NovelToon NovelToon
Story Of My Vampire Family

Story Of My Vampire Family

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Vampir / Iblis / Kutukan / Hantu
Popularitas:723
Nilai: 5
Nama Author: Lutfiatin Nisa

Hani Ainsley adalah anak dari perkawinan antara manusia dengan seorang vampir, karena suatu masalah ibunya harus menitipkan Hani ke salah satu rumah warga karena wanita itu tidak bisa membawanya pergi. Saat kecil Hani ia hidup menderita karena tidak pernah disayang oleh ibu yang mengadopsinya. Namun, semua berubah saat ia beranjak dewasa dan mulai berevolusi menjadi vampir. Akankah Hani bisa mengubah nasipnya di kemudian hari? Dan siapakah orang tua kandungnya? Ikuti ceritanya dan jangan lupa likenya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lutfiatin Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan yang Tak Terduga

Keluarga Andi dan Sarah sedang berbincang-bincang sambil meminum teh tanpa ditemani Sofyan karena pria itu sedang pergi ke luar.

Andi meminta maaf karena dirinyalah mereka semua mengalami kehidupan yang sulit. Dia berjanji, mulai saat itu akan menjaga mereka dengan baik.

“Ayah ini ngomong apa, sih? Hidup Sindy enggak sulit, kok.”

“Iya, hidupmu enggak sulit. Kamu enggak tanya hidupku? Sulit tahu cari kamu ke mana-mana,” cetus Sammy sembari menyeruput teh.

“Ya, itu kan sudah jadi kewajiban Kakak buat cari aku. Kalau enggak gitu, gimana mau bangunkan Ibu?” timpal Sindy tak mau kalah.

Dinda yang pusing mendengar Sammy dan Sindy berdebat, segera melerainya.

Tiba-tiba, Andi bertanya pada Sammy. Apakah dia belum memiliki kekasih?

Pria yang ditanya sedang meminum teh, dia langsung tersedak. “Ayah kenapa tiba-tiba tanya itu, sih?” Malu, dia pun melirik Sarah.

“Loh, apa salahnya? Bukannya kamu sudah dewasa?”

Sammy menatap Sarah, gadis itu tampak sedikit canggung. Kemudian beralasan pergi untuk mengambil teh lagi di dapur.

Setelah Sarah pergi, Dinda berkata, “Sarah itu anak yang baik dan juga cantik, apa kamu tidak tertarik padanya?”

“Apaan sih, Bu? Sudahlah, jangan bahas itu,” jawab Sammy menahan kecanggungannya.

Obrolan mereka terhenti saat bel berbunyi. Bertepatan dengan itu, Sarah datang sambil meletakkan teh. “Sepertinya, itu ayahku.”

Sammy membuka pintu dan terkejut saat melihat dua orang di hadapannya. “Kamu?!”

Bayu menyapa, sedangkan Hana terkejut mendapati Profesor mereka membukakan pintu.

Sindy sangat hafal dengan suara Bayu. Dia pun langsung menemuinya, berharap sosok itu datang bersama Arya.

“Hana!” Sindy langsung memeluknya, “Aku kangen banget sama kamu, Na.”

“Hem, aku juga, “ sahut Hana lirih.

Bayu memperhatikan gelagat Sindy, bola matanya terlihat bergerak ke kanan dan kiri. Sepertinya gadis itu mencari Arya. Dia pun menyampaikan bahwa pria yang dicari tidak bisa datang hari ini.

Wajah Sindy tampak sedikit murung, tetapi dia segera menetralkan ekspresinya dan mengajak mereka untuk masuk.

“Eh, Yu? Kamu panggil apa si Hani tadi?”

“Oh, aku lupa enggak kasih tahu kamu. Hani sudah bertemu dengan keluarga aslinya. Sebenarnya, dia sudah diberi nama Sindy oleh orang tuanya. Jadi sekarang dia bukan Hani, tapi Sindy.”

“Oh, gitu.”

Sindy sangat bersemangat memperkenalkan Hana kepada orang tuanya.

“Sore Tante, sore Om.”

“Jadi ini anaknya Dirga? Cantik sekali ....”

“Ah, Tante bisa aja,” sahut Hana malu-malu.

“Lalu, pemuda ini siapa?” tanya Andi sambil menatap Bayu.

“Saya Bayu, Om. Temannya Sindy sejak kecil.”

Dinda pun meminta anaknya untuk mengajak teman-temannya pergi ke kamar dan berbincang-bincang di sana.

“Apa ini kamarmu, Sin?” tanya Bayu saat sampai di sana.

“Iya. Di rumah ini cuma ada tiga kamar. Jadi, aku harus berbagi dengan Kak Sarah.”

Hana sedikit heran, dia pun bertanya apakah yang dimaksud saudarinya itu Profesor Sarah di kampus mereka?

Sindy pun menjelaskan bahwa itu memang Sarah yang dia maksud.

Bayu teringat pesan Arya. Dia pun menyampaikannya kepada Sindy, dia juga menjelaskan bahwa Arya selalu diawasi dan ponselnya disadap. Jadi, gadis itu harus bersabar.

“Iya, enggak apa-apa. Yang penting dia baik-baik aja, aku udah lega, kok.”

Sindy mengalihkan pembicaraan dengan mengajak Hana berbincang.

“Na, gimana kabar papa dan mama. Oh, maksudku orang tuamu, apa mereka sehat?”

“Kamu apa-apaan, sih. Mereka kan juga masih orang tua kamu ....”

“Iya-iya maaf.”

