Ini kisah remaja SMA yang bernama Zo Paksa, putra bungsu dari pasangan Victor dan Sera Paksa. Dia dijodohkan dengan anak sahabat Papanya yang bernama Bintang Armada hanya demi sebuah nilai.
lucu, bukan?
Nah, ini hanya cerita karangan belaka untuk sekedar menghibur di waktu luang. semoga bermanfaaat. penasaran? baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PBS 29
Disekolah.
Gisel keluar dari dalam kantin dengan wajah suram. Entah mengapa dia sejak tadi menunggu kehadiran Bintang dan ingin cepat-cepat meminta penjelasan perkara ucapan ditelepon tadi pagi. Sahabatan sudah cukup lama bahkan Gisel telah menganggap Bintang sebagai saudara. Jadi Gisel merasa hal itu sangatlah penting untuk dia tahu.
"Sel, ikut aku!"
"Eh!"
Gisel terkejut saat ada yang menarik pergelangan tangannya tiba-tiba. Dan pelakunya adalah Rey, temannya si playboy Farel.
"Maumu apa, hah?" tanya Gisel setelah dirinya berada digudang sekolah. Seperti yang sudah-sudah pasti dia dihadapkan pada Farel.
Farel melambai tangan, meminta Rey untuk keluar dari dalam gudang, dan Rey menurut begitu saja karena dia memang tugasnya harus menurut, kalau tidak menurut siap-siap saja Rey masuk rumah tukang urut. Karena Farel pasti akan membuatnya encok.
Farel yang sejak tadi duduk diatas meja reot, melompat kecil dan berdiri dihadapan Gisel.
"Apa sih?!" Gisel melotot galak ketika Farel meniup rambut poninya.
Farel terkekeh melihat sifat Gisel yang agresif. Hampir saja Gisel memukulnya jika Farel tak sigap menahan pergelangan tangannya. "Cantik juga pas lagi mode galak. Tapi tetap saja lebih cantik Bintang,"
Gisel mendesis sebal. Dari tadi pagi memang dia tengah kesal pada Bintang dan mendengar namanya disebut, entah mengapa Gisel semakin kesal. "Cantik kalau mura.han buat apa?" dan pertama kalinya Gisel menjelekan Bintang, sahabat terbaiknya.
"Wow! Sepertinya mereka tengah bertengkar," Farel membatin. Seketika ide bagus muncul dibenak Farel. "Kalau aku jadikan Gisel sebagai umpan mungkin Bintang akan cepat kembali aku dapatkan, pokoknya Bintang tidak boleh menerima perjodohan itu," batinnya lagi.
"Sel, itu dirambutmu ada kecoa,"
"Hah? Mana?" Gisel meraba rambutnya dan tanpa dia sadari ada yang merekamnya. Saat pengambilan video Farel sengaja mendekap Gisel berpura menangkap kecoa yang berpindah dipunggungnya.
"Farel, sudah dapat belum kecoanya? Kau bau sekali, kau tidak mandi, ya!" ejeknya padahal Gisel tengah menutupi rasa gugupnya karena pertama kalinya dipeluk cowok.
Tidak dipeluk sih karena Farel membantu mengambil kecoa tapi jika ada yang melihatnya dan tidak tahu asal-usulnya pasti mengiranya tengah berpelukan.
"Farel wangi pantas saja Rima rela menjadi yang kedua," Gisel membatin. Wajahnya memanas tiba-tiba. "Ish, apa sih! sepertinya ot.akku mulai eror," batinnya lagi.
"Sudah, sana pergi!"
"Eh! Kau mengusirku!?" Gisel membeo. "Lalu untuk apa Rey membawaku kesini, hah?! Dasar seng.klek!" Jika tidak ada yang perlu dibicarakan mengapa Rey harus menyeretnya kegudang? Aneh!
"Tadinya ingin bertanya tentang Bintang padamu, tapi sepertinya kau sedang ada masalah dengannya, jadi ya aku tidak jadi bertanya," dengan santainya Farel mengatakan ini.
"Ck, percuma tampan kalau ot.taknya hanya setengah!"
"Apa katamu?!" Farel melotot dia tak terima dikatai oleh Gisel. Farel ingin mencengkram lengan Gisel tapi tak berhasil karena Gisel lebih dulu berlari.
"Wleekkk!" hampir sampai dipintu gudang, Gisel menoleh pada Farel dan menjulurkan lidahnya.
Farel semakin melotot. "Pergi sana! Ogah aku lama-lama melihatmu! Jika saja kau bukan sahabatnya Bintang mana sudi aku memanggilmu kemari!"
