"Ini semua fitnah." serunya.
Merasa penasaran, Alysa mendekat kemudian mengambil berkas itu dan membukanya. Reaksi yang muncul diwajahnya tak jauh berbeda dengan reaksi mamanya.
"Bagaimana bisa mereka dapet foto aku sama Andre?" batin Alysa cemas.
"Bagaimana? Anda masih mau mengelak lagi?" tanya Theodore.
Siska berdiri lalu menarik tangan Alysa dengan kasar menuju bawah tangga.
"Apa yang kamu lakukan Alysa? Apa benar itu tadi kamu?" desis Siska.
Alysa menelan ludahnya kasar. "Mah."
"Jawab mamah Alysa!" tekan Siska.
Sudah ketangkap basah, mau tak mau Alysa menganggukkan kepalanya.
"I-iya itu emang Alysa."
Siska menggeram marah, bagaimana bisa usahanya dan suaminya selama ini untuk meraup banyak keuntungan dari keluarga Edgar dihancurkan begitu saja oleh putrinya.
"Mah, sekarang gimana dong?" tanya Alysa.
Siska mulai berfikir, jika Alysa tak menandatangai surat itu maka kejahatannya dan suaminya akan dibongkar ke publik dan akan membuat perusahannya hancur. Tapi jika Alysa tanda tangan, maka Edgar akan menghentikan suntikan dana ke perusahaan.
Keduanya bukan pilihan yang baik, Siska menjadi pusing sekarang. Entah dia harus memilih yang mana, karena pada akhirnya kedua pilihan itu hanya akan membuat perusahaannya hancur.
"Mah, gimana Mah?"
"Tck, kamu ini bikin mama pusing saja. Mana papa kamu nggak ada di rumah lagi."
Alysa menggigit kuku jarinya, dia bingung harus melakukan apa.
"Begini saja, kamu tandatangani surat itu-"
"Alysa nggak mau cerai mah."
"Kamu dengerin mama Alysa, sementara ini biarkan seperti ini dulu. Nanti kita pikirkan caranya agar perceraian kamu batal. Dengan begitu kita bisa menyelamatkan perusahaan dan juga pernikahan kamu."
"Mama yakin?"
"Percaya sama mama."
Alysa mengangguk, dia dan mamanya kembali ke ruang tamu untuk menemui Theodore dan kuasa hukum Edgar.
"Kami tidak punya banyak waktu nyonya Alysa." ucap Theodore.
"Oke, aku bakal tandatangani surat itu." sewot Alysa .
Kuasa hukum Edgar mengeluarkan sebuah pulpen dan meletakkannya ke atas berkas gugatan. Dia menyodorkan berkas itu ke hadapan Alysa.
Denga kasar Alysa mengambil pulpen itu, dia membuka berkas itu lalu menatap materai yang dibawahnya bertuliskan namanya. Dengan terpaksa Alysa membubuhkan tandatangannya disana.
Melihat itu, Theodore dan kuasa hukum Edgar saling tatap lalu tersenyum.
"Terima kasih atas kerja samanya nyonya." ucap kuasa hukum lalu menyimpan surat gugatan itu ke dalam tasnya.
Theodore mengambil berkas bukti kejahatan Anton kemudian berdiri.
"Kalau begitu kami permisi, selamat siang."
Setalah dua orang suruhan Edgar pergi, Alysa berteriak marah.
"Arrrgghhhh, awas aja kamu Edgar."
●
●
Ting.
Ponsel Edgar berdenting, dia mengambilnya kemudian melihat dua pesan dari asisten dan dari Odelia.
Dia lebih dulu membuka pesan dari asistennya yang mengatakan bahwa Alysa sudah menandatangai gugatan cerainya. Edgar tersenyum miring, dia lega karena sebentar lagi akan bercerai juga.
"Setelah ini aku nggak perlu khawatir lagi." gumam Edgar.
Edgar kemudian membuka pesan yang dikirimkan oleh Odelia.
Odelia: (send pic) bagus kan om?
Edgar terkekeh kecil, Odelia mengirimkan foto tasnya yang tergantung gantungan kunci dengan namanya.
"Menggemaskan."