“Mana mungkin mereka baik-baik saja jika ditinggal anak pertamanya. Kalau kamu ada waktu, berkunjunglah. Agar mereka sedikit tenang,” jelas Hana.

“Tapi aku masih belum boleh pergi ke mana-mana. Kakakku yang melarang.”

Bayu tidak tega melihat keduanya bersedih.

Tiba-tiba, dia mendapatkan ide. Dia pun meminta ponsel Hana untuk memotret keduanya.

“Sini, sekali lagi. Kali ini sama aku, ya,” kata Bayu setelah mengambil beberapa pose Hana dan Sindy.

“Oh, iya. Kamu juga bisa bikin video untuk mereka, Sin.”

Sindy pun setuju, dan mulai membuatnya.

“Ok, selesai.” Bayu memberikan ponselnya lagi kepada pemiliknya. Dia berkata, foto dan video itu nanti bisa ditunjukkan kepada orang tuanya agar mengurangi sedikit kekhawatiran mereka.

Tidak terasa, hari sudah gelap. Bayu dan Hana berpamitan untuk pulang. Namun, sebelum itu, Sindy mengungkapkan rasa terima kasihnya karena Hana sudah mau datang, dia juga berkata bahwa dirinya senang bertemu dengan saudarinya itu. Tidak disangka, gadis yang dulunya selalu bersikap buruk pada Sindy juga mengungkapkan hal yang sama.

Sesampainya di rumah, Hana menatap fotonya bersama Sindy. Kini, dia sadar bahwa dirinya membutuhkan saudarinya itu.

***

Hampir larut malam, Sofyan baru kembali. Sarah yang membukakan pintu untuknya langsung mengomel karena pria itu pergi terlalu lama.

“Ayah tadi mengurus alat ini,” jelasnya sambil menaruh beberapa jam di atas meja.

Sammy dan Sindy ikut menghampiri mereka.

Ketika Sammy bertanya, apa kegunaan benda itu?

Sofyan pun menjelaskan bahwa alat tersebut sangat berguna untuk memanipulasi sinyal vampir di tubuh mereka. Lebih detailnya, jika mereka menggunakan alat itu, kemudian suatu waktu mereka berubah, tubuh mereka tidak akan memancarkan sinyal. Jadi hal itu bisa melindungi mereka agar tidak ditangkap Bondan.

“Ah, benarkah Paman? Keren!”

“Hore, aku bisa keluar untuk jalan-jalan!” seru

Sindy dan ditatap tajam oleh sang kakak.

“Ok, pakailah ini untuk kalian.”

Keduanya pun mengucapkan terima kasih.

***

Di rumah sakit ....

Tampak seorang pria paruh baya terbaring lemah di atas ranjang. Banyak orang yang menemaninya, berharap dia segera sehat dan kembali memimpin. Namun, takdir berkata lain. Sosok itu menghembuskan napas terakhirnya setelah memberi wasiat kepada orang yang dia percayai.

"Aku menyerahkan jabatanku untukmu. Jaga dan pertahankan itu."

Mereka menangis, meratapi kepergian sang ketua untuk selama-lamanya. Namun, di balik tangisan itu.

"Aku sudah menunggu saat-saat seperti ini. Kini, penantianku selama bertahun-tahun telah usai," pikir Arif.

Arif adalah orang yang dahulu ditugaskan Bondan untuk menangkap Andi. Lalu, ketika mereka mendapatkannya, Bondan membunuh semua teman juga adik semata wayangnya. Hanya Arif yang selamat dalam insiden tersebut.

Selama ini, Arif mengabdi kepada ketua gangster sekaligus untuk bersembunyi. Dia senang karena sebelum meninggal, ketua gangster tersebut memberikan jabatan kepadanya. Kini, rencananya untuk balas dendam bisa dilaksanakan.

Setelah kepemimpinannya resmi, Arif menyuruh anak buahnya untuk mencari seseorang.

“Tunggu pembalasanku!” ucapnya dengan nada sinis.

***

Hana masih merasa senang karena dia mengingat pertemuannya dengan Sindy kemarin. Namun, saat duduk untuk sarapan, orang tuanya masih terlihat sedih. Dia pun menunjukkan foto dan video yang diambil kemarin.

Hana bahagia melihat kedua orang tuanya ikut senang. Mereka sedang menonton video Sindy.

"Papa, mama ... Hani kangen banget sama kalian.

Saat kalian melihat video ini, berhentilah kawatir. Aku baik-baik saja, kok. Papa sama mama jaga diri baik-baik, ya. Sampai kapan pun, aku akan selalu menjadi anak kalian dan menyayangi kalian."

Sindy terlihat menangis di sana, membuat Dirga dan Lucy ikut meneteskan air mata.

Lucy terus saja memanggil-manggil nama anak pertamanya sambil menangis. Di samping itu, Dirga bertanya, apakah Hana pergi ke sana sendirian?

Hana menjelaskan bahwa ia pergi bersama Bayu, ia juga menceritakan bahwa Hani sudah bertemu dengan keluarganya dan hidup bahagia.

"Benarkah?" tanya Dirga tidak percaya.

"Iya, Pa. Tante Dinda juga kirim salam buat Papa.

Dia berterima kasih karena Papa sudah menjaga Hani dengan baik selama ini."

"Jadi, Hani itu anak Dinda, teman kuliah Papa dulu?" tanya Lucy memastikan.

Melihat suaminya membenarkan, Lucy pun merasa lega. Dia memeluk suaminya beserta anaknya dengan perasaan bahagia.

Bersambung.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!