Aurora menjalani hukuman selama 5 tahun di balik jeruji besi. Bahkan setelah keluar dari penjara, Devandra Casarius tetap menyiksa Aurora , tanpa ampun. Apakah Devandra Casarius akan berhenti belas dendam ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora Mecca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SELAMAT DATANG DI NERAKA
"Nenek,, nenek benar William gak pernah kesini?," Tanya Aurora sekali lagi mencoba menyakinkan karena Aurora merasa ragu dengan pikirannya sendiri.
Hamida menarik nafas panjang lalu mengajak Aurora untuk masuk kedalam rumah.
"Ayoooo masuk dulu Ra, jelasin sama nenek ada apa dengan ini semua?" Tanya Hamida dengan menggandeng tangan Aurora untuk membawa masuk kerumah.
Aurora duduk lemas seakan tak percaya, wajahnya linglung matanya seakan kosong.
Melihat hal tersebut Hamida malah semakin bingung, dengan tergopoh gopoh Hamida mengambil air putih lalu memberikan ke Aurora.
"Minum dulu Ra biar hati kamu tenang" Ucap Hamida sambil mengusap kepala Aurora.
Aurora tidak mungkin bercerita ke Hamida bahwa selama ini dia di penjara dan telah melahirkan, karena jika sampai Hamida tau, dia pasti syok.
"Kemana kamu selama ini nak, nenek pikir kamu lupa sama nenek, bahkan bertukar kabar pun kamu enggan nak" Ungkap Hamida sambil terisak.
Mendengar hal tersebut, Aurora memeluk Hamida dan mengusap punggung Hamida dengan pelan.
"Nek....aku mau kerumah William sebentar ya, nenek dirumah dulu,,, gak apa apa kan?" Tanya Aurora pelan.
Sebelum pergi Aurora sempat mandi dan berganti pakaian.
Hamida yang berada di ruang tamu berjalan menghampiri kamar Aurora.
"Kamu gak lama kan Ra,,,nenek masih kangen sama kamu Ra," Ungkap Hamida takut jika Aurora tak kembali lagi.
Aurora tersenyum dan menjelaskan bahwa dia pergi cuma sebentar dan akan segera kembali.
Aurora mencoba untuk menguatkan hati, dia hanya butuh penjelasan dari William dan dia juga ingin membahas tentang Alvero.
Dengan hati yang gundah Aurora berjalan dengan ditemani panasnya terik matahari.
Tanpa Aurora tahu ada orang yang mengikutinya dari belakang.
Sepanjang perjalanan Aurora mencoba untuk terus mengubungi nomor William namun naas, nomor yang dituju sudah tidak terdaftar itu artinya nomornya sudah lama tidak terpakai.
Aurora berhenti di toko sebelah jalan untuk membeli minuman karena Aurora merasa tenggorokannya mulai kering.
Saat Aurora ingin membayar air mineral tersebut, dia merasa ada yang memperhatikannya dari belakang, namun Aurora tidak terlalu ambil pusing.
Aurora duduk di depan toko tersebut sambil meneguk air tersebut sampai habis tak tersisa.
Saat di depan toko tersebut, Aurora memastikan kembali dan dia seperti melihat sekelebat bayangan di belakangnya.
Dengan perasaan gelisah dia memesan ojek online untuk kerumah William.
Setelah hampir dua belas menit dia menunggu, akhirnya ojek online pun tiba dan Aurora naik dengan perasaan takut.
"Mas,,,, saat ini ada orang yang ngikutin saya,, tolong mas sebisa mungkin mas cari cara agar orang itu gak bisa nemuin saya," Ucap Aurora bergetar dengan nafas yang memburu dan menyuruh ojek online tersebut untuk mengebut.
Aurora melihat mobil yang dia curigai masih mengikutinya. Dia merasa takut dan berfikir keras siapa orang itu.
"Ayo mas agak cepetan dikit dong" Desak Aurora yang merasa mobil tersebut malah semakin dekat.
"Mbak,,,,apa gak apa apa jika kita lewat jalan yang sepi dan terjal tapi untuk ongkosnya gimana mbak? Ojek online tersebut merasa ragu bahwa Aurora mampu untuk membayar biaya tambahan tersebut.
"Mas gak perlu kuatir yang penting kita bebas dari orang itu" Jawab Aurora sambil melihat kearah belakang.
Devandra nampak mulai curiga karena ojek tersebut seperti menghindar dan melewati jalan yang sulit dijangkau oleh mobilnya.
