Kau Hancurkan Hatiku, Jangan Salahkan aku kalau aku menghancurkan Keluargamu lewat ayahmu....
Itulah janji yang diucapkan seorang gadis cantik bernama Joana Alexandra saat dirinya diselingkuhi oleh kekasihnya dan adik tirinya sendiri.
Penasaran ceritanya???? Yuk kepo-in.....
Happy reading....😍😍😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahyaning fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 : Bram Menyusul
Joanna menggigit bibirnya begitu melihat Bram sudah berdiri di depan apartemen Lily. Entah tau darimana, tiba-tiba sudah berdiri di sana.
Jo hendak menutup pintu apartemen, namun dengan sigap Bram sudah mendorong pintu tersebut. Membuat tubuh gadis itu terdorong beberapa langkah ke belakang.
Jo kaget, begitu juga dengan Lily.
“Apa yang Daddy inginkan sebenarnya? Jangan buat keributan di sini, lebih baik DADDY pergi!” usir Jo, enggan menatap suaminya. Namun yang ditatap benar-benar cuek dan dingin.
“Pulang?” ajak Bram datar.
“Nggak mau!” tolak Joanna, kesal.
“Aku masih ingin disini?” lanjutnya, tatapannya masih enggan untuk menatap Bram.
“Kamu punya rumah. Kamu juga punya apartemen, kenapa harus menginap di rumah orang lain?” tanyanya.
Jo melotot tajam. Mendengar ucapan suaminya, rasanya ingin sekali ia tabok pake sendal hello Kitty miliknya.
“Ayo pulang!” tarik Bram, menarik tangan Jo.
“Daddy apa-apaan sih?” protes gadis itu.
“Ayo pulang. Kita selesaiin masalah kita di rumah!”
“Aku masih ingin tetap di sini!” ketus Jo, menarik tangannya yang digenggam sang suami.
“Ikut pulang atau aku gendong paksa kamu?” ancam Bram, tidak malu mengatakan itu di depan Lily.
Sementara Lily hanya meringis, bingung mau ngapain sambil menatap dua pasangan beda usia itu.
Jo bergeming. Tangannya melipat di depan dada dengan ekspresi cemberut.
“Duh, Jo, elo balik deh?” usir Lily, ikut-ikutan menyuruh sahabatnya pulang.
Bukannya apa-apa, Lily ngeri melihat tatapan Bram yang tajam dan mematikan.
“Elo ngusir gue, Li?” Jo melotot tidak percaya Lily tega mengusirnya.
“Iya….Liat suami elo, ngeri!” gumam Lily menggantung di tenggorokan.
“Iya, gue ngusir elo?” sahut Lily meringis.
“Elo emang kudu selesaiin masalah elo, Jo? Jangan terus menghindar! Elo dah tiga hari disini, gue kira udah cukup waktu nenangin diri!” tutur Lili, Jo mendengus sebal. Harusnya kan Lily membelanya, kenapa jadi membela suaminya.
“Ayo pulang!” ajak Bram lagi, “Sudah cukup kamu nenangin diri?” katanya.
“Sudah aku bilang aku nggak mau, Dad? Kenapa maksa banget sih?” geram gadis itu.
Kyaaaa ….
Tanpa aba-aba, tiba-tiba Bram menggendong istrinya seperti karung beras. Gadis itu memekik, dan berusaha berontak, namun karena tenaga Bram yang cukup besar dan kuat, Jo hanya mampu menendang-nendangkan kakinya.
“Terimakasih!” ucap Bram pada Lily, dingin dan auranya galak.
Lily mengangguk cepat.
“Eh, Om—-hapenya Joanna?” Lily menyerahkan hape Jo ke tangan suaminya. Bram mengangguk cepat.
“Dad, lepaskan aku! Aku masih marah!” teriak Jo sambil meronta, pukulan kecilnya melayang tak berdaya ke punggung Bram. Namun, Bram tetap tanpa ekspresi, seolah tak terpengaruh, terus berjalan membawa Jo di bahunya, mirip pengangkut karung beras. Sekitar apartemen, mata orang-orang tertuju pada mereka, penuh tanya dan keheranan.
