Kehidupan Ayunda naraya dan Edward alexandra berjalan seperti biasanya, bahkan mereka terlihat romantis. Hingga disuatu hari ayunda harus menerima fakta yang menyakitkan, ia merasa dibohongi habis-habisan oleh suaminya sendiri.
Bagaimana kisah kehidupan ayunda selanjutnya?? Kepoinn terus cerita ini yaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaacy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
🌷Happy Reading🌷
Setibanya di danau kenangan yang sepi dikarenakan sudah malam, mereka bertiga duduk dikursi besi yang menghadap langsung ke danau yang terkena pantulan cahya bulan.
"Kita cari kesempatan untuk menculik dan mengintrogasi clarissa." Ucap ayunda sembari menoleh ke kiri dan kanan, memastikan tidak ada orang lain selain mereka.
"Kamu benar, orang pertama yang kita introgasi adalah clarissa. Wanita itu pasti banyak mengetahui sesuatu." Sahut mbak dania.
"Besok kita akan mulai mengintai clarissa."
"Sekarang kita pulang terlebih dulu."
Mereka bertiga berdiri lalu berjalan masuk kedalam mobil, mobil itu melaju meninggalkan area danau kenangan.
20 menit kemudian akhirnya mereka telah tiba di rumah, rahendra langsung memasukan mobilnya kedalam garasi. Ayunda dan mbak dania sudah berjalan masuk ke kamar masing-masing, begitu juga dengan rahendra.
***
Sebuah mobil hitam berhenti tak jauh dari rumah keluarga alexandra, seorang wanita memakai hoodie hitam membawa kotak kecil yang dibungkus rapi seperti paket. Wanita itu menoleh ke kiri dan kanan lalu melihat kearah cctv, ia menyeringai dibalik masker hitamnya.
Kotak yang berada ditangannya, ia lemparkan ke halaman rumah alexandra. Setelah itu wanita tersebut langsung pergi dari sana.
Setelah dari rumah keluarga alexandra, wanita itu menuju rumah gilang fernando. Kotak yang sama ia lemparkan kehalaman rumah itu. Hal yang sama ia lakukan kerumah-rumah keluarga yang berada didalam buku kecil miliknya.
"Ku pastikan besok pagi kalian akan heboh." Wanita itu tertawa jahat di dalam mobilnya.
Mobil hitam itu melaju dijalanan kota yang sudah sepi. Sang wanita membawa mobilnya menuju pinggir kota, disana terletak sebuah rumah kosong tak berpenghuni karena terkenal angker.
Wanita tersebut memarkirkan mobilnya dihalaman rumah yang luas itu, ia keluar dari mobil dengan ekspresi datar.
"Apa sudah beres semuanya?" Tanya seorang pria muda yang tiba-tiba muncul dibalik ke gelapan.
"Sudah, kotak itu ku lemparkan ke halaman rumah mereka." Sahut si wanita sembari berjalan masuk kedalam rumah kosong itu.
Rumah kosong ini tak semenyeramkan jika di lihat dari luar. Diruang tamu terdapat kursi yang sudah lapuk dengan lampu kecil tergantung di dinding sebagai penerangan.
Dua orang berhoodie hitam duduk dikursi sembari memperhatikan buku besar yang berisi data-data yang sudah mereka salin sebelumnya.
"Kau tau tidak jika surat yang ku berikan waktu itu membuat edward ketakutan setengah mampus, dia kalang kabut mencari pelaku, mengecek seluruh cctv untuk mengetahui si pengirim." Ucap pria itu sembari memainkan topeng wajah yang terbuat dari silikon. Jika tidak diperhatikan dengan benar, mungkin sebagian orang akan tertipu dengan topeng ini.
Topeng silikon yang berada di tangan pria itu sangat mirip dengan wajah asli seorang perempuan muda. Hal itulah membuat edward beserta anak buahnya susah menemukan pria itu.
"Serius? Lalu ketakutan seperti apa?" Tanya si wanita penuh excited.
"Sulit dijelaskan."
Malam semakin larut, kedua orang berbeda jenis kelamin itu meninggalkan rumah kosong tersebut. Mobil mereka berdua melaju beriringan dijalanan gelap, saat tiba di jalanan bercabang. Mereka mulai mengambil jalur masing-masing untuk pulang ke rumah.
***
Pagi-pagi sekali dirumah ayunda bahkan matahari pun belum muncul sepenuhnya, mereka bertiga sudah selesai sarapan dan meletakan piring kotor beserta gelas kedalam wastafel.
Ayunda masuk kedalam kamarnya untuk mengambil hoodie hitam, masker, serta pistol yang ia selipkan dibelakang bajunya.
Setelah itu, ayunda menemui mbak dania dan rahendra yang ternyata sudah menunggu di dalam mobil.
Mobil langsung meninggalkan perkarangan rumah, melaju dijalanan bebatuan hutan. Mobil terus melaju hingga tiba di jalan raya, tujuan mereka kali ini adalah mengintai clarissa.