"Sial,,,, apa dia tau kalau aku mengikutinya," Keluh Devandra sambil memukul setirnya dna menambah kecepatan mobilnya.
Saat melewati belokan, ojek yang ditumpangi Aurora nampak menyalip mobil yang ada didepannya sehingga Devandra kehilangan jejak dan membuat Devandra makin frustasi.
"Dasar wanita licik, apa yang kamu rencanakan," ucap Devandra dengan mengepalkan tangan.
Hampir empat puluh menitan dijalan, akhirnya Aurora sampai di rumah William, nampak rumah tersebut terlihat sepi dan kosong seperti tak berpenghuni.
"Mas tunggu sebentar ya" Pinta Aurora pergi dengan tergesa gesa.
"Eh eh mbak mbak, mbak belum bayar lo,,," sahut ojek tersebut sambil turun dari motornya lalu mengikuti Aurora dari belakang.
"Assalamualaikum,,,, William ,,, Will Will," Teriak Aurora sambil mengetuk ketuk pintu rumah William.
Sepi dan sunyi seperti rumah yang sudah lama tidak berpenghuni.
Aurora berjalan kesamping rumah William untuk bertanya tentang keberadaan William namun tetangga William tersebut menjawab bahwa rumah tersebut sudah lama ditinggalkan oleh pemiliknya.
Aurora nampak mengepalkan tangan, tatapan matanya tajam dan dadanya bergemuruh menahan kemarahan.
"Mas bisa anterin saya ke PT Tiga Bintang , ini alamat lengkapnya mas" Tanya Aurora sambil menyodorkan ponselnya yang berisi alamat lengkap kantor William.
"Gak bisa mbak gak bisa, ini aja ongkosnya belum mbak bayar," Tolak ojek tersebut sambil menggelengkan kepala dengan bibirnya yang mengerucut cemberut.
Aurora diam dan membuka tas selempangnya kemudian mengambil uang di dompetnya sebesar tiga ratus ribu.
"Ini masih kurang gak mas," Tanya Aurora menyerahkan uang tersebut.
Ojek tersebut nampak senyum sumringah.
"Cukup mbak cukup ayo mbak," ajak ojek tersebut bersemangat.
***
Kini Aurora sudah berada didepan kantor William.
Auorora nampak celingak celinguk mencari cari William.
Dia sedikit bingung, harus bertanya dengan siapa, karena tidak mungkin dia langsung bertanya ke pihak resepsionis, karena itu akan semakin menimbulkan masalah.
Bagaimanapun juga William adalah bapak dari anaknya yaitu Alvero, tidak mungkin dia melakukan hal yang bisa merugikan Alvero kedepannya.
Aurora masih ingin berfikir jernih dan dia akan bertanya langsung pada William tentang kejadian yang sebenarnya terjadi.
Aurora nampak duduk berbaur dengan para pengunjung sambil melihat lihat sekelilingnya.
Saat Aurora mencari cari keberadaan William, matanya tanpa sengaja melihat kearah papan pengumuman bahwa disitu tertulis sedang membutuhkan lowongan pekerjaan dibagian cleaning service.
Aurora merasa penasaran kemudian membaca persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelamar.
"Kebetulan sekali,,,, besok adalah hari terakhir," gumam Aurora sambil memotret dengan ponselnya yang jadul agar mengingat persyaratan pengumuman tersebut.
Saat Aurora memandang pengumuman tersebut terdapat dua pasang mata yang memperhatikannya dengan ekspresi yang berbeda.
Devandra dengan ekspresi yang kaget dan senang. Sementara John dengan ekspresi kaget namun ada perasaan sedih.
'Hidup pak Devan sudah mulai tenang, tapi kenapa Bu Aurora malah masuk dalam masalah, takdir macam apa ini' ucap John dalam hati.
"Kamu lihat sendiri kan John, tanpa aku repot repot mencarinya, dia malah datang kesini tanpa paksaan," Sindir Devandra yang terlihat bahagia.
John menelan ludah lalu mengangguk.
"Kamu tau kan apa yang harus kamu lakukan tanpa aku suruh?" Ledek Devandra dengan melirik tajam kearah John.
"Siap pak, saya akan menghubungi pihak HRD untuk menerima bu Aurora kerja di perusahaan ini " Jawab John sambil melihat Aurora yang melangkah keluar untuk meninggalkan kantor tersebut.
'Selamat datang di NERAKA Aurora Mecca' Bisik Devandra dalam hati.