Brukk….
“Auw,” pekik Jo, saat Bram meletakkan tubuh istrinya di kursi mobil.
“Sakiiiiit!” jengkel Jo sambil meringis.
“Katanya minta diturunkan?” ujar Bram. Ekspresi tenang dan menjengkelkan.
Joanna melongo, lalu mendengus kesal bukan main.
“Barang-barang ku masih di tempatnya Lily?” ketus gadis itu.
“Nanti aku suruh orang buat ambil?” sahut Bram. Lalu masuk ke mobil.
Bram menyalakan mesin mobil dan roda-roda mulai bergulir menjauh dari area parkir. Di sampingnya, Jo terdiam, raut wajahnya datar, tanpa minat mengajak Bram bicara. Udara dalam mobil terasa seolah-olah membeku.
Selama perjalanan, Bram mencoba memecah kebekuan itu dengan sesekali mengajukan topik ringan. Namun, Jo hanya memberi tanggapan seadanya, seringkali malah memilih diam, matanya terpaku pada pemandangan yang melintas—seperti mencari pelarian dari perbincangan dengan Bram yang terasa menyebalkan baginya.
Mau buka sosmed, hape masih dipegang sang suami.
“Mau beli sesuatu?” tanya Bram dengan lembut. Suara yang tadinya tegas dan dingin, berubah sedikit halus dan lembut.
“Nggak,” sahut Jo, singkat dan jelas.
“Emmm, di sana ada kedai es krim enak, mau mampir?” tawarnya.
“Aku nggak suka es krim,” jawabnya dingin.
Suasana kembali hening.
Bram melirik ke arah Jo, matanya menunjukkan rasa penyesalan yang mendalam. Ia tahu bahwa ia telah melakukan kesalahan, dan sekarang ia harus meminta maaf kepada sang istri.
“Maaf….!” ucap Bram lirih, tapi masih bisa didengar di telinga Jo.
Namun, perempuan cantik itu tidak membalas ucapan suami. Ia diam, pura-pura tidak mendengar sambil menatap ke luar jendela dengan pandangan yang kosong dan wajah merengut.
Bram merasa sedikit frustrasi karena Joanna tidak membalas ucapannya.
“Aku tau, aku salah….?” ujarnya, “Aku cemburu?” lanjutnya lagi, dengan nada suara yang sedikit berat.
Jo menoleh, dan untuk sejenak.
Setelah itu, ia kembali mengarahkan pandangannya ke luar jendela, seolah-olah pemandangan di luar lebih menarik daripada perkataan sang suami.
Bram menghela nafasnya panjang, sedikit frustasi karena sang istri mengabaikannya.
"Honey, aku benar-benar menyesal," katanya dengan suara yang lembut. "Aku sadar, apa yang ku lakukan salah karena sudah menyakiti mu!”
“Oh, sadar?” sahut Jo datar dan dingin, “Baguslah kalau sadar?” kembali Joanna menatap pemandangan di luar jendela.
“Aku tidak suka dengan apa yang kau lakukan? Kau ini sudah bersuami, kenapa malah pacaran dengan pria lain?” ucap Bram. Lalu Jo menatap suaminya. Ekspresinya masih dingin.
“Aku juga tidak suka dengan apa yang DADDY lakukan. Dua Minggu tanpa kabar, tiba-tiba sudah ada di Indonesia. Apa-apaan itu?” ketus Jo, menatap penuh jengkel.
“Iya, Maaf,” katanya menghela nafasnya panjang.
“Dua Minggu terakhir, aku sibuk, Honey. Pekerjaan menumpuk. Terpaksa aku kerjakan semua perkejaan secara virtual dari China. Belum lagi kondisi Rosa yang tiba-tiba down. Aku harus bolak-balik dari apartemen ke RS. Tiga hari sebelum kepulangan kami, keadaan Rosa semakin membaik. Dia sudah ada selera makan. Sudah kuat menapakkan kakinya. Barulah aku berani membawanya pulang ke Indonesia. Itupun dengan pertimbangan Dokter? Jadi—sama sekali aku tidak bermaksud mengabaikan mu, Honey. Aku juga harus berhati-hati menyembunyikan hubungan kita, aku nggak mau sampai Rosa tau?”