Mobil berhenti tepat diseberang jalan rumah besar keluarga edward, agar tidak menimbulkan kecurigaan oleh pemilik rumah. Mereka bertiga memutuskan untuk turun dari mobil dan berjalan kesalah satu gerobak yang berjualan bubur.
Mau tak mau, mereka harus membeli tiga porsi bubur. Pucuk dicinta ulum pun tiba, baru saja duduk lima menit disana. Wanita yang mereka tunggu sudah keluar dari rumah sembari menyeret koper besar.
Ayunda tersenyum licik, ia dengan buru-buru membayar bubur yang belum sempat mereka habiskan. Mereka bertiga berlari memasuki mobil, bertepatan dengan itu mobil yang membawa clarissa melaju kearah selatan.
"Ikuti, ndra." Perintah ayunda.
Tanpa menunggu dua kali lagi, rahendra langsung menancap gas mengikuti mobil yang melaju kencang.
Ternyata mobil yang membawa clarissa keluar dari kota jakarta, mobil itu terus melaju hingga masuk ke hutan rimbun.
Rahendra mengikuti mobil itu, mereka menjaga jarak agar tidak ketahuan. 10 menit kemudian, mobil itu akhirnya berhenti tepat di depan gedung besar tersembunyi.
Mobil mewah serta motor sport terpakir rapi di halaman gedung. Rahendra menyembunyikan mobilnya dibalik semak-semak yang cukup rimbun.
"Apa gedung itu markas mereka?" Bisik mbak dania. Ayunda dan rahendra mengedikkan bahu, bingung.
"Kita mendekat ke sana." Ucap ayunda.
Mereka bertiga berjalan pelan, memperhatikan jalanan yang mereka lalui, takut jika akan menginjak ranting yang akan membuat mereka ketahuan.
Mereka mendekati jendela di sisi kiri yang memiliki vantilasi, rahendra mengambil tangga yang terletak di dekat tembok. Ayunda naik, ia mulai mengintip dari luar.
Sekumpulan pria ber jas terlihat sedang membicarakan sesuatu yang cukup serius, wajah mereka terlihat tegang, ada yang ketakutan bahkan frustasi.
Seorang pria yang tak dikenali oleh ayunda berjalan ke tengah-tengah ruangan, membawa kotak kecil lalu meletakannya diatas meja. Orang itu mengeraskan wajahnya saat membaca tulisan disebuah kertas kusam yang diikat tali rami.
"Siapa yang mengirimkan kotak ini ke pada kita semua?" Tanya pria itu dengan keras, sampai-sampai ayunda masih bisa mendengar dengan jelas.
"Tidak tau, kami semua sudah mengecek cctv rumah dan jalanan. Cctv hanya menangkap sosok berhoodie hitam yang tak nampak wajahnya bahkan postur badannya pun tidak dapat di ketahui." Ungkap pria yang berada di sisi kanan.
"Siapa orang ini? Apa dia ada hubungannya sama orang dimasa lalu?" Pria itu menatap rekannya dengan lekat.
"Mungkin?"
"Jika benar kejadian yang kita alami sekarang ada hubungannya sama orang di masa lalu, itu artinya kita semua dalam bahaya. Bisa saja anaknya ingin membalas dendam kepada kita? Dan perlu di ingat, jika anak dewangga sampai detik ini belum berhasil kita temukan."Jelasnya lagi, wajahnya terlihat memancarkan ketakutan yang mendalam.
"Kau edward, kenapa tidak dibunuh saja dari dulu?" Tanya gilang fernando.
"Secarik rasa kasihan tiba-tiba saja muncul."
Bughh!
"Bodoh!!! Kami menyuruhmu menikahi wanita itu untuk membunuhnya, bukan mengasihinya!!" Bentak gilang dengan keras, urat-urat di lehernya menonjol, menandakan jika ia benar-benar emosi.
Wijaya yang melihat anaknya dipukuli merasa tak terima, ia maju, meninju tepat di rahang gilang fernando.
Bughh!!
Bughh!!
Baku hantam antara gilang fernando dan wijaya alexandra menjadi sengit, seorang pria berkacamata hitam maju, ia memukul gilang fernando dan juga wijaya alexandra.
"Stopp!!! Kita mengadakan pertemuan bukan untuk berantam, melainkan mencari tahu siapa orang yang sudah meneror kita. Itu yang harus dibahas, bukan malah saling pukul-memukul." Suasana menjadi dingin nan mencekam, aura intimidasi begitu kuat menyelimuti ruangan itu.
"Pertemuan diakhiri. Jika ada yang mendapatkan kotak berisi pesan mengancam itu segera memberi tahu yang lain." Ucap kian oliver, lelaki yang sedari tadi ketakutan.
Mereka yang berjumlah lebih dari 20 orang itu akhirnya meninggalkan gedung. Ayunda yang sedang mengintip langsung turun, mereka bertiga bersembunyi dibelakang gedung, memastikan jika orang-orang itu telah meninggalkan gedung.
Lima menit menunggu, akhirnya gedung telah kosong. Ayunda, mbak dania, dan rahendra langsung berlari menuju mobil yang terpakir rapi di dalam semak-semak.