Gisel tak menghiraukan omelan Farel. Dia berlari menjauh dari area gudang dan memilih menuju kelasnya. Namun tak diduga dikoridor sini tepatnya didepan kelas 12C Gisel bertubrukan dengan seseorang.
"Jalan pakai mata dong!"
"Dimana-mana kalau jalan ya pakai kaki, bukan mata! Beg0!" Gisel balas memaki ketika mengetahui yang tak sengaja dia tabrak adalah Rima.
Rima melotot mendengar makian kasar yang keluar dari bibir Gisel. Namun, memilih diam dan tak membalas. Rima tak ingin bermusuhan dengan Gisel ataupun Bintang.
"Sorry, aku tidak bermaksud. Aku pikir tadi itu siapa. Kau tidak apa-apa kan, Sel?"
Dahi Gisel mengerut tajam ketika Rima berubah seratus delapan puluh derajat. "Tadi galak sekarang mirip kelinci yang manis. Uh! Dasar cewek muka dua!" makinya dalam hati.
"Tidak apa-apa," Gisel menjawab dan memilih pergi. Namun baru saja berjalan dua langkah Rima memanggilnya, dan Gisel kembali menghentikan langkah.
"Dimana Bintang? Aku sejak tadi tidak melihatnya," Rima berdiri menjajari Gisel. Sungguh, Rima ingin kembali bersahabat dengan Gisel dan Bintang. Persahabatan yang hangat seperti dulu. Tapi apakah bisa?
Mendengar nama Bintang disebut, Gisel mendesis kesal. "Dia tidak masuk sekolah hari ini," judes dan cuek, menjawabnya pun tanpa menatap lawan bicaranya.
"Sakit? Atau..."
"Lagi sama cowok!" Gisel menyela.
"Siapa? Farel?" Nyeri? Itu masih ada karena cinta Rima pada Farel terlalu dalam. Namun, Rima tak ingin lagi jatuh pada kubangan luka yang sama. Biarkan lukanya sembuh perlahan.
"Eh, kita duduk ditaman sekolah yuk!" ajak Gisel, dan Rima tersenyum, setuju.
Ditaman sekolah.
Rima dan Gisel duduk bersisian dibangku yang tersedia. Menikmati suasana sejuk karena memilih duduk dibawah pohon bunga pacar china. Dan ditempat itu lah Gisel mulai menceritakan kejadian tadi pagi ditelepon pada Rima.
Rima menutup mulut tak percaya. Setahunya Bintang adalah cewek baik-baik. Masa iya Bintang berani membawa cowok kerumah.
"Menurutku bisa jadi iya bisa jadi tidak sih, Sel," Rima mengutarakan pendapatnya.
"Kau tidak percaya padaku?"
"Bukan tidak percaya. Aku lebih ke tidak ingin suudzon saja. Lagipula kita bisa menanyakan itu pada Bintang, bukan?" Rima menjelaskan.
Gisel merenung, dan yang dikatakan Rima ada benarnya juga. "Yasudah, pulang sekolah kita kerumah Bintang,"
"Oke," Rima pun lega, sepertinya persahabatannya akan kembali utuh.
Pukul 13:55, siang.
Diapartemen, Bintang menjatuhkan badan diatas tempat tidur. Dia baru saja pulang dari mengantar adik dan kedua mertuanya kebandara, tentunya bersama sang suami juga.
Plukkk
"Eh!
Bintang terkejut ketika tiba-tiba ada handuk basah mengenai wajah. Dan sudah bisa Bintang tebak jika sang pelaku adalah Zo Paksa.
"Mandi sono! Keringatmu baunya tidak enak banget. Sampai-sampai baunya memenuhi seluruh ruangan ini," Zo yang baru saja selesai mandi sengaja menjahili Bintang. Sepertinya mulai hari ini Zo telah memiliki bahan jahilan baru.
"Apa katamu? Keringatku tidak bau, ya!" Bintang memberengut sambil melempar handuk basah milik Zo ke keranjang baju kotor. Dia bangun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi.
"Masa sih bau?" Bintang mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi dan memastikan bahwa dia tidak bau. "Wangi kok, Zo sengaja menjahiliku pasti," gerutunya dan mulai mandi setelah melepas semua pakaiannya.
Namun baru saja air shower mengguyurnya, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka kasar. Dan Bintang melotot sambil menutupi dadanya. "Zo, ngapain masuk?! Aku lagi man... Aw!"
Belum selesai ngomong Zo sudah keluar setelah meremas sebelah pan.tatnya. Wajah Bintang memanas. "Jahil,"