“Memangnya kenapa kalau dia tau?” marah Joanna.
“Apa DADDY akan terus menyembunyikan fakta, bahwa aku ini istri Daddy? Aku juga nggak mau terus-terusan jadi istri simpanan!” cibir gadis itu.
“Iya, aku tau. Kamu sabar ya? Rencana mengatakan kebenaran pernikahan kita itu sudah ada. Aku hanya menunggu waktu yang tepat? Kamu tahu sendiri kondisi Rosa seperti apa?” kata Bram, “Please. Kamu ngertiin sedikit lagi?”
“Huh, terserah. Aku capek!” ketus Jo.
“Jadi….? pria itu…..?”
Jo kesal, tapi dia juga tak mau suaminya salah paham mengenai hubungannya dengan kapten Tyo.
“Aku nolongin dia, buat jadi pacar pura-puranya, karena Kakek Brata mau ngejodohin kapten Tyo dengan cucu koleganya. Jalan satu-satunya untuk membatalkan perjodohan itu—kapten Tyo harus punya pacar biar bisa meyakinkan kakeknya?” jelas Jo, wajahnya tenang. Dari tatapan matanya, Bram percaya Jo tidak berbohong.
“Iya, aku percaya?” balas Bram tersenyum kecil.
“Sekarang kita pulang ya?” kata-kata Bram lembut dan penuh perhatian.
Mau tak mau akhirnya Jo pun mengangguk setuju. Dan tanpa keduanya sadari sedari awal ada seseorang yang membuntuti mobilnya.
“Daddy tau dari mana aku menginap di rumah Lily?” tanya Jo, penasaran.
“Oh, temen kamu—-namanya Lily?”
Joanna mengangguk.
“Emmm, tau lah,” Bram tersenyum kecil.
Jo semakin penasaran. Ia menatap sang suami dengan tatapan dalam. Keningnya sampai mengerut.
“Apa sih yang tidak aku tau? bahkan aku tahu keberadaan mu sejak awal. Tapi—-aku sengaja membiarkanmu tenang dulu di rumah temanmu? Barulah ku rasa cukup, aku menjemputmu?”
Bram tertawa dalam hati. Pasalnya Jo tidak tahu kalau GPS ponsel Jo sudah ia aktifkan. Dengan begitu Bram dengan mudah memantau keberadaan istri mudanya yang nakal ini.
“Ck,” Joana berdecak kesal.
*******
Mobil mereka akhirnya sampai juga di halaman rumah, setelah perjalanan yang cukup melelahkan. Bram mematikan mesin mobil dan mengajak istrinya turun. Namun, Jo tak bergeming di dalam mobil, seolah-olah ia tidak mendengar ajakan dirinya.
“Ayo turun!” ajak Bram lagi, dengan nada suara yang sedikit memaksa.
Tapi Jo masih tidak bergerak, ia tetap duduk di dalam mobil dengan ekspresi cemberut. Bram tersenyum dan berpikir bahwa mungkin istrinya masih marah dan ngambek makanya tidak mau turun.
“Apa mau ku gendong?”
Bram bergerak gesit, berputar mendekati sisi pintu sebelahnya tanpa aba-aba, tangannya menyentuh gagang pintu mobil, membukanya dengan lembut. Dengan gerakan yang hampir terlatih, dia meluncurkan tangan ke bawah lengan Jo dan satu lagi di bawah lututnya, mengangkatnya dengan mudah seperti pahlawan di film-film. Mata Jo membelalak, kejutan yang menyergapnya tadi masih terasa di seluruh sarafnya. Sekejap, hatinya terombang-ambing antara heran dan kagum atas sikap suaminya yang tiba-tiba begitu lembut dan penuh perhatian.
Jo merasa dirinya terangkat ke udara, dan secara otomatis ia memandang wajah sang suami sangat dekat sambil tersenyum manis.
