Wan Yurui terbangun kembali saat usianya masih belia. Ingatan di dua kehidupan itu melekat kuat tidak bisa di hilangkan. Satu kehidupan telah mengajarinya banyak hal. Cinta, benci, kehancuran, kehilangan, penghianatan dan luka.
Di kehidupan sebelumnya dia selalu diam di saat takdir menyeretnya dalam kehampaan. Dan sekarang akankah semua berbeda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suami istri pura-pura
Dari pintu yang ada di ujung ruangan bagian kanan seorang wanita datang membawa kotak kaca buram. Wanita itu melangkah naik keatas panggung. Penutup kotak kaca di buka. Tusuk konde berbentuk phoenix dengan balutan emas murni terlihat sangat indah. Di kedua matanya terdapat permata merah darah.
"Penawaran akan langsung kami mulai."
Semua orang mulai bersiap.
"500 tahil."
"600 tahil."
"700 tahil."
Penawaran terus berlangsung.
"1000 tahil."
Ucapan itu langsung membuat semua orang terdiam. Dari lantai dua seorang pria duduk santai sembari menikmati teh hangat. Dia orang yang telah membuat penawaran mengesankan.
"Baik. Apakah ada yang bisa menawar lebih tinggi lagi?" Pria di atas panggung melihat kesegala arah. "Baik. Penawaran jatuh di 1000 tahil."
Tepuk tangan menggema.
Pelelangan berlanjut hingga satu jam penuh. Semua barang juga telah terjual habis. Sampai di waktu-waktu terakhir pelelangan akan di akhiri. Seorang pria berdiri tegap di lantai tiga menatap tenang kearah bawah.
Triiiinggg...
Lonceng kecil di bunyikan.
Yu Xiao yang ada di lantai paling bawah menatap tajam.
"Tuan muda." Pengawal Hui An mendekat berbisik pelan. "Dia datang."
Kedua mata tegas itu mengerdip sekian detik. Namun sudah cukup untuk membuat pengawalnya mengerti langkah yang harus ia lakukan selanjutnya.
Pelayan pria dari lantai tiga berlari menuruni tangga. Dia menyampaikan ucapan yang ingin di sampaikan Tuan utamanya.
"Baik." Penyelenggaraan acara mengangguk mengerti. "Semuanya. Tuan utama di pelelangan kali ini akan memberikan hadiah acak kepada para tamu yang beruntung. Tempat tinggal sementara selama tiga hari di paviliun kekasih. Tempat yang selalu menjadi impian sepasang kekasih untuk merajut cinta mereka. Kita saksikan bersama siapa yang akan menjadi pasangan terpilih kita."
Tuan utama mengambil anak panah juga busur yang sudah di sediakan. Dia menembakkan anak panah tepat di benda yang tergantung di atas langit-langit ruangan.
Pahkkkaa...
Ribuan kertas kecil berhamburan memenuhi ruangan. Semua orang mencoba mengambilnya dengan penuh semangat.
Hanya Wan Yurui dan Yu Xiao yang masih saja duduk diam tanpa pergerakan berlebihan.
"Dari ribuan kertas yang berhamburan. Bagaimana mungkin akan ada orang yang bisa mendapatkan kertas yang di maksudkan. Benar-benar lucu," ujar Wan Yurui sembari tersenyum penuh ketidakpercayaan. Meskipun begitu dia tetap menengadahkan tangannya. Membiarkan satu kertas kecil terjatuh di telapak tangannya. Dia melihat gambar kecil berbentuk bulan sabit. "Bulan sabit."
"Kamu tidak percaya tapi tetap ikut menangkapnya," ujar Yu Xiao sinis.
"Semua orang terlihat antusias. Jika kita hanya diam. Semua orang akan mempertanyakan kembali hubungan suami istri di antara kita. Lagi pula aku hanya menangkap satu kertas tidak akan mungkin terpilih." Wan Yurui menyandarkan tubuhnya di kursi. Dia duduk santai menikmati suasana ramai yang penuh penantian dari semua orang.
"Harap tenang. Saya akan memeriksa setiap kertas yang telah di dapatkan." Pria penyelanggara memberikan isyarat kepada para pelayan agar segera memeriksa setiap kertas.
Sekitar dua puluh pelayan bergegas memeriksanya. Tepat di saat salah satu pelayan mendatangi Wan Yurui dan mengambil kertas di tangan wanita itu. Pelayan itu tersenyum lembut, "Nyonya, Tuan selamat. Kalian terpilih sebagai pasangan yang di penuhi keberuntungan."
"Aku?" Wan Yurui terkejut.
Yu Xiao mengerutkan keningnya menatap tidak percaya.
Pria yang ada di atas panggung berjalan turun menghampiri sepasang kekasih yang telah terpilih. Dia mengambil kertas yang ada di tangan pelayan pria. Setelah melihat gambar di dalam kertas dia tersenyum gembira. "Di antara ribuan kertas kecil hanya ada satu gambar. Dan gambar itu berbentuk bulan sabit kecil."
Tepuk tangan bergemuruh.
Senyuman cerah terukir di wajah Wan Yurui. "Aku tidak menyangka keberuntungan ada di pihakku." Bangkit dari tempat duduknya. "Suamiku..." Melihat kearah Yu Xiao yang terlihat malas.
Hela nafas berat menekan. Yu Xiao bangkit dengan ekspresi datar.
"Silakan ikuti saya." Pria penyelanggara melangkah terlebih dahulu lalu di ikuti sepasang kekasih terpilih.
Mereka berdua di arahkan kesebuah lorong dengan penerangan obor yang tertata rapi. Mereka berjalan menuju kesebuah pintu lain di ujung lorong. Saat pintu di buka mereka melihat lentera berjejer di sepanjang jalur. Manik-manik bergelantungan saling menyatu pada satu pohon kepohon yang lain. Setiap pohon di penuhi tatanan permata menyala. Membuat suasana sangat romantis.
Di tengah lembah besar masih ada lembah kecil yang selalu mencari incaran sepasang kekasih memadu cinta mereka. Kediaman tidak terlalu besar namun cukup nyaman berada tepat di tengah-tengah danau. Di belakang kediaman yang hanya berjarak seratus meter terdapat air terjun yang langsung turun pada permukaan danau.
Udara terasa sangat sejuk juga dingin. Kelembaban udara di tempat itu bahkan terasa cukup kuat.
Wan Yurui selalu menyembunyikan kedua tangannya di dalam gaun panjangnya.
"Tubuh kita tidak terbuat dari batu. Bagaimana mungkin dapat mengatasi hawa dingin di tempat ini," sindiran itu di utarakan langsung oleh Yu Xiao setelah melihat Wan Yurui menahan rasa dingin di tubuhnya.
"Tuan merasa tidak tega dengan Nyonya?" Pria penyelanggara tersenyum. "Tuan dan Nyonya jangan khawatir. Di luar memang sangat dingin tapi di dalam kediaman kami jamin hawa dingin tidak akan masuk dengan mudah. Setiap lapisan tembok telah kami berikan penanganan khusus agar bisa menghadang hawa dingin yang ada di lembah kecil." Sesampainya di depan halaman kediaman penyelanggara berhenti. "Setelah tiga hari saya akan menjemput Tuan dan Nyonya. Setiap hari akan ada beberapa pelayan yang datang menyiapkan semua kebutuhan dan keperluan untuk Tuan dan Nyonya."
Pria penyelenggara memberikan hormatnya sebelum pergi.
Di tempat luas dengan semua keindahan dan keromantisan yang ada. Wan Yurui menatap kearah pria di sampingnya. "Yu..." Belum sempat nama itu di ucapkan mulutnya telah di bungkam tangan kasar.
"Banyak mata yang mengawasi dari kejauhan. Lebih baik tetap berhati-hati," kata Yu Xiao memberikan peringatan sembari memperhatikan keadaan sekitar.
Wan Yurui tidak melepas tangan kekar itu. Dia justru tersenyum dengan kedua mata penuh kecerahan. "Baik."
Setelah sadar dia lupa melepaskan tangannya Yu Xiao menjadi semakin gugup. Dengan cepat tangannya di tarik kembali. "Lebih baik kita masuk."
"Baik."
Mereka berdua berjalan masuk kedalam kediaman. Bau dupa wewangian langsung menyebar memenuhi penciuman. Cahaya lilin yang ada di setiap sudut menjadi penerangan di ruangan itu. Taburan kelopak bunga mawar merah juga memenuhi lantai.
"Sangat romantis." Wan Yurui melangkah masuk menuju kearah tempat tidur. Dia duduk di atasnya. "Suasana seindah ini harus beradu dengan wajah kakunya. Benar-benar sulit di nikmati." Menatap kearah Yu Xiao yang telah duduk di kursi.
Kepulan asap panas dari teh yang baru saja di tuang di dalam cangkir kosong. Membuat kehangatan kecil di sekitarnya untuk beberapa saat. Dengan tenang Yu Xiao meniup teh lalu meminumnya perlahan.
kenapa jadi begini......😭😭😭😭😭😭