Jo merasa sedikit malu dan gugup, tapi juga merasa senang. Ia membiarkan dirinya digendong oleh Bram.
Bram membawa Jo ke apartemen, dengan langkah yang hati-hati dan stabil.
Sampai di kamar barulah Bram menurunkan Jo di sofa dan memandangnya dengan mata yang penuh cinta.
“Gantilah baju kamu? Aku mau mengajakmu ke suatu tempat?” ujarnya dengan lembut membelai wajah sang istri.
“Mau kemana?” tanya Jo, penasaran.
“Ada deh,” sahut Bram, tersenyum penuh kemenangan.
“Ayo ganti saja bajumu! Masa kamu mau pakai piyama itu buat jalan-jalan?”
“Jalan-jalan?” kening Jo mengkerut.
“Iya,” angguk sang suami.
“Daddy lagi nggak nge-prank aku kan?”
“Astaga. Apa aku pernah nge-prank kamu?” kesal Bram, “Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat. Masa kamu pakai piyama jelek begitu?”
“Ini piyamanya Lily. Aku pinjam dari dia. Aku nggak bawa ganti?”
“Oh, Ya Ampun. Kamu kayak orang nggak ada duit aja, pake pinjem punya orang segala? Kamu bisa gunakan kartu yang sudah kuberikan sama kamu untuk membeli baju. Kenapa untuk diri sendiri perhitungan sekali sih?”
Jo memutar bola matanya malas. Lalu mencebikkan bibirnya lucu.
“Aku malas keluar keluar karena sedang bad mood. Makanya aku malas belanja baju?” jawab Jo merengut gemas.
Bram menghembuskan nafasnya kasar. Ia memang harus punya stok kesabaran tinggi untuk menghadapi istri kecilnya ini.
“Ya sudah,” nada suara Bram mulai melembut,”Sekarang ganti bajunya? Hari ini suami mu ini ingin mengajak kamu jalan-jalan?"
“Tumben," Jo beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan menuju walk in closed, mengambil dress warna merah.
"Kita nggak akan nginep kan?"tanyanya dari ruang ganti.
“Liat aja nanti….?”
Bu Bos, saya sudah menemukan apartemen simpanan Pak Bram. ( Send)
Pantau terus. Foto bila perlu. Jangan sampai kehilangan jejak. (Send)
******
Jo duduk santai di dalam mobil, menikmati perjalanan yang santai sambil mendengarkan lagu favoritnya di radio mobil. Ia bersenandung kecil, mengikuti lirik lagu yang mengalun indah. Jari-jarinya mengetuk-ngetuk ritmis di atas lutut, seolah-olah ia sedang memainkan drum.
Jo mulai bernyanyi dengan suara yang lembut dan merdu. Tak disadari olehnya, Bram, yang duduk di sampingnya, terpaku sambil tersenyum tipis. Telinga sang suami tak lepas mendengar Jo bersenandung.
Istrinya tampak begitu bahagia dan tenang, seakan sudah melupakan masalah mereka.
Saat lampu lalu lintas menunjukkan merah, Bram menghentikan mobilnya, menunggu lampu berubah hijau. Namun, di tengah-tengah keheningan, Kevin yang berada di mobil tak jauh dari mobil mereka, terkejut melihat sosok yang tidak terduga.
Papanya dan Jo, duduk berdampingan, tidak menyadari bahwa mereka sedang diperhatikan.
"Papi? Joanna?" gumam Kevin tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Itu beneran mobil papi? Tapi kenapa bisa sama Jo?"
To be continued.....
Komen??????
up tiap hari dong kak makin seru nich/Smile//Smile//Smile/
thor buat jo bangkit n bisa buktiin kl mm nya emang dicelakai ma istri barunya bpknya. dan jo bisa bangkit n sukses walaupun ada anak bram. n buat bram n anaknya menyesal udah ninggalin jo
adil dan seimbang sakitnya
dan anak istrinya
untuk yg udh bunuh maminya jo di penjara tanpa di tolong